Selanjutnya dua orang, Bli Wayan dan
Bli Made maju. Mereka kini menyuruhku untuk mengambil posisi seperti merangkak.
Kemudian bli Wayan berlutut di belakang pantatku dan mulai mencoba memasukkan
Kontolnya ke lubang anusku.
"Gila nih cowok, pantatnya
mantap bener, hangat lagi, lihat nih bro paha si Bayu. Mulus dan putih banget.
Bener kata Pak Gunawan" Kata Bli Wayan.
"Ampuunn Pakkkk, jangan sodomi
saya lagi…paakk, saya mohoonn… sakit…".
Membayangkan kesakitan itu, aku
mencoba untuk berdiri, tetapi kepalaku dipegang oleh bli Made yang segera
mendorong wajahku ke arah Kontolnya. Kini aku dipaksa mengulum dan menjilat
Kontol bli Made. Kontol bli Made yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di
dalam mulutku.Sementara itu, bli Wayan masih berusaha menusuk-nusukkan jarinya
ke dalam lubang anusku.
"Akkhh, oohh, aahh, sshh,
perihh, pakk.. udah pakk…..!!!"
Sesekali bli Wayan menampar pantatku
dengan keras, sehingga aku merasa panas.
"Gila nih anak laki, bokongnya mantap
banget dan lobangnya kecil banget" Kemudian bli Wayan menjilati lubang
anusku.
Aku merasakan sensasi aneh yang
tidak pernah aku rasakan sebelumnya saat lidah polisi Wayan menjilati lubang
anusku yang sudah berlumuran pejuh. Ia berada dibelakangku dengan posisi
menghadap punggungku.
Ketika lobang pantatku sudah terbuka,
bli Wayan merentangkan kedua kakiku selebar bahu, dan..
"Aaakkhh.", aku kembali
melolong panjang, badanku mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat bli
Wayan menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anusku. Rasa sakit tiada
tara kembali dirasakan didaerah anusku, dengan tidak perlu bersusah payah bli
Wayan berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anusku, meskipun
baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuhku kembali disodok-sodok.
Tidak lama kemudian aku kembali
menjerit kesakitan. Rupanya anusku sudah jebol oleh Kontol bli Wayan yang gede
banget yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini bli Wayan memperkosa
anusku perlahan-lahan, karena lubang anusku masih sangat sakit. Ketika bli
wayan menarik Kontolnya, bibir anusku terasa ikut tertarik sehingga agak
monyong keluar. Lalu bli Wayan menyodokkan lagi Kontolnya, sehingga kini anusku
mengempot.
"Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt,
pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt… ooohhhhh".
Aku menjerit keras sekali, aku
merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakan. Bli Wayan merasakan
kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat Kontolnya dijepit oleh
anusku. Bli Wayan merasa Kontolnya lecet didalam duburku. Kenikmatan yang
terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantatku. Tak terbayang bagaimana
wajah Bang Wando, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang
dialami pacarnya. Pacar yang selalu bisa menyenangkannya, sekarang tubuhnya
sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh Oknum-oknum Polisi
sepertinya. Aku yakin bang Wando pasti langsung menonjok ampe babak belur para
polisi bejat ini. Bang Wando… Tolong Bayu…
Seperempat jam lamanya bli Wayan
menyodomiku, waktu yang lama bagi aku yang semakin tersiksa.
"Eegghh, aakkhh, oohh…ohhh…".
Dengan mata merem-melek serta tubuh
tersodok-sodok, aku merintih-rintih. Saat aku berteriak, kembali bli Made mendorong
Kontolnya ke dalam mulutku, sehingga kini aku hanya dapat mengeluarkan suara
erangan yang tertahan, karena mulutku penuh oleh Kontol bli Made. Tubuhku
terdorong kedepan dan kebelakang mengikuti gerakan Kontol di anus dan mulutku. aku
berteriak-teriak kesakitan.
"Ahhhhhhhhhh..... Ooooooo...
Ampoooon pak.. ampun pak Polisiiii!!!!"
Keadaan ini berlangsung 35 menit
sampai akhirnya bli Wayan dan bli Made mencapai puncak secara bersamaan. Bli
Wayan yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya liang pantatku
menyemburkan pejuhnya di dalam anusku, aku sekarang semakin merasakan perih
pada anusku yang semakin lecet dan tersiram pejuh bli Wayan. Dan bli Made menyemburkan
pejuhnya di dalam mulutku. Aku terpaksa menelan semua pejuh bli Made agar aku
masih dapat bernafas. Aku hampir muntah merasakan pejuh itu masuk ke dalam
kerongkonganku, namun tidak dapat karena Kontol bli Made masih berada di dalam
mulutku. Aku biarkan saja Kontol bli Made berada di dalam mulutku untuk
beberapa saat sampai bli Made menarik keluar Kontolnya dari mulutku. Plop!
Sebagian sisi pejuh briptu Made yang tidak tertelan meluber keluar bercampur
dengan air liurku.
Kemudian bli Made memaksaku untuk
membersihkan sisa pejuh Kontolnya dengan cara menjilatinya. Bripda Wayan juga
masih membiarkan Kontolnya terbenam dalam anusku dan sesekali masih
menggerak-gerakkan Kontolnya di dalam anusku, mencoba untuk merasakan kenikmatan
yang lebih banyak. Aku dapat merasakan kehangatan pejuh di dalam lubang anusku
yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusku. Perih yang luar biasa
dirasakan lubang duburku setelah kontol itu keluar..
Setelah bli Wayan mencabut Kontolnya
dari anusku, lalu bli Agung mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarikku
mendekati dan mengangkat tubuh kecilku lalu memposisikan mengangkangi Kontolnya
dan menghadap kearahnya. Bli Agung kemudian mengarahkan Kontolnya ke anusku,
dan kemudian memaksaku untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh Kontol
bli Agung langsung masuk ke dalam duburku.
"Aohh, oouuhh, sakii..itt,
udahh, Paak, ngiluu paakk.. pak.. ampuninnnn Bayu…", Aku mengerang
kesakitan dan memohon iba dari polisi berbadan kekar dan berwajah tampan khas
bali itu.
Setelah itu, aku dipaksa bergerak
naik turun. Sesekali bli Agung menyuruhku menghentikan gerakan untuk menahan
orgasmenya. Bli Agung dapat merasakan duburku berdenyut-denyut seperti memijat
Kontolnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan liang anusku yang sudah
basah oleh pejuh-pejuh rekan-rekannya.
Bli Agung masih belum puas. Dia
memiringkan tubuhku lalu mengangkat kaki kananku ke bahunya dan mulai
menyodok-nyodokan Kontolnya di anusku. Aku menahan sakit bercampur nikmat itu
dengan menggigit bibirku sendiri hingga lecet, wajahku yang sudah penuh air
mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba para Polisi itu. Bli Agung
tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Bli
Agung tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya
ketika melihat aku diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung
memuncratkan spermanya kedalam anusku. Aku kembali merasakan kehangatan yang
mengalir di dalam liang pembuanganku.
Selanjutnya Pak Gunawan yang masih
mau lagi yang mengambil giliran untuk memperkosaku. Dia menarikku dari pangkuan
bli Agung, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Aku disuruh untuk
berlutut dengan kaki mengangkang di atas Kontol pak Gunawan. Kemudian secara
kasar pak Gunawan menarik pantatku turun, sehingga anusku langsung terhunjam
oleh Kontol Pak Gunawan yang sudah berdiri keras.
"Akkhh, aakkhh, oogghh,.. Pak..
sudah… anusku sakit banget pak…". teriakan memilukan keluar dari mulutku.
Kontol pak Gunawan, yang jauh lebih
besar daripada Kontol Polisi rekan-rekannya diruang ini memasuki anusku, masuk
semuanya ke dalam anusku, membuat aku kembali merasakan kesakitan karena ada
benda keras yang masuk jauh ke dalam duburku. Aku merasa dinding anusku
dikoyak-koyak oleh Kontol Pak Gunawan. Pak Gunawan memaksa aku untuk terus
menggerakkan pinggulku naik turun, sehingga Kontol Pak Gunawan dapat bergerak
keluar masuk duburku dengan leluasa.
Kemudian Pak Gunawan menarikku ke arah dadanya, sehingga kini dadaku
berhimpit dengan dada berotot Pak Gunawan. Pak Gunawan benar-benar terangsang. Melihat
posisi seperti itu, Bli Wayan melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung
dan bongkahan pantatku beberapa kali.
"Akkhh, aakhh, damn, shitt..
sakit Pak!", Aku kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat,
dan pahaku.
Cambukan bli Wayan sangat keras
sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan pahaku.
Walaupun cambukan itu tidak terlalu
keras, namun aku tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatku, sehingga
aku berhenti menggerakkan pinggul. Merasakan bahwa gerakanku terhenti, Pak Gunawan
marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantatku dengan tangannya, dan
memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya aku menggerakkan sendiri
pantatku naik turun secara refleks. Pak Gunawan mencengkram pinggulku, lalu
membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan
goyangan mengeborku itu.
"Oohh, sshh, shh… bapak suka
anusmu Bay.. Uhh… ohhhh", Pak Gunawan mendesah kenikmatan, sambil
merasakan pantatku yang empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gunawan hampir mencapai
klimaks, dia memelukku dan berguling, sehingga posisi kami kini bertukar, aku
tidur di bawah dan Pak Gunawan di atasnya. Sambil mencium bibirku dengan sangat
bernafsu, Pak Gunawan terus menggenjot anusku. Tidak lama kemudian gerakan Pak
Gunawan terhenti. Pak Gunawan mencabut Kontolnya keluar dari duburku dan segera
menyemprotkan spermanya di sekitar lubang anusku. Kemudian dia menarik tangan
kananku dan memaksaku untuk meratakan sperma yang ada di sekitar anusku dengan
tanganku sendiri.
Setelah itu bli Putu yang tampan dan
gagah itu mengambil giliran memperkosa anusku. Ia mengangkat kedua kakiku dan
menyandarkannya diatas bahunya, bli Putu menempelkan kepala Kontolnya di mulut
anusku. Dengan kasar bli Putu menyodokkan Kontolnya dengan keras kedalam liang duburku.
Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit bli Putu memompa duburku
dengan kasar, membuat duburku semakin terasa lecet dan longgar. Sebelum
mencapai puncaknya, bli Putu mencabut Kontolnya dari duburku dan memaksa aku
untuk membuka mulut lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, bli
Putu memaksa aku untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua
polisi disitu tertawa senang melihat itu, sementara aku menahan jijik dan rasa
malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajahku
terlihat gelagapan oleh sperma milik Bli Putu.
Semua posisi yang mungkin
dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para polisi kejam itu
terhadap tubuhku. Kali ini aku tidak kuat lagi.
Setelah lima polisi itu selesai
memperkosaku untuk kesekian kalinya, aku akhirnya pingsan karena kecapaian dan
karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhku terutama dianus. Aku telah
diperkosa habis-habisan selama kurang lebih 7 jam oleh polisi-polisi bejat itu.
Dan semua kejadian itu direkam oleh pak Gunawan. Lebih-lebih ketika posisi
kedua tanganku yang terikat digantung keatas. Bli Made menjilati dan menciumi
ketiakku.
"Mmuuahh, ketek kamu bagus
banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm".
Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus. Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku berusaha menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
Liur bli Made membasahi ketiakku. Aku kembali disetubuhi dari satu arah tentu saja lubang anus. Aku kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakiku berusaha menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
"Ouughh, arrkhh, ouhh, udah
paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh!!!"
Aku terus berontak seperti orang
kesetanan. Karena pantatku mulai mengering, Pak Made kembali membasahi pantatku
dan batang Kontolnya sendiri dengan lotion agar licin. Bli Made menyodomiku
untuk kesekian kalinya. Dilanjutkan dengan bli Wayan lagi, yang senang sekali
main sodomi. Apalagi dapat pantat seperti pantatku, ia semakin bernafsu
menghancurkan anusku.
Kemudian mereka kembali
menelentangkan aku di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian
tubuhku yang bisa di gunakan untuk memuaskan kontol kontol mereka. Bli Agung
memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku, dan memaksa mengulumnya. Pak Gunawan menyarangkan
Kontolnya ke dalam anusku, double penetratio, yang berdarah-darah. bli Putu
melesakkan Kontolnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantatku
yang sudah dimasuki kontol pak Gunawan.
Akhirnya aku yang sudah tidak
kuatpun pingsan, dengan anus yang dalam keadaan lecet parah, dan terus
mengeluarkan darah dan sisa sperma. Darah dan sperma berceceran dimana-mana.
Sudah puas para polisi tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan
tubuhku yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.
Setelah para polisi gila itu pergi
aku tidak tahu apa-apa lagi. Aku pingsan dan tak berdaya. Walaupun liburanku
dipulau Bali masih ada beberapa hari, aku memutuskan untuk mengurung diri
dikamar dan tidak ingin keluar. Pak Gunawan beberapa kali meng-sms atau
misscall ke hapeku namun tidak aku gubris karena aku terlanjur sakit dengan
kelakuannya dan teman-temannya dua hari lalu. Aku pun pulang ke kotaku dengan
trauma yang dalam dan sesampainya dirumah, ayah dan ibuku bingung melihat aku
yang diam dan tampak melamun padahal aku habis liburan.
Mungkinkah aku trauma untuk berlibur
sendiri lagi? Tragis…..!!!
Aku malas untuk mengingat-ingat
tampang dan nama-nama para polisi periwisata itu namun setiap aku mendengar
kata Bali, aku selalu ingat kelakuan mereka yang memperkosaku. Aku harus
bagaimana???? Tolong aku teman-teman…
bay q ingin sekali menjadi tman curhatmu di saat kau sakit tpi bagaimana caranya
BalasHapusHuh?? Bayu ini mungkin hanya seorang Persona,,,alias nggak pernah ada di dunia ini apakah mungkin curhat sama Persona??
Hapushehe Peace :)