Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Minggu, 03 Maret 2013

Intermezzo: Aku, Polisi dan Undangan Untuk pak Mahmud


Bu Nunu, ibuku, adalah orang yang punya banyak kenalan. Nah, salah satu teman mama yang bernama tante Anis punya anak yang akan segera naik pelaminan minggu ini. Entah mengapa tante Anis bisa-bisanya nyuruh mama buat nganterin undangan kebeberapa teman mereka yang ada dikota ini. Dasar tante Anis… Emangnya dia pikir mama akan nyuruh siapa buat nganterin undangan itu. Mama pasti minta aku buat nganterin dia nyebarin undangan dan itu adalah hal yang tidak aku suka. Masalahnya bukan nyebarin undangaannya tapi mama kalau ketemu ama temen-temennya suka ngobrol dulu. mending kalau sebentar… Huft… Tapi mau gimana lagi, mama kan masih tidak berani bawa motor sendiri jadi akulah yang akan menjadi tukang ojeknya.
Jum’at sore…
Undangan yang di titipin tante Anis sudah hampir habis dan tinggal satu undangan yang harus aku antarkan namun kali ini mama mempercayakan aku buat nganterin undangan ini. Padahal ntar malamnya aku ada rencana mau nginep ditempat Pak Nikki ku tersayang.
Aku sudah ijin ke mama dan mama mengijinkan. Nah, karena itulah mama menitipkan sebuah undangan yang tersisa ini untuk aku kasihkan kepada orangnya, sekalian aku nginep kerumah pak Nikki. Ya sudahlah nggak apa-apa juga yang penting rencanaku mau bercinta lagi dengan pak Nikki bakalan kesampaian malam ini. Hahahaha…
“Bapak Lukman Mahmud ini rumahnya dimana mah?”, tanyaku sambil melihat sebuah nama yang tertera dikolom nama yang di undang pada undangan tersebut.
“Kamu jalan menuju pasar *******. Disana ada pertigaan yang menuju pasar, kan? Belok kiri terus cari gang Gading, sekitar 2 km kalau dari simpang tiga pasar. Nomor rumahnya ibu lupa. Kamu tanya ama satpam di komplek itu aja, Bay. Takutnya mama salah sebut”, sahut mama sambil menutup jendela rumah.
“Oke lah… aku berangkat dulu ya mah. Aku sekalian nginep di tempat pak Nikki”.
Tanpa tunggu panjang lebar lagi, aku hidupin motor matic-ku dan segera menuju alamat yang ibu sebutkan tadi. Akhirnya aku sampai juga ditempat yang dituju. Sekarang tinggal tanya sama satpam di depan komplek tersebut. 
“Permisi, Pak. Rumahnya pak Lukman Mahmud di blok berapa, Pak?”, tanyaku dari atas motor. 
“Oh…, pak Mahmud? Adek terus aja sampai ketemu simpang empat kedua terus belok ke kiri. Rumahnya pak Mahmud yang ada di blok D nomor 6.”
 “Makasih, pak!” sahutku ramah.
 Tidak susah menemukan rumah yang dimaksud oleh satpam tadi. 
Kupencet bel rumah itu. Tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita muda. Penampilannya kelihatan agak kusut. Kelihatannya habis bekerja. “Mungkin pembantunya kali ya?”, pikirku. 
“Permisi, mbak. Ini rumahnya pak Mahmud? Bapaknya ada? Saya mau nganterin undangan buat Bapak.”  
“Bener Mas, tapi Bapak lagi mandi, sebentar lagi juga kelar kayaknya.”  
“Oh, kalo gitu undangan ini saya titipin aja ke Ibu.”  
“Ibu sama anak-anak lagi liburan mas”.
 Ada-ada aja kelakuan orang kaya nyusahin aku. Capek deh…
Belum apa-apa, pintu sudah dibuka dan aku dipersilahkan masuk untuk memberikan undangan langsung kepada majikannya.  
Begitu aku duduk, langsung ditanya,“Mau minum apa Mas?”.
“Oh, nggak usah repot-repot mbak”.
“Air sirup dingin mau?”, sarannya seperti pramu saji restoran.
Karena aku rada haus juga, akhirnya aku jawab aja. “Boleh juga tuh”.
“Tunggu sebentar ya mas”. 
Tidak lama kemudian, pembantu itu kembali lagi dengan membawakan secangkir sirup jeruk lengkap dengan es-nya.
 “Makasih, mbak.” Begitu kuteguk sedikit. Hmmmppp.. segernya…
Sambil minum, aku obnservasi keadaan disekelilingku. Rumah itu cukup mewah dengan segala perabotan dan barang-barang seni yang terkesan mahal. Beberasa lukisan wanita dalam berbagai pose tampak menghiasi dinding. Lampu di ruangan itu termasuk temaram karena hanya dua lampu meja yang menyala, sementara lampu utama dimatikan. Mungkin karena sebagian penghuninya sedang pergi berlibur.
 Tidak lama kemudian, keluarlah seorang lelaki (wajahnya khas Jawa Chinese) yang kutaksir usianya sekitar 33 tahunan. Kelihatannya agak buru-buru, sehingga beliau masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi daerah pinggang ke bawah. Gluk! Seksi dan ganteng banget bapak Mahmud ini! Tingginya sekitar  184 cm dengan kulitnya yang berwarna coklat muda. Diperutnya tampak bulu-bulu halus yang tumbuh dan menghilang dibalik handuknya. Badannya sih cukup tegap dengan bahunya yang lebar. Walaupun bukan body orang yang suka pergi fitness, tapi otot-ototnya terlihat kencang. Mungkin tempaan dari olahraga-olahraga lain seperti tenis, badminton atau yang lainnya.  
“Malam, Pak (karena kuperhatikan jam di dinding sudah lewat jam tujuh malam), saya mau nganterin undangan untuk perkawinan anaknya tante Anis.” Kataku begitu ia berdiri didepanku. Hmm … Bau wangi sabun langsung tercium dan beberapa butir air masih menetes di ujung rambutnya yang agak basah.  
Dahinya mengkerut dan agak lama dia terdiam … Kemudian,“Maaf dek, tapi Anis yang mana ya?”.
Aneh juga nih pak Mahmud, masa yang diundang nggak kenal sih sama yang ngundang.
“Tante Anis yang di ****, istrinya pak Ajiz ?” jawabku makin bingung.
 Tiba-tiba melesat di kepalaku. Jangan-jangan ...  
“Maaf, ini dengan Bapak Lukman Mahmud, kan?”.
 Tiba-tiba diapun tersenyum dan bilang kepadaku, “Oh, Bapak Lukman Mahmud tinggalnya sekitar dua blok dari sini, di blok G-8, saya Mahmud Septanto.”
 “Hahhhh …???”.
Kurasakan mukaku panas dan merah padam seketika. Dalam hati aku memaki-maki satpam sialan di pos depan tadi. Tapi dengan cepat aku bisa mengendalikan rasa maluku.
 “Kalo begitu saya permisi dulu, Pak. Maaf sudah mengganggu.” sahutku siap-siap bangkit dari tempat dudukku untuk mohon diri.
 “Oh, nggak apa-apa kok. Minumnya dihabiskan aja dulu.” Katanya langsung duduk menemaniku di ruang tamu itu.
 Posisi duduknya pun sedemikian rupa sehingga mempertontonkan bentuk jendolan yang cukup nyata di balik handuknya itu. Rasanya seperti ada botol susu bayi yang diselipkan disana. Kurasakan jendolan itu makin lama makin besar dan memanjang menjadi sebuah gundukan. Siapa sih yang tahan disuguhi pemandangan seperti itu. Sementara yang “punya”, masih kelihatan tenang-tenang saja dan senyum-senyum pepsodent.
 “Dari mana, dek?” tanyanya sekedar untuk memulai pembicaraan supaya suasana tidak kaku..
 “Dari H*****, Pak. Saya Bayu,” jawabku.
“Adek salah orang tuh. Emangnya adek nggak tanya sama satpam di depan?”.
“Sudah tanya pak dan dia kasih tahunya disini”.
“Kalau bapak ini dikenal dengan Pak Mahmud Polisi dan Pak Lukman itu Mahmud bison. Biar tidak ketuker”.
Wah, pantesan badannya keren banget wong ternyata dia Polisi. Aku udah curiga sih dari tadi melihat potongan rambutnya yang cepak itu. Kuangkat gelas yang ada dimeja dan kuteguk air es tersebut. Sekali-kali sempat juga aku mencuri pandang ke gundukan diselangkangannya yang tersembunyi di balik handuknya itu, sambil menebak-nebak seperti apa rupa dan bentuknya. Otomatis kontolku mulai bangun dan memenuhi celana jeans-ku yang agak sempit ini.
Nggak tahu setan apa yang lewat atau mungkin terlalu asyik menikmati “pemandangan” yang ada, tiba-tiba aku tersedak. Karena kaget atas situasi ini, aku pun menumpahkan sisa air sirup yang ada dicangkir ke badanku. Wuih…. Basah deh…
Kebetulan hari itu aku tidak mengenakan kaos singlet, maka air sirup yang tumpah di dadaku itu langsung membuat bentuk dan warna kedua puting susuku yang coklat ini tercetak jelas dibalik kaosku yang tadinya berwarna putih. Selain itu bentuk dadaku yang agak bidang ini juga langsung tercetak jelas.  
“Wah, basah semua nih dek. Dibuka aja, daripada masuk angin. Saya ada gantinya kok. Mungkin ada beberapa baju yang muat untuk adek”, sahutnya sambil sibuk memberesi sana-sini hasil ulahku tadi.
Maka segera kubuka kemejaku ini sehingga memperlihatkan otot-otot tubuhku yang tidak terlau berotot namun lumayan ada.
Beliau nampak tertegun sejenak melihat badanku yang ranum saat aku melepaskan pakaian atasku. 
“Ayo ikut saya ke kamar, kita ganti disana aja”, katanya sambil menuju pintu kamarnya. Jalannya kelihatan aneh karena ia berusaha keras menutupi gundukan yang makin besar dan keras diselangkangannya itu.
Sesampainya dikamar, pintu langsung dikuncinya. Aku berlagak bodoh dan bertanya,“Lho kenapa di kunci, Pak?”
“Lha iya dong, nanti kalo Uni (pembantunya) masuk gimana?” jawabnya sekenanya dengan suara yang sudah tidak begitu jelas.  
Dari suaranya, matanya yang dari tadi terus menelanjangi tubuhku dan desah nafasnya yang makin cepat itu, aku tahu bahwa nafsunya sudah diubun-ubun dan protes untuk segera dituntaskan. Aku pun sendiri dari tadi sudah horny banget melihat gundukan dibalik handuknya itu yang kian membesar.
Toh harus ada yang mengambil inisiatif. Dengan yakinnya, aku yang masih bertelanjang dada segera menghampirinya. Kupegang ikat handuknya didepan pinggangnya itu. Kutatap wajahnya lekat-lekat. Dia diam saja, tapi hembusan nafasnya terdengar jelas dan cepat. Sekilas dapat kurasakan tubuhnya agak gemetar saking nafsunya. Kucium bibirnya. Kumainkan lidahku disana. Langsung disambut hangat dan disedot-sedotnya lidahku ini. Kusedot-sedot lehernya juga hingga meninggalkan beberapa spot merah. Kemudian turun ke dadanya. Kujilati dadanya dan kupermainkan putingnya yang kelihatan seperti kismis itu dengan lidah hangatku. Jilatanku kemudian turun perutnya yang berbulu itu. Kusapu dengan lidahku bulu-bulu diperutnya sampai ngerintil-ngerintil. Dan akhirnya kubenamkan lidahku di lubang pusernya dan kumainkan sejenak disana. Kudengar dia mendesah-desah keenakan.
 “OHHHH.. SHHIIITTT… AHHHHH.. YEAH… UHHHHH… OHHHHH… ENAK…. HMMMPPP… AUHHHH… AHHH…. AHHHH… AHHHHAHHHHHHHAHHAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH……”.
Akhirnya genggamanku dihanduknya itu kutarik dan kubuka handuknya. Benar juga dugaanku bahwa Pak Mahmud dari tadi tidak memakai celana dalam sama sekali. Terpampang didepanku meriam pusakanya yang sebesar botol susu bayi dan panjangnya hampir sejengkal tanganku. Ujungnya nampak basah oleh cairan precum. Gila, gede banget pikirku!
Walaupun baru habis mandi, aroma bau kontol langsung tercium cukup kuat. Sebenarnya aku rada enggan menjilati kontol yang belum disunat, karena selain suka bau amis dan rada anyir juga rasanya aneh! Tapi kalau kontol sebesar ini sudah ditangan, masa dilewatkan aja, kan rugi!
Akhirnya kupegang pangkal kontolnya dan kuarahkan ujungnya ke mulutku. Kujilat semuanya sampai tidak ada satu bagian pun yang tersisa. Terus kumasukkan “botol susu” itu kedalam mulutku. Kukenyot dan kuemut sampai pak Mahmud melenguh keenakkan. Mulutnya memohon-mohon agar aku jangan sampai menghentikan emutanku. Ngilu-ngilu nikmat katanya. Tanganku pun tidak berhenti memainkan kantung pelernya.
Kukenyot kontol itu sampai mulutku terasa pegal dan kaku saking gedenya. Saat aku bangun, dia segera mendorongku sehingga aku langsung jatuh terebah diatas ranjangnya yang empuk itu. Tanpa basa-basi, aku langsung diterkamnya. Dipreteli-nya sisa-sisa pakaian yang ada ditubuhku hingga aku benar-benar telanjang bulat. Sejenak ia bangun dan menikmati ketelanjanganku, kemudian ia pun membungkuk diatasku dan mulai menjilat seluruh tubuhku. Mandi Kucing nih.. Hehe
Mungkin dia begitu menikmati aroma tubuhku. Parfum campur keringat sepanjang sore ditambah lagi dengan rasa manis dari sirup yang tumpah kebadanku tadi. Kontolku, peler dan lubang anusku pun tidak luput dari acara mandi kucingnya tadi.
Setelah puas “memandikanku”, aku di angkatnya sampai aku duduk diatas perutnya dan dia baring telentang. Dia melumuri kontonya dengan ludah berkali-kali. Kemudian aku duduk diatasnya dan mengarahkan kontolnya ke anusku. Diturunkannya tubuhku perlahan-lahan. Sensasinya luar biasa, bro! Pantatku serasa dibelah sesuatu! Tak lama kemudian diapun mulai menggerakkan tubuhnya sambil sibuk mengocok kontolku. Matanya terpejam menikmati sensasi luar biasa yang sedang dirasakannya. Butir-butir keringat tampak mengalir dibadannya dan membuat badannya terlihat mengkilat. Aku yang pasif diatas hanya bisa menikmati “tusukan”nya sambil sekali-kali memainkan puting kismisnya.
Setelah hampir 30 menitan aku tidak tahan juga. Kalau dibiarkan begini terus aku akan segera muncrat, karena aku tidak bisa mengatur ritme-nya. Aku dibaringkannya tanpa mencabut kontol gedenya dari lubang kenikmatanku. Dia angkat kakiku ke pundaknya, hingga posisi kami kalau dilihat dari samping seperti huruf “L”.
Dia gerakkan pantatnya perlahan-lahan beberapa saat sambil terus mengalihkan perhatianku supaya tidak muncrat. Kuhayati dan nikmati sensasi dari gesekan-gesekan dan cengkeraman pada anusku oleh kontolnya yang super bertenaga dan gede itu. Setelah beberapa waktu, dia mulai mencondongkan tubuhnya kedepan atau lebih tepatnya kebawah. Sambil mempercepat genjotannya, dia lumat bibirku yang sedang mendesah dan meringis kenikmatan itu. Sekali-kali dia gigit kedua puting susuku.
“Ahhh… AHHHHHH.. AAAAHHHHH.. OHHHH… ENAK… BANGET…LOBANG…MUHHH…SAYANGHH…EMMMPPP…OOOOHHHH…..aku sudah nggak tahan lagi,AKU… mau keluaaar !!!” katanya terengah-engah.
 “ayo mas…. GENJOTHHH YANG KENCENG… AHHHH… AHHH…!!!”,sahutku sambil menggeol-geolkan pantatku ke kanan dan ke kiri agar semakin terasa kontolnya di dalam lubangku.
Menerima sensasi luar biasa ini beberapa kali, aku pun menyerah dan memuncratkan pejuhku yang banyak ke atas perutku.
Melihat semua ini membuat nafsunya terasa semakin meledak-ledak. Rasanya dia juga sudah tidak bisa bertahan lagi. Dia cabut kontolnya dari lubang pantatku dan dia kocok sambil mengambil pejuhku yang tadi tumpah diatas perut. Tidak lama kemudian, dia tembakan pejuhnya ke badanku. Tembakannya begitu jauh, bahkan ada yang masuk langsung ke dalam mulutku. Semerbak pejuh langsung memenuhi ruangan itu seketika. Oh… Polisi Mahmud…Nikmatnya !!!
***********
Selesai mandi berdua, aku tiba-tiba ingat bahwa aku belum mengantarkan undanganku, sementara hari sudah cukup malam. Rasanya tidak sopan mengantarkan undangan pada jam segini. Tapi pak Mahmud menawarkan solusi ampuhnya, “Tenang saja, besok biar Uni yang mengantarkannya. Sekarang kita makan malam dulu, sudah itu kita lanjutkan lagi. Kan saya belum dapat giliran muncrat di lobang kamu sayang.. he.. he.. he..," kata pak Mahmud sambil tertawa-tawa mesum…..
Aku teringat janjiku dengan pak Nikki yang ternyata ada misscall hape-ku tadi. Aku sms dia dan bilang kalau aku nggak jadi nginep dirumahnya. Karena aku mau let’s go menuju kamar pak Mahmud untuk ronde kedua.
____
“AHHHHH… AHHHHH… EMPOTAN LOBANG KAMUH ENAK SEKALI SAYANG… UHHHH….. GIMANAH… ENAKHHH???? KONTOL… AKUHHH…ENAKH NGGAKHHH.. AHHH.. UHHH…”,racaunya kesetanan.
“OHHH… BEIB… EENAK BANGET… AHHHH… TAPIHHH… KURANG KENCENG…. LETOY BANGET… TUSUKANNYAH… NGGAK HOT… AHHHH..AHHH…AHHH..UHHH.,…. KENCENGIN BEIB…LAGIHHH…IHHHHH…AHHHH”.
Aku semakin terbakar nafsu dironde kedua ini. Gimana nggak terangsang, kami main diatas balkon rumahnya yang agak gelap sambil diterangi cahaya bulan, tubuhku yang berbaring dilantai marmer terasa semakin basah akibat keringat. Begitu juga tubuh Pak Mahmud yang semakin basah dan liarnya mengentoti anusku. Sesuai kesepakatan, dironde kedua ini, dia mau muncratin pejuhnya didalam anusku.
“AUHHHHH…AHHHHH..AHHHHA,.,..AHHH..AHHHHA…RAPET…BANGET…SAYANGH…MEMEK ISTRIKU…TIDAK SEKESAT INIHHH…AKU MAU…KAMU TIAP MALAM…AKU TUSUK…PAKE KONTOL..GEDE AKUH…MAU..NGGAK MAH?”, tanyanya.
“Mau banget pah…. Uhhhh…UHHHH…papah AKAN MAMAH SERVICE TIAP MALAM…AHHH….”.
Setelah hampir dua jam ronde kedua, akhirnya pak Mahmud tidak bisa menahan dorongan pejuhnya yang sudah sampai diujung kontol gedenya untuk segera menanamkan benih-benih cintanya kedalam anusku.
“ahhhh… papah mauhhh keluarrrrr maaahhhh!!! Ahhhhh…ahhhhhh… uhhhh…aaarggghhhhh!!!!1”.
CROOOOTTT! CROOOTTT!!! CROOOOTTT!!  CROOOOTTTT….CROOOOTTT….CROOOOTTT…CRROOOTTTT…
Gila! Ternyata tidak diragukan kejantanan kontol pak Mahmud ini. Walaupun tadi pejuhnya sudah muncrat tapi kali ini terasa sekali pejuhnya masih banyak dan membanjiri anusku hingga masuk kedalam usus. Hangat dan enak sekali rasanya.
“Terima kasih sayang… Muachhhh…”, dia mengecup dahiku.
“Iya pah…. Muachhh”.
Kami kembali berciuman bibir dengan kontol pak Mahmud yang masih tertancap sempurna di anusku dan perlahan-lahan mulai lepas. Plop! Lepaslah kontol itu dari dalam anusku dilanjutkan dengan melelehnya pejuh pak Mahmud yang banyak turun kelobang anusku dan menetes kelantai.
 ***********  
Sejam setelah persenggamaan kedua, aku lewat di depan pos satpam tadi lagi. Satpam sialan tadi menghampiri mobilku lagi.
“Ketemu dek?”.
“Oh iya, makasih banyak ya, Pak.” Kataku. 
Setelah itu, aku melanjutkan memacu gas motorku dan besok kayaknya bakal ML lagi dengan Pak Mahmud karena aku punya niat mengembalikan bajunya yang kupinjam saat ini.
Sekali lagi aku membuktikan bahwa aku bisa menakhlukan hati seorang POLISI. Ketika aku menulis posting ini, aku sebenarnya sedang bersedih. Pacarku seorang anggota Brimob di pulau Indonesia bagian Timur sedang dipindah tugaskan kedaerah terpencil. Untunglah ada satu operator yang bisa menerima sinyal dengan baik disana. Walaupun kami harus berganti kartu, tetapi aku tetap sayang dengannya. Dia tidak terlalu ganteng tapi sangat jantan dan manis. Namun aku tidak bisa memberitahu siapa namanya ke publik. Yang jelas dia masih sering nge-teg foto-fotonya ke wall facebook-ku. I Love U…. Muachhhh…

3 komentar:

  1. yudha arya - Married
    30/175/64 need bf
    Bot/69 hot player
    ( foreplay with madu,batu es n yoghurt )
    17cm,cari top yg dewasa, big size, hardcore
    Teluk gong Jakarta Utara 021-31716648

    BalasHapus
  2. cari bf.. dewasa manly .. stay di malang.. cari yg serius 085753630916... no alay...

    BalasHapus