Gerimis
mulai menyentuh kulitku. Aku terus berjalan meski beberapa kendaraan
mengklaksonku karena aku terus saja menyeberang jalan yang suasana lalu lintasnya
dimalam itu cukup padat. Aku memang masih sangat kesal dengan Kak Satria.
Meskipun aku dengar kak Satria memanggil namaku dan berusaha mengejarku untuk
menjelaskan semua ini tetapi entah mengapa aku bisa seegois ini. Rasanya memang
tidak adil bagi kak Satria jika aku saja bisa menikmati kejantanan polisi atau
pria lain dibelakangnya mengapa dia tidak bisa. Bahkan dia tidak sejahat aku
yang menyelingkuhinya. Kak Satria Cuma bilang kalau dia akan bertunangan dengan
seorang gadis pilihan orang tuanya. Sepanjang langkah kakiku, aku tertunduk dan
memikirkan hal terbaik untuk hubungan kami. Sebenarnya bukan masalah kak Satria
mau tunangan atau mau menikah yang aku persoalkan melainkan tentang cintanya
padaku. Apakah dia masih bisa membagi cintanya untukku? Semua pertanyaan itu
menghajar otakku sepanjang jalan hingga kakiku terhenti disebuah kursi didekat
pohon dan semakin tertunduk bingung.
“Bay…
Maafin kakak. Ini bukan kehendak kakak. Walau bagaimanapun kakak tidak mungkin
menyakiti hati orang tua kakak. Kamu mengerti kan?”.
Suara
kak Satria yang tiba-tiba berada disampingku membuyarkan lamunanku.
“Tapi
kak, kalau kakak nanti tidak bisa menemui aku lagi gimana? Aku tidak bisa
kehilangan kakak… Aku cinta banget sama kakak. Kakak tolong dong ngerti perasan
aku”.
Kak
Satria duduk disampingku dan merangkul bahuku. Kepalanya yang plontos dia
sandarkan kekepalaku.
“Bayu…
Cinta kakak sudah menemukan tempatnya di kamu. Seberapa kuat pun kakak berusaha
membohongi diri kakak, kakak tidak bisa membohongi perasaan sendiri kalau kakak
benar-benar cinta sama kamu. Kakak janji, kakak akan ngeluangin waktu buat Bayu
kalau nanti kakak sudah bersama dia. Sudah dong Bay, nanti cakepnya hilang tuh,
gara-gara cemberut terus”, rayu kak Satria.
“Mungkin
kakak bisa menyempatkan waktu buat aku tapi apakah dia mau ngijinin kakak
pergi? Bayu belum siap kak…”.
Cupppp…
Sebuah ciuman hangat kak Satria mendarat di ubun-ubunku. Semuanya kini mulai
dingin dan begitu saja diterima otakku. Ah… Kak Satria, kamu memang mampu
membius hatiku.
Meskipun
perdebatan itu kembali terjadi namun aku akhirnya bisa memahami kak Satria. Aku
benar-benar beruntung bisa kenal dengan seorang polisi yang sangat bertanggung
jawab seperti kak Satria. Aku tidak akan menyia-nyiakan orang sebaik kak
Satria. Aku berjanji didalam hatiku.
Dengan
motor sport berwarna hitamnya, kak Satria mengantarku pulang kerumah. Dinginnya
udara malam itu semakin memaksa jemari dan tubuhku mendekap tubuh kak Satria
yang berisi. Aku benamkan kepalaku dipunggungnya yang kokoh seakan tidak mau
melepaskan kak Satria. Sepanjang pejalanan itu kami hanya terdiam…
***
“Waduh,
kok bisa? Emangnya kamu taruh dimana?”, tanyaku pada Juno yang kehilangan
hapenya.
“Tadi
aku taruh dibawah meja. Kirain kamu iseng nyembunyiin hape aku”, tuduhnya
dengan sedikit menyelidik.
Aku
kembali melihat kedalam laci meja Juno untuk memastikan bahwa didalam meja
tersebut tidak terdapat hape. “Nggak ada tuh. Kamu salah inget tuh. Coba kamu
inget-inget lagi dimana kamu naruh hape. Perasaan tadi Mita mau minta lagu deh
dengan kamu”.
Deg!
Juno tersenyum. “Oh… iya. Aku lupa. Dikantin tadi Mita emang minjem hapeku
terus dia bawa. Hahahaha…”.
“Huuuuu…
dasar kakek-kakek, bentar-bentar pikun. Aku kan nggak harus khawatir kayak
gini. Ya sudahlah, aku mau gabung ma anak-anak yang lain. Makan tuh Mita!
Hahaha”. Aku meninggalkan Juno. Eh, baru beberapa langkah aku tinggalin dia
ngikut aja dibelakangku. Dasar Juno ini…
Sepulang
sekolah, tiba-tiba hapeku berbunyi. Kak
Satria memanggil. Ada apa ya? Aku angkat telepon dari dia sebentar sambil
menuju parkiran.
“Hallo
kak, ada apa?”.
“Tengok
dong kedekat pohon ketapang didepan sekolahmu…”.
Deg!
aku langsung kaget. Tahu nggak apa yang sedang aku pikirkan? Jangan-jangan kak
Satria sudah nungguin aku disana. Waduh…. Kalau nggak cepet-cepet disamperin
and dibawa jauh-jauh dari sekolahku bisa-bisa aku mati berdiri karena cemburu.
Aku pastikan kalau cewek-cewek kegatelan disekolahku langsung ngebet deh
ngelihat kegagahan dan kegantengan kak Satria. Secara, dia seorang polisi…
Tapi, sebagian anak-anak pasti takut juga tuh sama kehadiran kak Satria, kalau
dia mengenakan seragam polisinya. Buat apa seorang polisi ada didepan pintu
gerbang sekolahan coba, kalau nggak buat melakukan rajia atau memburu buronan,
mungkin? Sudahlah, aku mendingan langsung mengambil motor matic-ku dan
menghidupkannya.
Baru
keluar dari pintu gerbang sekolah, sosok pria tinggi dan kekar berjaket kulit
berwarna hitam, bercelana jeans biru dan bersepatu sandal berwarna coklat
terlihat gagah sekali diatas motor sport hitamnya. Helm kak Satria dibuka
kacanya. Sementara ditangan kanannya sebuah hape terlihat sedang dipegang.
Tit!
Tegurku dengan klakson motor. “Kak, ayo kita kerumahku”.
“Ini
dia orang yang ditunggu dari tadi. Oke bos!”, dia menghidupkan motornya dan
langsung mengikutiku melaju di aspal.
Matahari
yang sangat terik siang itu membuat aspal mirip seperti wajan datar yang siap
memanggang apa saja yang melintas diatasnya. Setelah beberapa menit mengendarai
motor, kami tiba di rumahku yang sederhana. Mamaku sudah pulang dan beliau
tengah asik membereskan rumah.
“Asalamualaikum…”.
Aku masuk kedalam rumah sambil mempersilahkan kak Satria untuk masuk. Ini
pertama kalinya aku membawa kak Satria mampir kerumahku. Aduh, ibu nanti
nanyain apa ya ke kak Satria.
“Waalaikum
salam…”, sahut ibuku.
“Bu,
aku bawa temen mainku. Dia aku ajak makan ya?”. Aku meminta ijin ke ibuku
terlebih dahulu.
“Boleh.
Ibu siapin dulu ya… kebetulan ibu sudah beli lauk di warung tadi. Kamu ganti
baju dulu… Sudah disuruh masuk belum temennya?”.
“Sudah
bu…”, jawabku. “Kak Satria… masuk aja kemari, sambil nonton tv dulu nih”,
panggilku.
“Iya
Bay…”. Kak Satria dengan segera masuk keruang tengah dan melepas jaketnya.
Tubuh kekarnya terlihat berkeringat akibat panas dan terkurung jaket.
“Nih,
aku hidupin kipas angin dulu. Mau idupin AC, tapi AC-nya lagi di toko belum di
ambil. Hahaha”, candaku.
Aku
berganti pakaian dan cuci kaki-tangan kemudian memanggil kak Satria untuk makan
dimeja makan. Kak Satria duduk disampingku. Baru mau duduk ibu sudah siap-siap
jadi presenter acara talk show. Bukan ibuku namanya kalau tidak tanya-tanya dan
ngajak ngobrol teman-temanku.
“Ayo
nak, silahkan dinikmati makanannya. Seadanya ya, soalnya ibu nggak sempet
masak”.
“Iya
bu nggak apa-apa, aku jadi ngerepotin”. Kak Satria mengambil nasi dan lauk
kemudian mulai makan.
“Kamu
dari mana nak?”, tanya ibu sambil menyuap nasi.
Aduh…
kak Satria pasti jawab jujur deh semua pertanyaan ibuku.
“Dari
************ bu, kebetulan aku lagi ada urusan di sini”.
“Lho,
jauh juga. Kelihatannya kamu polisi ya nak?”.
“Iya
bu”.
“kok
bisa kenal Bayu? Apa Bayu pernah nakal?”.
Tentu
saja ibuku curiga dengan hubungan kami. Darimana aku yang seorang pelajar SMA
bisa kenal dan akrab dengan polisi yang memiliki beda umur cukup jauh.
“Nggak
bu, Bayu baik-baik aja kok. Kebetulan kami sering main badminton bareng”.
Huhh…
Kak Satria punya alasan yang bagus juga. Kebetulan aku memang sering pamit
untuk main bulutangkis.
“Kirain
Bayu pernah berurusan sama nak… Siapa namanya?”.
“Satria
bu…”.
“Iya,
sama nak Satria… Bayu ini anaknya manja lho, susah dikasih tahu sama ibu”.
“Boong
tuh… Ibu bikin aku malu aja”, aku membela diri.
Kami
pun kembali menikmati acara makan tentunya dengan cercaan pertanyaan ibu yang
bikin aku seperti nonton film aksi, deg-deg-an jadinya.
Setelah
makan, aku mengajak kak Satria kekamarku. Kamarku cukup dingin, ditambah lagi
ada kipas angin besarnya. Aku beralasan mau tidur siang dulu, biar ibu nggak
curiga. Aku merebahkan tubuh dikasurku disusul kak Satria yang juga ikut
berbaring disampingku. Set, tangan nakalnya langsung memeluk perutku. Tentu
saja aku langsung tepis tangan itu dan buru-buru duduk.
“Kakak….
Jangan sekarang, ntar ketahuan ibu. Pintu nggak ditutup lagi”.
“Hmppp…”.
Dia berdiri dan menuju pintu kamarku lalu menutup serta menguncinya.
Aku
tahu, pasti kak satria mau macam-macam deh. Dia mendekat kearahku dan langsung
menubruk tubuhku dengan tubuh besarnya sampai aku terbaring dengan dia berada
diatasku. Aku ditindihnya.
“Kakak
kangen sama kamu Bay”.
Perlahan-lahan
dia mendekatkan bibirnya kebibirku. Seolah terbius oleh sosoknya yang gagah
perkasa, aku membuka mulut dan menyambut bibirnya. Kami berciuman mesra.
Lidahnya menyentuh bibir atasku kemudian terus masuk dan mengajak bibirku
beradu. Air ludahnya menetes bercampur dengan ludahku. Aku terpejam menikmati
kecupan kak Satria. Tanganku meraba-raba kepalanya yang plontos dan mengusap
pipinya.
Dia
sedot ludahku, kemudian dia gigit bibirku. Aku menggeliat karena nikmat
dibuatnya.
“Sudah
kak, takut ketahuan ibu”.
“Biarin.
Biar sekalian dinikahin”.
Dia
kembali mecelemoti bibirku mesra. Bau keringat kak Satria menusuk hidungku
namun bau jantannya ini semakin membangkitkan gairahku untuk bercinta dengannya.
Aku terus terbakar nafsu dan seolah-olah tidak bisa mengontrol gairahku lagi.
Baju kaos kak Satria tercetak ditubuh kekarnya karena keringat.
Tiba-tiba
handphone-ku berbunyi. Aku melepas bibirku dari bibir kak Satrai dan mengambil
hapeku.
“Bay,
mama mau ke arisan dulu. Kalau kamu mau jalan, kunci ditaruh ditempat biasa”.
Bunyi SMS mamaku.
“Siapa
Bay?”.
“Mama
kak. Katanya mau ke arisan”.
“Berarti
kita berduaan aja dong dirumah sayang?”, kaka Satria benar-benar girang
mendengarnya.
Terdengar
sebuah motor menjemput mamaku didepan rumah kemudian mereka berlalu pergi.
Bagai kesetanan kak Satria langsung memeluk tubuhku erat dan menciumi bibirku
kembali. ya sudahlah, kayaknya lubang anusku bakalan diembat kontol kak Satria
siang ini.
Tanganku
masuk kedalam kaos kak Satria yang basah dan bergerilya mencari putingnya. Aku
pelintir dan aku tarik-tarik agar semakin membakar gairah kak Satria. Kontol
kak Satria sudah tegang dibalik celananya. Dia gesekan kontolnya ke kontolku.
Auh… enaknya…
Pop!
Kak Satria melepaskan ciumannya. Kemudian melepas semua pakaian dibadannya.
Dadanya berisi dan perutnya keras tetapi tidak kotak-kotak namun rata. Otot
pahanya kokoh dan yang bikin aku meneguk air ludah adalah perkakas yang
terdapat diselangkangan kak Satria. Bentuknya yang gemuk dan cukup panjang
tegak menjulang membentuk sudut 45 derajat dengan perutnya. Kontol 18 cm dan
diameter 4 cm itu berhiaskan sepasang biji yang menggantung sebesar salak dan
ditumbuhi jembut-jembut yang mulai membelukar. Dia kocok-kocok sebentar
kontolnya seolah-olah mengisyaratkan untuk aku segera menyerbunya dengan
mulutku.
Nantang
banget kak Satria ini! Hap! Langsung saja aku serbu kontol itu dengan mulutku.
Aku isap dan aku kulum batang kejantanan kak Satria dengan bergairah. Tangan
kak Satria mulai membantu melepas semua pakaian ditubuhku hingga aku telanjang
bulat. Aku genggam kontol kak Satria kemudian aku kenyot kepalanya. Cairan
precum kak Satria terasa nikmat diujung lidahku.
“Ahhhh…
sshhhhtttt … ahhh… ah…… Lobang kencingnya Bay, masukin lidah kamu dilobangnya..
Uh…. Lagi sayang, terus… Hhhhhmmmppppp”.
Dasar
kak Satria, begitu aja sudah mengerang-erang. Untung rumahku dan para tetangga
tidak berdekatan sehingga suaranya tidak begitu terdengar oleh tetanggaku. Kak
Satria menyodokan kontol gedenya kemulutku. Clok! Aku tersedak dan keget
dibuatnya. Sekarang kak Satria mulai memaju mundurkan pinggul agar kontolnya
bergerak seperti mengentoti anusku. Aku mengimbangi sodokannya dengan diam
mematung dan berusaha mengambil nafas seefektif mungkin agar tidak kehabisan
nafas. Tangan kak Satria mengelus kepalaku lalu dengan perlahan dia mendorong
bagian belakang kepalaku agar semakin menelan kontolnya lebih dalam lagi. Gila
banget!
Entah
mengapa kak Satria terlihat menggebu-gebu nafsunya siang itu. Dia menuntunku
untuk berbaring dengan kontolnya yang masih bersarang dirongga mulutku. Aku
turuti apa mau kekasihku itu. Dia menunjukan senyum nakal padaku kemudian
secara cepat dia pegang tanganku kuat-kuat lalu… Astaga dia memperkosa mulutku.
Seluruh kontolnya yang besar dia gerakan maju mundur dengan cepat di mulutku.
kepala kontolnya terasa menyapa tenggorokanku dan membuat aku berlinang air
mata ingin muntah. Untunglah dia berhenti sesekali agar aku mengambil nafas
namun setelah itu dia kembali merojokan kontolnya dengan ganas. Aku memang
seperti diperkosa olehnya namun entah mengapa aku merasakan bahwa inilah
sebenar-benarnya persenggamaan. Aku merasa tertindas namun karena itu pula aku
mendapatkan kenikmatan tersendiri. Masa bodoh ah! Yang penting kontol POLISI
ini bisa jadi milikku seutuhnya dan tentunya calon istri kak Satria hanya dapat
sisanya. Hahaha…
“Akhhhh…
arghh… ahhh.. owhhh… oooohhhh… ermmm… ohhh… sayanghhh… kakak… udah lama …pengen
begini… uhhh… maafin kakak… ahhhhhhh… ahhh…. Enakh sayanghhh… enak! Arggggg”.
Mungkin
sifat sadis kak Satria yang mendorongnya untuk melakukan ini padaku. Aku
bahagia kalau kak Satria bahagia walau apapun gaya yang akan kak Satria lakukan
dalam mengentotiku (ah, nggak semuanya juga kaleee…).
Air
mataku mengalir karena ingin muntah. Aku ngos-ngosan dan hampir kehabisan
nafas. Melihat itu, kak Satria menghentikan tusukan dan menarik kontolnya dari
mulutku. aku membuka mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian kak Satria
menggesekan kepala kontolnya kelidahku. Precum segarnya menyentuh syaraf-syaraf
pengecapku sehingga aku mulai rileks dan menenangkan diri.
Dia
gerakan ujung kontolnya yang mengkilap karena ludahku kepermukaan lidahku.
Tubuh kak Satria yang besar telah dipenuhi oleh tetesan keringat. Beberapa tetesan
air badannya itu mengalir kekeningnya dan menetes ketempat tidurku.
Sepertinya
dia mengijinkan aku untuk mulai mengatur permainan. Segera aku emut kepala
kontol gede milik kak Satria selembut mungkin. Cengkraman tangan kak Satria
juga sudah dia lepaskan sehingga aku bisa memainkan kedua buah zakarnya yang
menggantung cukup besar. Buah zakarnya aku tarik-tarik agar semakin giat
memproduksi pejuh untukku.
“Arggghhhhh…
hangat sayang, uh…. Isap terus… Emut kontol kakak… ahhh… ohhhhh…..”, erangnya
sambil menjambak rambutku.
Puas
dengan memainkan buah zakarnya, aku mulai tertarik untuk memainkan puting susu
kak Satria yang coklat dan keras menantang. Mula-mula aku usap-usap dengan
gerakan memutar. Puting kak Satria semakin keras dan membuat aku gemas ingin
mencubitnya. Dada kak Satria berisi dan bidang. Aku sangat suka tipe dada
seperti milik kak Satria ini. Aku remas-remas dada sintal kak Satria dengan
mulut yang masih terus mengisap kontol kak Satria.
“Ahhh….
Shhhttt… ahh…. Uhhh… enak… ahhh…. Kamuh… pandai betul… sayang…”.
Plop!
Kak Satria mencabut kontol gedenya dari dalam mulutku.
“Ada
apa kak? Kok dicabut”, protesku.
“Kamu
masih mau ngisep ya sayang? Haha.. kakak langsung mau ke acara inti nih”.
Aku
paham sekarang, kak Satria langsung pengen ngentotin aku. Maka buru-buru dia
angkat kakiku keatas bahunya. Posisiku masih berbaring ditempat tidur dengan
kak Satria diatasku. Kak Satria mulai mengarahkan kontol gedenya kedalam
anusku. Uh.. susah banget masuknya. Kak Satria harus beberapa kali melumuri kontolnya
dan anusku menggunakan air ludahnya agar kontol itu bisa dengan mudah bersarang
dianusku. Kak Satria masih berkonsentrasi penuh untuk mencoblos lubangku
hingga… Clok! Kontol besar milik kak Satria akhirnya masuk kedalam lubangku.
“Arggghhhh….
Aww… pelan-pelan kak… sakittt….”. aku merengek manja.
“Uh…
masih sempit aja lubangmu sayang.. Uhhhhh… ahkkkk… ooohhh…”.
Kak
Satria bertumpu pada kedua tangan kokohnya yang diletakan diantara kedua belah
bahuku. Wajah kami saling bertatapan. Aku menikmati ekspresi jantan kak Satria
ketika mulai menghujamkan pistol keramatnya kedalam lubangku. Wajahnya yang
tampan dan gagah terlihat meringis menahan nikmat. Matanya terpejam dan
sesekali terlihat dia mengangakan mulutnya. Jakunnya juga tak luput dari
pandanganku. Sungguh pemandangan yang sangat jantan.
Clok-clok-clok-clok-clok-clok-clok…
itulah bunyi lubangku ketika dientot kontol besar kak Satria. Lubangku yang
bsah akibat terlalu banyak diberi air ludah kak Satria mengakibatkan bunyi
becek ketika kontol polisi itu menyodomiku. Awalnya pelan-pelan saja kak Satria
menusuk lubangku hingga semakin lama semakin cepat dan bunyi pertemuan antara
pantatku dan selangkangan kak Satria semakin kencang terdengar. Plak-plak-plak!
Untung saja mamaku tidak ada dirumah, kalau sampai beliau ada dirumah pasti
suara erangan dan desahan kak Satria terdengar jelas hingga keluar kamarku. Aku
nggak mau kalau sampai mama memergokiku di entot oleh kak Satria yang tadi aku
perkenalkan sebagai temanku, bukan suamiku. Hahaha…
“Oohhhhh….
Ohhhh… ahhhh… apa ini sayang?!”.
“itu
surga buat kakak.. ahh…. Mau kesurga dengankuhhhh?”.
“arggghhhh…
mau sayang… ini rasakan surga kakak… ah….. uhhh”.
“Aww..
rojokan kakak… uhhhh… ahhhh.. enak banget..kak…. aw!”.
Tubuhku
tergoncang-goncang karena hentakan kontol kak Satria. Aku tidak dapat lagi
melukiskan betapa enaknya dientot kak Satria. Semua batang kejantanan polisi
itu sudah anusku lahap seutuhnya sehingga tidak adalagi batas ketakutan atau
keraguan dihatiku. Namun terbesit dibenakku kalau kak Satria melakukan ML
segila ini karena ingin meninggalkanku.
“Kak…
jangan tinggalin adek yah… ahhhh”.
“nggak
bakalan sayang… kakak janji… uhhh….”.
Kak
Satria mencium bibirku mesra. Kamipun kembali terlibat adu bibir sambil kontol
kak Satria mengentot anusku. Entotan kak Satria semakin kencang dan tak
terkendali. Sepertinya dia mau muncrat. Benar saja, dengan bibir yang masih
mencelemoti bibirku, tiba-tiba aku rasakan kontol kak Satria menegang, wajahnya
memerah dan tarikan nafasnya memburu. Crooottt…crooottt..crrroooottt… croootttt… crroooottt… crrrooottttt..
crrrrroooooooottttt…
Clok!
Clok! Clok! Ya ampun, tumpahan pejuh kak Satria membuat anusku kembali becek
dan berbunyi clok-clok. Kontol kak Satria yang masih cukup keras menghujam
anusku seolah-olah gerakan piston motor. Pejuh kak Satria teraduk-aduk sempurna
dan sebagian tak mampu bertahan lama dianusku hingga mengalir keluar dan
mengotori spraiku.
“Ahhh..
huh… enak banget sayang.. muach..”. Dia mengecup dahiku.
Plop!
Kontol besarnya yang mulai lembek dia cabut dari lubangku kemudian kak Satria
kembali menciumiku mesra.
Setelah
stamina kak Satria kembali, kami mengulagi persenggamaan itu sekali lagi hingga
kak Satria muncrat untuk kedua kalinya disore itu.
Tok-tok-tok…
suara pintu kamar diketuk.
“Bay,
sudah sore… ayo bangun…”. Mama mengetuk pintuku.
Aku
lihat jam hape, ternyata sudah pukul setengah lima. Berarti sudah dua setengah
jam kami bersenggama kali ini.
“Iya
bu…”, jawabku. “Kak, cepet bersihin badan kakak. Sudah setengah lima nih, jadi
nggak kita jalannya? Ntar malem kita sambung lagi, gimana?”.
“Iya
deh sayang…”. Kak Satria bangkit dan menuju kamar mandi.
***
Setelah
kami membersihkan diri dan berpakaian, kak Satria dan aku pun pamit untuk
pergi. Disenja itu kami mengitari kota dan menikmati gemerlapnya lampu yang
indah. Sekarang aku sudah bisa menerima jika kak Satria ingin bertunangan
dengan jodohan orang tuanya. Bagiku melingkarnya cincin dijari manis kak Satria
tidak begitu penting karena yang terpenting adalah mekingkarnya cincin anusku
di kontol besar nan menggoda milik Bripda Satria Hermawan, POLISI Superku..
Hahaha…
bagi ya nomor hp polisi
BalasHapusemail ke : kusuma_berry@yahoo.com
ditunggu
Saya topan 20 thn saya bot mencari top sejati yg tulus mencintai saya saya di bekasi ini nomor hp saya 082156383012
BalasHapusSaya putra 25 tahun dikota medan sumatera utara, saya mencari teman top d kota medan sumut sekitar nya 757c7231 / 085262175999
BalasHapusHi.Visit new Asian plu blog
BalasHapushttp://plukakiskodeng.blogspot.com/
Wow.Amazing Bontot (Butt)
http://adf.ly/qd2VE
Drunk Guy(Local Sabahan,Malaysia)
http://adf.ly/qcy4g
Sport Science Student been Spy
http://adf.ly/qcrks
Its free for u..Thanks for viewing.
This is not a spam.I just want would like u to know.
Sharing Is Caring.