Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Minggu, 10 Maret 2013

Intermezzo: Kenikmatan Dari Kak Agus


Aku masih sibuk mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba kak Agus yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.
Gila! Emangnya dia nggak capek apa? Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke meja makan di belakang ruang tengah itu.
“Jangan di situ, Kak…  Adek nggak mau sampai ngepel pejuh kakak dimeja makan” bisikku, “Ke kamar tidur aja yuk… ”.
Aku tahu tidak mungkin aku menolak keinginan kak Agus Susanto! Apalagi aku juga teramat menyukai tubuhnya. Jadi aku menurut saja saat dia ingin menyetubuhiku lagi… Pokoknya selagi kak Satria tidak tahu hubunganku dengan kak Agus, aku pengen ditusuk terus sama kak Agus. Habisnya kak Agus bener-bener hot sih…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur. Kamar tidur penginapan tersebut dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC! Tempat yang sama dimana aku juga sering menikmati kejantanan kak Satria dan Bang Wando.
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, kak Agus menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibir tipisku. Kumisnya yang tipis dan baru tumbuh sehabis dicukur terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngais didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau kak Agus itu adalah seorang aparat yang harusnya melindungi dan menyodomi diriku,Ups! Maksudku mengayomi diriku dan walaupun aku baru mengenalnya beberapa hari yang lalu tapi entah mengapa rasanya dengan lelaki-lelaki yang masih asing bagiku justru aku dapatkan gairah yang meluap-luap. Yang aku tahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan kak Agus mulai menarik bajuku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku lalu dia lanjutkan dengan memerosotkan celana treningku hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat lagi!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam setelah mencuci anusku tadi. Lalu dengan sekali tarik kak Agus melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!
Benar dugaanku! Ternyata kontolnya berwarna kecoklatan dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan senapan revolver yang biasa dibawanya ukurannya hampir sama besarnya!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang anusku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya lagi…
Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi kak Agus menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya meremas erat kepalaku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke arah putingku yang mulai mengeras menjadi sasaran mulutnya yang bergairah.
Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Kak Agus mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh kucing lapar menemukan ikan asin! Agak sakit tapi nikmat saat kedua putingku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut dan lidahnya.
Tanganku pun dibimbing kak Agus untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.
“Oouucchhh… ssshhhhh… niikmaatthhhhh… ”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah kak Agus yang panas dengan liar mempermainkan putingku yang semakin mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi dadaku, kak Agus duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari putingku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang kak Agus yang sudah duduk di kasur springbedku, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tanganku menggenggam batang kontolnya yang kecoklatan dan keras itu!
“Hhhaaahhhh… sssshhh… .”
Kak agus mendesis saat batang kontolnya yang besar dan kecoklatan itu aku genggam. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga tanganku semakin erat mencengkram kontolnya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan kak Agus yang sangat lebat menggesek-gesek telapak tanganku. Apalagi batang kontolnya yang keras benar-benar hangat dan berkilauan ujungnya akibat precum, sehingga hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan kak Agus yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kontolnya, sementara tangan satunya memegang batang kontolnya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum kontolnya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kontol kak Agus yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu. Tubuh kak Agus yang tingginya sekitar 180 cm dan berat 72 kg itu sangat proporsional memiliki kontol segede itu.
“Aarrggghhhhh… … ter… … terushhh, Dekkhhhh…  Uhhhh… enakhhhh…hangatttttsss…”
Mulut kak Agus mengoceh tak karuan saat kumasukkan kontolnya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kontolnya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan kak Agus terus memegangi dan meremas gemas kepalaku seolah takut kalau aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan kak Agus dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan kontolnya, mataku senantiasa menatap sendu mata kak Agus. Sesekali aku pun melempar senyum genitku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh kontolnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.
“Jangan khawatir kak. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu yang nikmat ini. Aku akan terus memanjakan kontolmu yang besar dan panjang ini dengan mulut dan kedua tanganku… .”
Kak Agus pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh hasrat yang menggelora, karena bisa merasakan kontol seorang aparat penegak hukum sekaligus rekan satu kantor Kak Satria.
Tidak puas bermain-main dengan batang kontolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kontolnya hingga ke pangkalnya. Kak Agus semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telornya secara bergantian.
“Mmppp… Dekkkhhhh… kamuhhh … hheeb… … baathhh… ooohhh… sssshhh.. aakkkhhhhh… … ”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus kak Agus yang ditumbuhi rambut. Kak Agus semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik kak Agus dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang kak Agus. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga kontolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.
Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah kak Agus kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…
Aku tahu kak Agus melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada kak Agus karena aku pun kini dapat menikmatinya.
Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, kak Agus membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.
Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir kak Agus dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu sambil sesekali menggigit leherku dengan giginya.
“Jang… jang… aannhh dimerah ya, Kak… ” erangku memohon padanya.
“Tidak.. kok… . kakak cuma gemasss!!” desis kak Agus sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.
“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot putingku.
“Aaaauuwwww… … ” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.
Rupanya kak Agus dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua putingku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu.
Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas dadaku bergantian, walaupun dadaku tidak terlalu berisi seperti iklan susu protein tinggi tapi tetap terlihat seksi. Aku semakin mendesis liar saat mulutnyadengan liar dan gemas menyedot putingku bergantian. Kedua putingku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di anusku yang sudah gatal. Liang anusku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangannya menguak masuk dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang anusku yang sudah semakin gatal.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulutnya menggigit-gigit perut bagian bawahku yang rata. Perutku memang rata karena aku rajin sit-up atau membantu ayah dikebun.
“Aaakkkhhhh… Kakkkhhhh… ooouuucchhhhh… ssshhhh… .” Aku mendesis saat bibir Kak Agus menelusuri batang kontolku.
Kemudian lidahnya menyapu-nyapu area di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidahnya yang panas menyusup ke dalam anusku dan menyapu-nyapu dinding kenikmatanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan diangkatnya sedikit hingga wajah kak Agus bebas menempel diselangkanganku.
Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tipis kadang ikut menggesek dinding lubang anusku membuat aku semakin kelojotan dibuatnya.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajahnya dengan giat menggesek-gesek pelerku. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang teramat sangat.
“Aaakkkhhh… … … Ka… kak… oooooohhhh… aakk… .kkkuuuuu… … oookkkhhhh… ssshhh… .”
Kedua kakiku ditarik kak Agus hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku terangkat keatas menyentuh dadaku. Kak Agus lalu memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya menahan hasrat di bawahnya. Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang lelaki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang kontolnya yang sudah sangat keras ke bibir anusku yang sudah sangat gatal. Aku menahan napas saat kak Agus mendorong pantatnya hingga ujung kontolnya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang anusku. Secenti demi secenti batang kontolnya mulai melesak ke dalam anusku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya kak Agus sangat mahir dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh kontolnya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh kontolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam lubangku.
Bibir kak Agus memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa kontol kak Agus yang terjepit dalam anusku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba kak Agus menarik batang kontolnya dari jepitan anusku.
“Aaakkkhhhh… ” aku menjerit tertahan.
“Enak, nggak… ?” bisiknya.
“Kakak nakal oohhh… oohhh… ”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, kak Agus mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk ususku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara anusku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari kontolnya yang besar.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran putingku yang dijadikan sasaran lumatan bibir kak Agus. Kedua putingku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut kak Agus.
Kulihat kak Agus masih belum apa-apa!! Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat turun-naik bisa merasakan kenikmatan yang penuh. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga kak Agus.
“Giliran aku di atas, Sayang… .”
Gila… ! Aku sudah berani sayang-sayangan dengan polisi muda itu! Kenapa aku nggak panggil dia ‘papah’ aja sekalian?
Kak Agus meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan kontolnya dari jepitan anusku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.
Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya goyangan para penyanyi dangdut. Kulihat matanya mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam anusku kuputar dan kugoyang. Pantatnya pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Ssshhh… oouuugghhh… terusshhh… Bayyyyy… aarrgghhhh… !”
Kak agus mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.
Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman tangan kekarnya semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Dinding anusku semakin kuat tergesek batang kontolnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak-sentak ke belakang. Tubuhku mengejang kuat di atas perut kak Agus akibat sensasi ini. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun. Akupun menggeliat tak karuan.
“Aaaakkkkkhhhh… … … ooookkkkhhhh… ter… … rruussshhhhhh… , Kakkkk… ooouukkkhhh… … aakhhh… aakkhh… aakkhh… … sssshhhhh… … ”
Aku menggelinjang dan menjerit meminta kak Agus untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku tiduran di atas dada kak Agus. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.
Aku hanya pasrah saat Kak Agus mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian kak Agus menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya kontolnya di belahan pantatku. Rupanya ia paling menyukai kalau aku menungging.
Setelah tepat sasaran, kak Agus mulai menekan pantatnya hingga kontolnya amblas tertelan anusku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi legitnya jepitan liang anusku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, kak Agus mulai menggenjot lubangku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara beradunya pantatku dengan tulang kemaluannya yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan anusku, kedua pipi pantatku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua pahanya.
Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan anusku kian erat menjepit kontolnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidur itu ikut bergoyang seiring dengan ayunan kontolnya yang menghunjam keras ke dalam anusku.
Nafsuku semakin terbangkitkan. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat kontolnya menggesek-gesek cincin anusku.
“Uugghhh… uugghh… uuukkhhh… ”
Terdengar suaranya mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kontolnya.
“Terusshhh… terusshhhh… .,kakkkk… geenjooothhh… yyaangg… … kkkhheerrr… .rrraasss… … ssshhhh… … aarrrrggggghhhhhh… aakkhh… aakkhh… .aakkhh… ooowwwhhhhh… … ssssstttthhhh… .sseerrr… .sseerrrr… ”
Kembali tubuhku menggelepar-lepar merasakan nikmat dientot seorang polisi muda yang tampan dan bergairah. Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Kak Agus tetap menggerakkan kontolnya dalam jepitan anusku sambil tangan kanannya menjambak rambutku, meremasnya kuat-kuat sedang tangan kirinya meremas kuat dadaku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku melenguh selama bersetubuh dengannya. Kak Agus baru sekali mengalami ejakulasi saat ngentotin aku pertama tadi dan aku tidak mau kalau Cuma ngerasain pejuh kak Agus sekali itu saja, musti dua kali atau tiga kali... Hehehe.
Tubuhku terasa lemas sekali karena capek. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Kak Agus melepaskan kontolnya dari anusku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar dan kakiku diangkat kepundaknya lalu kembali kak Agus menindihku.
Dia kembali menusukkan kontolnya ke lubang anusku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan anusku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Kakkkk… kkaammuu… hebatthhh..” bisikku.
Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibirnya sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantatnya kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Bowo semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napasnya semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakannya.
“Uuggh… ugghh… uuukkhhhh… ”
Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangannya menopang pantatku dan menggenjot anusku dengan tusukan-tusukan gencar kontolnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan kontolnya dalam-dalam ke dalam dasar anusku.
Ccrroot… crroott.. ccrrott… croottt.. cccrrroottt… “mmpphhh… ooookkkhhh… hhaahh… haahh… aaakkhhh… .” Desahnya. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam anusku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Kontolnya yang masih kencang tetap menancap erat ke dalam anusku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan kontolnya tetap tertancap dalam liang kenikmatanku.
Ketika subuh ia membangunkanku untuk pamit pulang karena ia harus berdinas di kantornya. Sebelum pergi,  sempat melumat hangat bibirku. Ohhh… nikmatnya kontol polisi muda ini, membuat aku ingin menikmatinya kembali.
***
Sudah hampir dua minggu sejak persetubuhanku dengan kak Agus kami tidak melakukannya lagi. Selama itu aku kadang menikmati kontol-kontol polisiku yang lain tapi tidak ada yang membuatku menggelepar seperti malam itu. Duh,aku begitu bernafsu ingin merasakan kehangatan dan keganasan kontolnya kembali. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan pistol gede kak Agus.
Suatu hari Sabtu sore, tanpa sepengetahuan kak Satria, aku pergi kekota tempat kak Satria bertugas dengan mengendarai motor maticku. Tetapi kali ini tujuan utamaku adalah untuk menemui kak Agus dan minta dientot kontolnya. Akhirnya akupun bertamu ke kosannya.Rumah yang menjadi tempat kosan kak Agus nggak begitu besar, di ruang tamu dan terasnya sudah dijadikan tempat titipan motor terbukti banyak motor berbagai jenis yang ada di situ. Oleh penjaga disitu aku disuruh langsung ke belakang lewat celah samping rumah. Dengan penasaran aku masuk lewat samping rumah itu dan begitu aku menemukan pintu lagi aku masuk ke dalamnya yang ternyata sebuah ruang makan yang menyatu dengan dapur dan kamar mandi di sebelahnya dan sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu pop dengan suara fals. Itu suara kak Agus yang sangat kukenal di telingaku. Ku duduk di salah satu kursi panjang di situ sambil minum air yang sudah kubeli dijalan. Kak Agus yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku ada disitu. Tetapi kemudian dia tersenyum nakal mengetahui tujuan kedatanganku apalagi resleting celanaku sehingga lumayan memancing gairahnya.
Tanpa banyak kata kak Agus berjalan menutup pintu kayu samping tadi dan menguncinya. Begitu pintu ditutup, kak Agus langsung memeluk tubuhku dari belakang lalu diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Kakak.. kangen sama kamu, Bay… ” bisiknya di telingaku.
Aku sendiri juga kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan pistolnya, bahkan birahiku sudah mulai meledak-ledak tadi saat melihatnya Cuma memakai handuk dan aku sudah nggak sabar untuk merasakan daging kerasnya lagi di dalam anusku.
Tangannya yang terampil segera melepas jaket  yang ku pakai dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju kemejaku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar jaketku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Tangannya yang kekar meremas dadaku. Jari-jarinya dengan lincah memainkan dan memilin-milin kedua putingku.
Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.  Jilatan lidahnya terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tipis dan jarang terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan di sini, Kak… oohhhhh… ”
Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di dapur yang keliahatan jarang dibersihkan itu.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di ruangan itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di penginapan kemarin. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta meja kecil untuk tempat minuman, mungkin ruangan ini digunakan jika polisi itu mengantuk. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamar itu. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua putingku dipilin-pilin dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher, bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran putingku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik putingku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampilnya. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Kontolnya yang panjang, besar dan berwarna kecoklatan gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam kontolnya dan meremas serta mengurutnya.
“Oouugghhh… ssshh… terusshhhh, Bayyyy… ” desahnya.
Kak Agus mendengus keenakan saat kuremas-remas gemas dan kuputar-putarkan tanganku di kontolnya yang membuat aku tergila-gila.
“Aaakkkhhh… oouuccchhhhhh… .”
Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangannya menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas pantatku. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah anusku dan mempermainkan jarinya disana. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jarinya semakin masuk ke dalam liang anusku.
Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba kak Agus melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku.
Kini mulutnya sibuk mengisap dan menjilat anusku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap anusku. Dengan bersimpuh kak Agus mulai menjilati lubangku sementara tangannya meremas pantatku dan merapatkannya hingga bibirnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
Permainan itu terus berlanjut hingga kami sama-sama kelelahan dan kak Agus menembakan pejuhnya didalam mulutku.
Sungguh aku suka cara kak Agus memperlakukan aku. Maafkan aku kak Satria. Tapi jujur aku tetap suka kontolmu…

1 komentar: