Aku
masih sibuk mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel
di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba kak Agus yang hanya mengenakan handuk
memelukku lagi dari belakang.
Gila! Emangnya dia nggak capek apa? Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke meja makan di belakang ruang tengah itu.
Gila! Emangnya dia nggak capek apa? Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke meja makan di belakang ruang tengah itu.
“Jangan
di situ, Kak… Adek nggak mau sampai
ngepel pejuh kakak dimeja makan” bisikku, “Ke kamar tidur aja yuk… ”.
Aku
tahu tidak mungkin aku menolak keinginan kak Agus Susanto! Apalagi aku juga teramat menyukai tubuhnya. Jadi aku
menurut saja saat dia ingin menyetubuhiku lagi… Pokoknya selagi kak Satria
tidak tahu hubunganku dengan kak Agus, aku pengen ditusuk terus sama kak Agus.
Habisnya kak Agus bener-bener hot sih…
Akhirnya
tubuhku dibopong ke kamar tidur. Kamar tidur penginapan tersebut dilengkapi
tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC! Tempat yang sama
dimana aku juga sering menikmati kejantanan kak Satria dan Bang Wando.
Setelah
menutup pintu kamar dengan kakinya, kak Agus menurunkan tubuhku di lantai dan
bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku
diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibir tipisku. Kumisnya yang tipis dan
baru tumbuh sehabis dicukur terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin
geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngais
didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak
dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku
sudah tak peduli kalau kak Agus itu adalah seorang aparat yang harusnya
melindungi dan menyodomi diriku,Ups! Maksudku mengayomi diriku dan walaupun aku
baru mengenalnya beberapa hari yang lalu tapi entah mengapa rasanya dengan
lelaki-lelaki yang masih asing bagiku justru aku dapatkan gairah yang
meluap-luap. Yang aku tahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan
kak Agus mulai menarik bajuku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku lalu
dia lanjutkan dengan memerosotkan celana treningku hingga aku telanjang bulat
di depannya! Gila aku telah telanjang bulat lagi!! Aku memang belum sempat
memakai celana dalam setelah mencuci anusku tadi. Lalu dengan sekali tarik kak
Agus melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat
di depanku!
Benar
dugaanku! Ternyata kontolnya berwarna kecoklatan dengan rambut yang sangat
lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya!
Mungkin bila dijajarkan dengan senapan revolver yang biasa dibawanya ukurannya
hampir sama besarnya!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang anusku
menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya lagi…
Aku
tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi kak Agus
menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya meremas
erat kepalaku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang
telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan
terus ke arah putingku yang mulai mengeras menjadi sasaran mulutnya yang
bergairah.
Gila..
Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Kak Agus
mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh kucing lapar
menemukan ikan asin! Agak sakit tapi nikmat saat kedua putingku secara
bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut dan lidahnya.
Tanganku
pun dibimbing kak Agus untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak
menjulang.
“Oouucchhh…
ssshhhhh… niikmaatthhhhh… ”
Mulutku
tak sadar berbicara saat lidah kak Agus yang panas dengan liar mempermainkan
putingku yang semakin mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi
dadaku, kak Agus duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari putingku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang kak Agus yang sudah duduk di kasur springbedku, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tanganku menggenggam batang kontolnya yang kecoklatan dan keras itu!
Dilepaskannya mulutnya dari putingku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang kak Agus yang sudah duduk di kasur springbedku, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tanganku menggenggam batang kontolnya yang kecoklatan dan keras itu!
“Hhhaaahhhh…
sssshhh… .”
Kak
agus mendesis saat batang kontolnya yang besar dan kecoklatan itu aku genggam.
Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga tanganku
semakin erat mencengkram kontolnya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan
kak Agus yang sangat lebat menggesek-gesek telapak tanganku. Apalagi batang
kontolnya yang keras benar-benar hangat dan berkilauan ujungnya akibat precum,
sehingga hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku
tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan kak Agus yang kokoh
menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kontolnya, sementara
tangan satunya memegang batang kontolnya yang berdiri gagah di depan wajahku.
Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum kontolnya.
Tanpa
perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kontol kak Agus yang
mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.
Tubuh kak Agus yang tingginya sekitar 180 cm dan berat 72 kg itu sangat
proporsional memiliki kontol segede itu.
“Aarrggghhhhh…
… ter… … terushhh, Dekkhhhh… Uhhhh…
enakhhhh…hangatttttsss…”
Mulut
kak Agus mengoceh tak karuan saat kumasukkan kontolnya yang sangat besar itu ke
dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kontolnya hingga ia mendesis-desis
seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan kak Agus terus memegangi
dan meremas gemas kepalaku seolah takut kalau aku akan menarik kepalaku dari
selangkangannya.
Setelah
beberapa lama, dengan halus kubelai tangan kak Agus dan kulepaskan
cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus
bekerja memanjakan kontolnya, mataku senantiasa menatap sendu mata kak Agus.
Sesekali aku pun melempar senyum genitku padanya jika mulutku sedang tak
dipenuhi oleh kontolnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.
“Jangan
khawatir kak. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu yang nikmat
ini. Aku akan terus memanjakan kontolmu yang besar dan panjang ini dengan mulut
dan kedua tanganku… .”
Kak
Agus pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan
penuh hasrat yang menggelora, karena bisa merasakan kontol seorang aparat
penegak hukum sekaligus rekan satu kantor Kak Satria.
Tidak
puas bermain-main dengan batang kontolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah
menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kontolnya hingga ke
pangkalnya. Kak Agus semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin
liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telornya secara bergantian.
“Mmppp…
Dekkkhhhh… kamuhhh … hheeb… … baathhh… ooohhh… sssshhh.. aakkkhhhhh… … ”
Aku
semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku
sesekali mengais-ngais anus kak Agus yang ditumbuhi rambut. Kak Agus semakin
membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Beberapa
saat kemudian tubuhku ditarik kak Agus dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang kak Agus. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga kontolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang kak Agus. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga kontolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Tubuhku
menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari
leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa
rasa jijik sedikitpun, lidah kak Agus kini mempermainkan lubang anusku. Aku
merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena
pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…
Aku
tahu kak Agus melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama
padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi
tentu saja aku sangat berterima kasih pada kak Agus karena aku pun kini dapat
menikmatinya.
Seluruh
tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya
menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku
dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah
puas melumat seluruh jari kakiku, kak Agus membalikkan tubuh telanjangku hingga
kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia
sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan
tubuhku ditindih tubuh kekarnya.
Lidahnya
kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah
sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir kak Agus dengan
ganasnya menyedot-nyedot daerah itu sambil sesekali menggigit leherku dengan
giginya.
“Jang…
jang… aannhh dimerah ya, Kak… ” erangku memohon padanya.
“Tidak..
kok… . kakak cuma gemasss!!” desis kak Agus sambil tetap menjilati bagian
belakang telingaku.
“Tapi
kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot putingku.
“Aaaauuwwww…
… ” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.
Rupanya
kak Agus dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar
kedua putingku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang
telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena
aksinya itu.
Sementara
itu tangannya terus bergerak liar meremas dadaku bergantian, walaupun dadaku
tidak terlalu berisi seperti iklan susu protein tinggi tapi tetap terlihat
seksi. Aku semakin mendesis liar saat mulutnyadengan liar dan gemas menyedot
putingku bergantian. Kedua putingku dipermainkan oleh lidahnya yang panas
sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di anusku
yang sudah gatal. Liang anusku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat
jari-jari tangannya menguak masuk dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding
lubang anusku yang sudah semakin gatal.
Sensasi
hebat kembali menderaku saat dengan liar mulutnya menggigit-gigit perut bagian
bawahku yang rata. Perutku memang rata karena aku rajin sit-up atau membantu
ayah dikebun.
“Aaakkkhhhh…
Kakkkhhhh… ooouuucchhhhh… ssshhhh… .” Aku mendesis saat bibir Kak Agus
menelusuri batang kontolku.
Kemudian
lidahnya menyapu-nyapu area di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat
lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa
yang ada di sana.
Tubuhku
tersentak saat lidahnya yang panas menyusup ke dalam anusku dan menyapu-nyapu
dinding kenikmatanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan diangkatnya
sedikit hingga wajah kak Agus bebas menempel diselangkanganku.
Rasa
geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tipis kadang ikut
menggesek dinding lubang anusku membuat aku semakin kelojotan dibuatnya.
Tubuhku
serasa kejang karena kegelian saat wajahnya dengan giat menggesek-gesek pelerku.
Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena
menahan nikmat yang teramat sangat.
“Aaakkkhhh…
… … Ka… kak… oooooohhhh… aakk… .kkkuuuuu… … oookkkhhhh… ssshhh… .”
Kedua
kakiku ditarik kak Agus hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua
kakiku terangkat keatas menyentuh dadaku. Kak Agus lalu memposisikan dirinya di
tengah-tengahnya.
Sejenak
ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya menahan hasrat di
bawahnya. Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh
seorang lelaki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang
disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian
ia mencucukkan batang kontolnya yang sudah sangat keras ke bibir anusku yang sudah
sangat gatal. Aku menahan napas saat kak Agus mendorong pantatnya hingga ujung
kontolnya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang anusku. Secenti demi
secenti batang kontolnya mulai melesak ke dalam anusku. Aku menggoyangkan
pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya
kak Agus sangat mahir dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak
terburu-buru melesakkan seluruh kontolnya tetapi dilakukannya secara bertahap
dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi
hingga tanpa terasa seluruh kontolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam lubangku.
Bibir
kak Agus memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan
betapa kontol kak Agus yang terjepit dalam anusku mengedut-ngedut.
Kami
saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba kak
Agus menarik batang kontolnya dari jepitan anusku.
“Aaakkkhhhh…
” aku menjerit tertahan.
“Enak,
nggak… ?” bisiknya.
“Kakak
nakal oohhh… oohhh… ”
Belum
sempat aku menyelesaikan ucapanku, kak Agus mendorong kembali pantatnya
kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk ususku di dalam sana.
Aku
tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara
anusku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari kontolnya yang besar.
Setelah
puas melumat bibirku, kini giliran putingku yang dijadikan sasaran lumatan
bibir kak Agus. Kedua putingku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut
kak Agus.
Kulihat
kak Agus masih belum apa-apa!! Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga
saat turun-naik bisa merasakan kenikmatan yang penuh. Lalu tanpa rasa malu lagi
kubisikkan sesuatu di telinga kak Agus.
“Giliran
aku di atas, Sayang… .”
Gila…
! Aku sudah berani sayang-sayangan dengan polisi muda itu! Kenapa aku nggak
panggil dia ‘papah’ aja sekalian?
Kak
Agus meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa
melepaskan kontolnya dari jepitan anusku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping.
Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.
Aku
sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian
perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju
mundur lalu berputar seperti layaknya goyangan para penyanyi dangdut. Kulihat
matanya mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam anusku
kuputar dan kugoyang. Pantatnya pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Ssshhh…
oouuugghhh… terusshhh… Bayyyyy… aarrgghhhh… !”
Kak
agus mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut
membantu menggoyangnya.
Gerakan
kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh
hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman tangan kekarnya semakin kuat
menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Dinding anusku
semakin kuat tergesek batang kontolnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku
bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak-sentak ke belakang. Tubuhku mengejang
kuat di atas perut kak Agus akibat sensasi ini. Ada semacam arus listrik yang
menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun. Akupun menggeliat tak karuan.
“Aaaakkkkkhhhh…
… … ooookkkkhhhh… ter… … rruussshhhhhh… , Kakkkk… ooouukkkhhh… … aakhhh…
aakkhh… aakkhh… … sssshhhhh… … ”
Aku
menggelinjang dan menjerit meminta kak Agus untuk semakin kuat memutar
pantatnya. Akhirnya aku tiduran di atas dada kak Agus. Napasku ngos-ngosan
seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.
Aku
hanya pasrah saat Kak Agus mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal
perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal.
Kemudian kak Agus menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya kontolnya di
belahan pantatku. Rupanya ia paling menyukai kalau aku menungging.
Setelah
tepat sasaran, kak Agus mulai menekan pantatnya hingga kontolnya amblas
tertelan anusku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi legitnya jepitan
liang anusku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, kak Agus mulai menggenjot
lubangku dari arah belakang.
Kembali
terdengar suara beradunya pantatku dengan tulang kemaluannya yang semakin lama
semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan
anusku, kedua pipi pantatku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku
berada diantara kedua pahanya.
Kembali
ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan anusku kian
erat menjepit kontolnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti
gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku
pasrah saja.
Aku
benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidur itu ikut bergoyang
seiring dengan ayunan kontolnya yang menghunjam keras ke dalam anusku.
Nafsuku
semakin terbangkitkan. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat kontolnya
menggesek-gesek cincin anusku.
“Uugghhh…
uugghh… uuukkhhh… ”
Terdengar
suaranya mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kontolnya.
“Terusshhh…
terusshhhh… .,kakkkk… geenjooothhh… yyaangg… … kkkhheerrr… .rrraasss… …
ssshhhh… … aarrrrggggghhhhhh… aakkhh… aakkhh… .aakkhh… ooowwwhhhhh… …
ssssstttthhhh… .sseerrr… .sseerrrr… ”
Kembali
tubuhku menggelepar-lepar merasakan nikmat dientot seorang polisi muda yang
tampan dan bergairah. Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Kak Agus tetap
menggerakkan kontolnya dalam jepitan anusku sambil tangan kanannya menjambak
rambutku, meremasnya kuat-kuat sedang tangan kirinya meremas kuat dadaku. Kini
tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya
dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku
yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih
kenikmatan lebih banyak.
Kami
terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami.
Entah sudah berapa kali aku melenguh selama bersetubuh dengannya. Kak Agus baru
sekali mengalami ejakulasi saat ngentotin aku pertama tadi dan aku tidak mau
kalau Cuma ngerasain pejuh kak Agus sekali itu saja, musti dua kali atau tiga
kali... Hehehe.
Tubuhku
terasa lemas sekali karena capek. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Kak Agus
melepaskan kontolnya dari anusku dan mengangkat tubuhku hingga posisi
terlentang.
Aku
sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar dan kakiku diangkat kepundaknya
lalu kembali kak Agus menindihku.
Dia
kembali menusukkan kontolnya ke lubang anusku. Perlahan namun pasti, seperti
gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam
dalam kehangatan anusku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali
bergumul.
“Kakkkk…
kkaammuu… hebatthhh..” bisikku.
Namun
kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibirnya sudah melumat bibirku
dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantatnya kembali
menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa
springbed yang kami gunakan.
Kulihat
tonjolan urat di kening Bowo semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai
meningkat. Napasnya semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas
tak mampu lagi mengimbangi gerakannya.
“Uuggh…
ugghh… uuukkhhhh… ”
Dengus
napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat
melumat bibirku. Lalu kedua tangannya menopang pantatku dan menggenjot anusku
dengan tusukan-tusukan gencar kontolnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai.
Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba
ia menggigit bibirku dan menghunjamkan kontolnya dalam-dalam ke dalam dasar
anusku.
Ccrroot…
crroott.. ccrrott… croottt.. cccrrroottt… “mmpphhh… ooookkkhhh… hhaahh… haahh…
aaakkhhh… .” Desahnya. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam
anusku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di
atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami
tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Kontolnya yang
masih kencang tetap menancap erat ke dalam anusku. Keringat kami melebur
menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan kontolnya
tetap tertancap dalam liang kenikmatanku.
Ketika
subuh ia membangunkanku untuk pamit pulang karena ia harus berdinas di kantornya.
Sebelum pergi, sempat melumat hangat
bibirku. Ohhh… nikmatnya kontol polisi muda ini, membuat aku ingin menikmatinya
kembali.
***
***
Sudah
hampir dua minggu sejak persetubuhanku dengan kak Agus kami tidak melakukannya
lagi. Selama itu aku kadang menikmati kontol-kontol polisiku yang lain tapi
tidak ada yang membuatku menggelepar seperti malam itu. Duh,aku begitu bernafsu
ingin merasakan kehangatan dan keganasan kontolnya kembali. Lama-lama aku
merasa kangen juga dengan pistol gede kak Agus.
Suatu
hari Sabtu sore, tanpa sepengetahuan kak Satria, aku pergi kekota tempat kak
Satria bertugas dengan mengendarai motor maticku. Tetapi kali ini tujuan
utamaku adalah untuk menemui kak Agus dan minta dientot kontolnya. Akhirnya
akupun bertamu ke kosannya.Rumah yang menjadi tempat kosan kak Agus nggak
begitu besar, di ruang tamu dan terasnya sudah dijadikan tempat titipan motor
terbukti banyak motor berbagai jenis yang ada di situ. Oleh penjaga disitu aku
disuruh langsung ke belakang lewat celah samping rumah. Dengan penasaran aku
masuk lewat samping rumah itu dan begitu aku menemukan pintu lagi aku masuk ke
dalamnya yang ternyata sebuah ruang makan yang menyatu dengan dapur dan kamar
mandi di sebelahnya dan sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar
mandi yang terletak di sudut belakang rumah.
Kudengar
suara parau mendendangkan lagu pop dengan suara fals. Itu suara kak Agus yang
sangat kukenal di telingaku. Ku duduk di salah satu kursi panjang di situ
sambil minum air yang sudah kubeli dijalan. Kak Agus yang hanya berbalut handuk
tampak kaget melihatku ada disitu. Tetapi kemudian dia tersenyum nakal
mengetahui tujuan kedatanganku apalagi resleting celanaku sehingga lumayan
memancing gairahnya.
Tanpa
banyak kata kak Agus berjalan menutup pintu kayu samping tadi dan menguncinya.
Begitu pintu ditutup, kak Agus langsung memeluk tubuhku dari belakang lalu
diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Kakak..
kangen sama kamu, Bay… ” bisiknya di telingaku.
Aku
sendiri juga kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan pistolnya, bahkan
birahiku sudah mulai meledak-ledak tadi saat melihatnya Cuma memakai handuk dan
aku sudah nggak sabar untuk merasakan daging kerasnya lagi di dalam anusku.
Tangannya
yang terampil segera melepas jaket yang
ku pakai dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi
tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku.
Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju
kemejaku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar jaketku
tadi.
Begitu
punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan
jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Tangannya yang
kekar meremas dadaku. Jari-jarinya dengan lincah memainkan dan memilin-milin
kedua putingku.
Kini
aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama
sekali. Jilatan lidahnya terus merangsek
seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan
mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tipis dan jarang terasa geli
menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan
di sini, Kak… oohhhhh… ”
Aku
yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di
dapur yang keliahatan jarang dibersihkan itu.
Tanpa
banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di
ruangan itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di penginapan kemarin. Yang
ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi
karpet plastik serta meja kecil untuk tempat minuman, mungkin ruangan ini
digunakan jika polisi itu mengantuk. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet
tembok tanpa plester di kamar itu. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan
ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku
mencari-cari lidahku.
Aku
semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua putingku
dipilin-pilin dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap
turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku
semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku
membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher, bibirnya terus turun ke bawah
dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran putingku yang dijadikan bulan-bulanan
serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik putingku.
Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan
masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampilnya. Aku
membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang
jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di
pinggangnya hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan
celana dalam!! Kontolnya yang panjang, besar dan berwarna kecoklatan gagah
nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa
disuruh, tanganku pun segera menggenggam kontolnya dan meremas serta
mengurutnya.
“Oouugghhh…
ssshh… terusshhhh, Bayyyy… ” desahnya.
Kak
Agus mendengus keenakan saat kuremas-remas gemas dan kuputar-putarkan tanganku
di kontolnya yang membuat aku tergila-gila.
“Aaakkkhhh…
oouuccchhhhhh… .”
Kini
giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangannya menyusup ke dalam
celana dalamku dan meremas-remas pantatku. Tidak Cuma itu… jarinya
mengorek-ngorek ke dalam celah anusku dan mempermainkan jarinya disana. Aku
semakin liar bergoyang saat jari-jarinya semakin masuk ke dalam liang anusku.
Sementara
itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku
membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba kak Agus melepaskan tanganku
dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri.
Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah
hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya
penutup tubuhku.
Kini
mulutnya sibuk mengisap dan menjilat anusku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar
hingga ia lebih leluasa menggarap anusku. Dengan bersimpuh kak Agus mulai
menjilati lubangku sementara tangannya meremas pantatku dan merapatkannya hingga
bibirnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
Permainan
itu terus berlanjut hingga kami sama-sama kelelahan dan kak Agus menembakan
pejuhnya didalam mulutku.
Sungguh
aku suka cara kak Agus memperlakukan aku. Maafkan aku kak Satria. Tapi jujur aku
tetap suka kontolmu…
uu....jadi pengen aku!!!
BalasHapus