Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Minggu, 24 Maret 2013

Intermezzo: Di Perkosa Lima Kontol Polisi


Banyak orang menunggu musim liburan sekolah, termasuk aku. Ada yang mau ngajak aku liburan nggak nih? Ah, Bayu… Pengemis banget sih lo! Kalau mau liburan, sendiri juga nggak apa-apa kan? Awalnya aku mau ikut liburan sama temen-temen tapi karena aku telat konfirmasi keikut sertaan rombongan akhirnya aku nggak jadi deh ikut mereka. Huft!!! Pokoknya sendiri atau nggak aku harus tetap liburan. Jadilah aku liburan ke pulau Dewata sendirian. Aku berangkat menuju bandara di kotaku dan butuh waktu lebih dari sejam perjalanan udara sebelum pesawatku mendarat di pulau seribu pura.
Kota Denpasar memang masih asing bagiku karena memang baru pertama kali aku menginjakan kaki dipulau ini. Biaya berliburku kali ini juga didapat dari Pak Nikki, Mas Arif dan Bang Dayat plus uang jajan dari orang tuaku. Enak bukan punya pacar-pacar yang baik and mapan… Hehehe…
Aku menuju daerah Kuta menggunakan mobil carteran. Ketika sudah sampai disana, aku kebingungan untuk mengambil arah mana yang harus aku ambil agar sampai kesalah satu penginapan murah yang pas buat kantongku. Untunglah aku lihat ada Polisi Khusus yang bisa aku mintai keterangan. Para polisi gagah dan cantik menggunakan dasi merah itu terlihat ramah melayani pertanyaan para turis seperti aku. Aku dekati salah seorang polisi untuk meminta informasi.
“Permisi Pak. Bisa bantu saya?”.
Polisi itu pun balik badan dan menoleh kearahku. Ya ampun, hampir saja aku ambruk karena pingsan melihat kegagahan polisi itu. Wajahnya sangat jantan dengan kumis yang agak tebal dan alis yang tajam. Wajahnya terlihat seperti orang Jawa banget. Tertulis nama Gunawan Triatno didada kanannya. Dia mengenakan topi koboi khusus Bali Tourist Police. Dadanya tampak menonjol dan otot lenganya terlihat besar dibalik baju lengan panjangnya.
“Ada yang bisa saya bantu, dek?”.
“Oh.. iya Pak. Saya mau tanya, disini kalau mau penginapan yang murahan dikit kearah mana ya?”, tanyaku sambil gugup dan gemetarn akibat menatap wajah tampannya.
Dia merekomendasikan beberapa penginapan murah untukku. Aku merasa sangat terbantu olehnya dan entah mengapa dia juga bersedia mengantarkanku menuju salah satu penginapan murah yang dia maksud. Setelah sampai, aku berterimakasih padanya.
Keesokan harinya, aku kembali bertemu Pak Gunawan dimobil Polisi turis. Kami terlibat pembicaraan ringan dan malamnya aku ajak dia menemaniku untuk makan malam tetapi anehnya lagi dia tidak menolak tawaranku. Pucuk dicinta ulam pun tiba, di acara makan malam itu kami sempat bertukar nomor hape dan bercerita mengenai hal pribadi. Ternyata Pak Gunawan telah memiliki seorang istri dan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.Pak Gunawan adalah seorang Briptu berusia 34 tahun. Tingginya sekitar 175 cm dan beratnya ideal karena dia menjaga badannya agar terlihat berotot.
Andaikan aku punya kesempatan untuk mencicipi pejuh pak Gunawan. Pikiranku melayang jauh sambil terus memandangi wajah gagahnya. Sadar Bay! Kamu nggak mau kan kalau sampai ngaceng sia-sia di tengah orang banyak? Aku membuyarkan lamunanku.
Keesokan harinya aku sedang duduk di dekat sebuah pohon untuk menunggu kendaraan yang akan membawaku ke Ubud.
"Halo Bay, lagi nunggu taksi ya?" Tanya si pengendara mobil Xenia itu yang ternyata adalah Pak Gunawan si POLISI Pariwisata Bali pujaanku.
"Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat tugas?" tanyaku spontan.
"Iya nih! saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mau ke kantor, ayo ikut Bapak saja" ajak Pak Gunawan.
Karena Aku sudah kenal dekat dengan Pak Gunawan akhirnya aku mau juga nebeng Pak Gunawan walaupun aku sebenarnya harus membatalkan rencanaku pergi ke Ubud. Tapi disitulah awal bencana bagiku (Kenikmatan kaleeee).
"Bayu,  nggak keberatan kan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat ada beberapa barang saya yang tertinggal di sana?" Pak Gunawan sepertinya membuat alasan.
"Iya Pak.. Gak papa kok… Santai aja", aku senyum padanya.
Pak Gunawan mempercepat laju mobilnya sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang. Sesampainya disitu aku ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Bripda Wayan (24), Briptu Made (25) yang sepertinya merupakan rekan kerja pak Gunawan. Di pojok rumah itu ternyata juga sudah menanti dua orang Polisi lain yaitu Bli Putu (29) dan bli Agung (27). Mereka semua tampaknya sudah menunggu sejak lama saat-saat seperti ini.
"Halo Bayu, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru bli Putu.
"Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?", aku mulai kebingungan.
Aku berusaha jual mahal dengan menjerit karena mulai digerayangi oleh para polisi berseragam lengkap.
"Lepasin! Jangan coba-coba sentuh saya ya!".
"Diam, kamu! Mau  selamat nggak? Berani melawan POLISI yah", kata Bli Agung.
Aku mencoba melawan dengan memukuli dan menendang polisi itu. Tapi aku kalah setelah dihantam perutku oleh bli Wayan yang gagah, dan di gampar pipiku berkali-kali sampai aku lemas hingga merah dan bibirku berdarah. Aku hanya bisa meringis kesakitan. Aduh… Polisi-polisi ini kejam dan sadis banget ya…
"Nah sekarang emut dan hisep Kontol saya, Kontol Pak Gunawan, Kontol Agung, kontol Made dan kontol Putu. Yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik anus kamu biar jebol, Mau?", Karena ketakutan akhirnya aku mengulum Kontol para Polisi itu. 
Aku menyedot Kontol polisi-polisi itu satu-persatu dengan bibirku yang merah dan mulutku yang mungil, sambil tanganku menggenggam Kontol para Bapak Polisi sambil mengocok-ngocoknya.
"Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah enak.. Uhhhh.. Bapak suka kamu Bay..", seru Pak Gunawan.
"Mmmphh, slerrpp, mmhh". Dengan terpaksa aku menghisap Kontol-Kontol mereka sampai mereka semua berkelojotan. Aku memang ingin menikmati kontol pak Gunawan namun karena perlakuan mereka seperti ini aku mulai takut dan terpaksa melayani kontol-kontol mereka.
"Gila, nih cowok nyepongnya mantep banget, kamu pasti sudah sering nyepongin Kontol pria yah? Ahahaha....", kata bli Agung.
Satu persatu para Polisi gagah itu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulutku hingga mengalir ke tenggorokanku. Walaupun aku hampir muntah namun mereka memaksaku untuk menelan pejuh kelima Polisi tersebut. Aku masih tak percaya bisa mengoral kontol para polisi gagah dan berotot ini. Wajahku mulai terlihat kewalahan lagi, mungkin karena mabuk pejuh dan merasakan mual pada perutku. Setelah mereka puas memperkosa mulutku ternyata mereka langsung menelanjangiku. Bli Made memegang kedua tanganku, Bli Wayan memelorotkan celana jeans-ku, Bli Putu merobek baju dan singletku.
"Nih cowok homo badannya manis banget, imut lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, lembut banget". Pak Wayan mengomentari putingku, sambil mulai menarik-narik putingku. Dalam sekejap aku sudah dalam keadaan tanpa busana.
"Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi", ancamku sambil teriak.
"Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima latihan khusus", Seru bli Made sambil menjambak rambutku.
Aku sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja. Ketika bli Made hendak beraksi tiba-tiba Pak Gunawan protes, "karena saya yang dapat Bayu ini maka saya duluan yang nusuknya."
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuhku menjadi tengkurap, kedua tanganku yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahku menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Gunawan itu kini mengelus ngelus bagian pantatku, dirasakan olehnya pantatku yang padat. Sesekali tangannya menampar pantatku dengan keras, bagai seorang bapak yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal "Plak, Plak, Plak!!".
"Wah bagus sekali pantat kamu Bay, kenyal, gila nih Gung, paha cowok satu ini manis amat. Putihnyaaaaa.. ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di lobangnya" ujar Pak Gunawan sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantatku sambil sesekali mencabuti bulu-bulu disekitar lubang anusku.
aku mengaduh kesakitan.
"Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat seenak ini, seperti pantat cewek aja", kata pak Gunawan lagi. "Hotnyaaaaaaaaa, ya ampun, mulus, kenyal lagi" sambil memijat pantatku yang memerah karena tamparan tangan Pak Gunawan.
Bli Putu lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantatku.
"Aakhh, Pak, jangan sentuh pantatku!", aku membentak mereka.
"Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke pipiku.
"Diam kamu, lonte homo! Mau saya rontokin gigi putih kamu!!", bli Putu balas membentak.
Aku hanya diam pasrah, sementara tangisanku mulai terdengar. Tangisku terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Gunawan secara perlahan-lahan mengusap kakiku mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulusku dan akhirnya menyusup masuk kedalam CD hingga menyentuh kebagian lobang pantatku.
"Jangan Paaaaakkk! Saya mohon", aku memelas ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Gunawan, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamku dan langsung menyentuh lubang anusku. Kontan saja hal ini membuat badanku agak menggeliat, aku mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Gunawan tadi langsung menusuk liang anusku.
"Egghhmm, oohh, shitt, shitt", aku menjerit badanku mengejang tatkala jari tengah Pak Gunawanan masuk ke liang anusku.
Badanku pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Gunawan memainkan jarinya itu didalam anusku. Nafasku terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknya liang anusku, sementara itu badanku menggeliat-geliat jadinya, mataku merem-melek, mulutku mengeluarkan rintihan-rintihan. Pak Gunawan menciumi bibir anusku sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam lubang anusku, kepala Pak Gunawan menghilang di antara belahan pantatku sambil kedua tangannya meremas-remas pipi pantatku. Sementara Pak Putu meremas dada kananku, dan mulutnya menggigit puttingku satunya lagi. Aku sekarang sudah telentang dengan kaki diangkat keatas.
"Pak Gunawan, Putting cowok kesayanganmu ini gurih sekali, lembut lagi". Bli Putu asyik menyantap putingku.
"Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak".
Aku terus mengerang kesakitan pada kedua putingku dan kenikmatan pada anusku. Setelah beberapa menit lamanya, Pak Gunawan kemudian mencabut jarinya.
Melihat aku yang meronta-ronta, Pak Gunawan semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan Kontolnya ke dalam lubangku yang masih enak itu. Walaupun anusku sudah basah oleh air liur Pak Gunawan namun Pak Gunawan masih merasakan kesulitan saat memasukkan Kontolnya, karena anusku masih terlalu kecil untuk ukuran kontolnya. Aku hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan. Lalu dengan ngacengnya Pak Gunawan memasukkan batang Kontolnya lagi.
"Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn", terdengar suara erangan kesakitan keluar dari mulutku.
Aku mulai menangis sambil mendesah menikmati Kontol Pak Gunawan yang mengaduk-aduk liang pembuanganku. Raut wajahku menahan sakit luar biasa pada anusku.
Aku sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika Kontol  pak Gunawan disodok-sodokkan ke lubang anusku.
"Awwwwww... oh uhhhh......jangan, uh, duh Pakk, ampunn Paaaaaaaaaakkk!!".
Sungguh mengasyikan melihat expresiku yang merem-merem sambil menggigit bibir bawah. Pak Gunawan terus menggenjot anusku. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Gunawan terus menggenjot tubuhku, aku semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Gunawan menggenjot tubuhku. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, mataku mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirku menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, "Ahh, ahh, oouuhh".

Lalu Pak Gunawan memposisikan tubuhku menungging. Pantatku sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang pahaku yang putih dan tegak. Pak Gunawan memasukkan Kontol besarnya yang berpanjang 18 cm ke liang pembuanganku hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga anusku hingga membuatku tersentak kaget dan kesakitan sampai mataku membelalak disertai teriakan panjang.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...... Paaaaaakkkkk!!!! Tidaaaaaaaaakkkk!!!".
Kedua tangan Pak Gunawan memegang pantatku, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Gunawan mengelus-elus pantatku. Beberapa menit kemudian, Pak Gunawan kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tanganku. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tanganku dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan Kontol Pak Gunawan. Wajahku menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaanku seperti itu, pak Gunawan semakin bersemangat mengebor liang anusku.
"Anjingg, bangsaatt, anus, kamu, Bayu ngentoott, bapak entotin kamu".
Pak Gunawan merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Gunawan pun sampai kepuncak paling nikmat menikmati anusku, kontolnya menyemburkan pejuh kental yang luar biasa banyaknya memenuhi lubang anusku.
"Aa, aakkhh, oohh", sambil mengejan Pak Gunawan melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras, mengejang dan bergetar dengan kepala menengadah keatas.
"Aoohh, oouuhh, Polisi bangsat kamuuuuuuu pakkk!!".
Aku mengumpat sambil mendesah, tubuhku mengejang merasakan cairan pejuh Pak Gunawan membanjiri anusku. Puas sudah dia menyetubuhiku, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhiku dan puas dalam merojok anusku.
aku menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, aku sadar bahwa polisi tiu telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri lubang anusku. Cairan kental hangat itu memenuhi liang anusku sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
Setelah itu Bli Agung maju untuk mengambil giliran. Kali ini bli Agung mengangkat kedua kakiku ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan Kontolnya yang sudah tegang ke dalam anusku. Bli Agung masih mengalami kesulitan saat memasukkan Kontolnya, meskipun anusku kini sudah licin oleh pejuh Pak Gunawan.
Kembali lubang duburku diperkosa secara brutal oleh Bli Agung, dan aku lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
"Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatttt.. ahhhhh", teriakku.
Namun kali ini aku tidak berontak lagi, karena aku pikir itu hanya akan membuat polisi itu semakin bernafsu saja. Sementara itu bli Agung terus memompa anusku dengan cepat sambil satu tangannya menarik-narik putingku dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh pejuh nya di dalam anusku.
"Ooohh, makan nih pejuh polisi. Kamu suka kan?? Ahhhhhh… ohhhhhh!!".
Aku hanya dapat meringis kesakitan, tubuhku telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakiku sudah tidak dipegangi lagi. Aku dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam anusku. Sebagian pejuh bli Agung mengalir lagi keluar dari anusku.
"Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh", aku menjerit dengan tubuhku yang mengejang ketika bli Putu mulai menanamkan batang kemaluannya didalam liang anusku.
Mataku terbelalak menahan rasa sakit anusku, tubuhku menggeliat-geliat sementara bli Putu terus berusaha menancapkan seluruh batang kontolnya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua Kontol tadi, aku masih agak tegang sehingga anusku masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Bli Putu berhasil menanamkan seluruh batang kontolnya didalam anusku. Tubuhku berguncang-guncang merasakan sakit dan pedih tak terkirakan di duburku. Aku pun terus memohon kepada Bli Putu agar mau melepaskannya.
"Ahh, rasain kamu, akhirnya aku bisa juga ngerasain jepitan anus kamu sayang", bisiknya ketelingaku.
"Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn", rintihku dengan suara yang megap-megap.
Jelas bli Putu tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk duburku.
"Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh", aku merintih-rintih, disaat tubuhku digenjot Oleh bli Putu, badanku pun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding anusku kuat mengurut-urut batang kemaluan bli Putu yang tertanam didalamnya, karenanya bli Putu  merasa semakin nikmat. Sambil memukuli pantatku dengan tangannya, berharap agar anusku mencengkram Kontolnya dengan lebih erat karena lobang anusku mulai semakin mengendur.
Tiba-tiba bli Putu mencabut Kontolnya dan dia duduk di atas dadaku. Bli Putu mengocok-ngocok kontolnya dengan kuat, sampai akhirnya dia memuncratkan pejuhnya ke arah wajahku. Aku gelagapan karena pejuh bli Putu mengenai bibir dan juga mataku. Setelah itu bli Putu masih sempat membersihkan sisa pejuh yang menempel di Kontolnya dengan mengoleskan Kontolnya ke bibirku.

Bersambung…

3 komentar:

  1. Kontolnya orang Bali kan nggak sunat, apa iya sebegitu hebatnya?....sepertinya ceritanya kok sangat dilebih-lebihkan alias omong kosong!

    BalasHapus
  2. ini karangan atau cerita asli sih?? di Bali presentasi polisi gay minim banget, sudah jadi polisi aja sudah dapet cewek

    BalasHapus