Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Senin, 01 April 2013

Intermezzo: Polisi Kesepian (1)


Hidungku mancung, bibirku merah dan daguku agak lancip dengan bentuk wajah yang oval. Kulitku tidak putih namun coklat muda. Banyak sih yang bilang aku mirip artis korea, tapi aku juga lupa namanya siapa. Penting nggak sih?  Sayangnya tubuhku tidak tinggi. Aku hanya memiliki tubuh setinggi 160 cm dan berat badan 47 kg. Aku anak yang cerdas dan ini terbukti dari peringkatku yang selalu masuk sepuluh besar. Siapa dulu dong, Bayu Antoni…
Tentu kalian sudah baca beberapa ceritaku sebelumnya. Mulai dari bang Wando, kak Satria, dan para Polisi lainnya. Kali ini aku akan bercerita mengenai seorang Polisi kesepian baruku yang aku kenal secara tidak sengaja.
Siang itu cuaca cukup panas dan gerah. Aku yang baru pulang sekolah memutuskan untuk keluar mencari makanan sekalian cari angin segar untuk mendinginkan otakku yang sepertinya sudah mendidih akibat panasnya cuaca. Disalah satu gang dekat pasar, aku melihat ada tukang bakso keliling sedang mangkal didekat pohon. Wah, pas banget tuh lokasinya. Aku pun memutuskan untuk mendatangi abang tukang bakso dan menepikan motorku didekat pohon. Aku memesan satu mangkuk bakso tanpa pangsit. Hmmppp… enak banget siang-siang gini makan bakso. Sambil makan bakso aku duduk didepan rumah yang kelihatannya sunyi itu. Tiba-tiba keluarlah seorang pria dewasa yang aku taksir umurnya 30 tahunan. Wah ganteng juga tuh laki, tinggi dan tegap badannya, atletis-lah pokoknya. Suka aku ngeliat si pria ganteng itu. Dia membuka pintu pagarnya dan menyapaku.
“Kok makannya disitu, kan deket tong sampah”, tegur si pria berwajah khas Jawa itu.
Aku menoleh ke samping kananku yang memang ternyata ada sebuah tong sampah.
“Gak apa kok pak”, jawabku sambil memberikan senyumku yang paling sensual (kata orang).
“Duduk diteras aja yuk, aku juga mau makan bakso kok”, dia pesen semangkuk bakso dan mempersilahkan aku masuk.
Aku ikutan masuk kerumahnya, mumpung lagi sepi. Siapa tahu aja nanti ada setan yang menggoda pria gagah itu dan langsung ngentotin aku. Hahahaha… Omes= otak mesum!
“Bapak suka bakso juga ya?”
“Suka-suka gitu aja. Dari pada nggak ada yang dimakan siang-siang gini. Kenalin aku Sonny Pramono”.
“Saya Bayu pak”.
Kami bersalaman sebentar. Kami pun terlibat obrolan menarik dan ternyata pak Soni adalah seorang Bripka yang tugas di kecamatan tetangga. Wah, pantesan aja gagah dan macho penampilannya. Ngobrol dengan pak Soni sungguh menyenangkan sekali, mana orangnya ganteng, pinter cerita yang lucu-lucu sampe aku terpingkal-pingkal. Memang sih, guyonannya mengarah ke hal-hal yang berbau sex, tapi biasanya kan guyonan sex malah asik. Iya nggak? Dia seorang polisi, keluarganya tinggal dikota lain karena istrinya harus meneruskan usaha ayahnya yang telah meninggal dunia. Jadi  pak Soni tinggal sendirian dirumah yang besar itu. Sebulan sekali dia pulang kerumah istrinya. Nyetor kali...
Tak terasa hari sudah sore dan aku memutuskan untuk pamit pulang kerumahku.
“Besok-besok kita ngobrol lagi ya pak”.
“Udah tinggal aja mangkok baksonya, aku yang bayar sekalian. Boleh dapet nomer hp-nya nggak Bay?”.
Aku memberikan nomer hape-ku, dan meninggalkan rumah itu.
“Makasih ya pak buat baksonya. Sering-sering aja traktir aku bakso. hahaha”, candaku sambil berdiri dari tempat duduk.
“Ntar bapak kasih bakso spesial mau nggak? Hahaha”, balasnya.
Upppsss! Bakso apaan tuh? Jadi penasaran aku. Aku men-starter motor maticku dan pamit kepada bapak polisi ganteng yang nungguin aku dipintu pagernya. Sejak pertemuan itu beberapa kali aku sempat kembali ngobrol dengan pak Soni.
Beberapa hari kemudian, aku bertamu kerumah pak Soni. Kebetulan dia lagi nggak dinas.
“Bay, biar kita ngobrolnya lama, kamu kesininya jangan pas ada acara dong”.
“Aku lihat nanti ya pak, soalnya Bayu belom bisa janji”.
“Nanti deh aku kontak kamu di hp”, kata pak Soni.
Besoknya ada sms dari pak Soni yang minta aku datang kerumahnya. Aku pamit sama mamaku untuk pergi ke rumah temen tapi nyatanya aku mengaarahkan motorku menuju ke rumah pak Soni. Bohong lagi dah!!! Catet tuh malaikat… OMG… Pak Soni sudah menungguku didepan rumahnya lalu dia mengajakku masuk kedalam. Dia menutup pintu rumahnya.
“Kok sepi pak rumahnya? Pembantu bapak kemana?”, tanyaku.
“Pembantu kan nggak tiap hari datengnya, 2 hari sekali, kerjanya cuma bersihin rumah dan setrika pakaian. Cuci baju kan pake mesin cuci. Untuk makan aku siapin sendiri, seringnya kan aku makan diluar”.
“Ketika ngobrol sama aku, aku nggak pernah lihat tuh ada pembantu”.
“Dia kan kerja didalam, kita kan ngobrolnya diluar”.
“Hari ini bukan jadwalnya pembantu kerja ya pak?”.
“Enggak, Bay. Biar nggak ganggu acara kita”, dia tersenyum.
“Memangnya kita mau bikin acara apa pak?”, selidikku.
“Gak ada apa-apa kok, cuma mau ngobrol bebas aja. Kamu tuh manis banget, Bay”.
Wah mulai ngegombal nih pak Soni.
“Masa sih pak, rasanya Bayu biasa-biasa aja deh”.
“Bibir kamu manis. Pasti asyik dong pacar kamu”.
“Bayu nggak punya pacar kok pak”. Plak! Bohong lagi? Catet Malaikat!
“Beneran nggak ada?”
“Hehe.. Sebenarnya ada, cuma pacaran jarak jauh pak. Nggak asyik ”.
“Memangnya ngapain aja kalo pacaran?”.
“Ya biasalah pak, kayak bapak nggak tahu aja”.
“Ramah dong”. Pak Soni kembali tersenyum padaku.
“Maksudnya?”, aku gak ngerti arah ucapannya.
“Rajin menjamah maksudnya..”.
Aku senyum-senyum saja.
“Pacar kamu cowok apa cewek Bay?”. Nah lho mau jawab apa gue?.
“Hmmpp… Menurut Bapak?”. Aku menggantungkan jawabanku agar dia semakin penasaran.
“Ya sudah. Kamu bilang kalau aku kan pernah muda juga. Mau nonton dvd nggak Bay, ada film seru nih”.
“Seru apa saru pak..”, candaku.
“Seru dan saru pokoknya. Aku puterin ya…”.
Ternyata yang diputar adalah dvd bokep Gay, bot-nya orang Asia, chinese kayaknya, kecil, imut dan top-nya bule.
“Ih pak, kok film gay? Bapak suka cowok juga ya? Bule punya gede dan panjang gitu ya. Apa muat tuh di anus cowok china yang imut banget?”.
“Dia bukan imut, tapi bersebelahan sama bule tinggi besar ya jadi kelihatan imut”.
Aku terangsang juga melihat adegan ngemut yang sedang dilakukan si cowok china.
“Suka ngelakuin gini juga ma cowok kamu, Bay?”. Rupanya pak Soni sudah tahu kalau aku adalah seorang cowok yang suka cowok.
Aku terdiam menikmati adegan demi adegan yang sangat merangsang itu. Dia rupanya tahu kalau aku sudah mulai terangsang, dia menggeser duduknya ke sebelahku di sofa.
“Udah napsu ya Bay?”.
“Bapak sok tahu ah”.
“Tuh buktinya baru liat bokep sebentar aja duduk kamu sudah nggak tenang. Udah ngaceng ya Bay?”.
Aku dirangkulnya, pipiku diciumnya. OMG! Mimpi apa aku semalam bisa dicumbu oleh polisi gagah, 187 cm ini.
“Kamu cakep Bay. Bapak suka”.
Ketika aku menoleh kearahnya dia langsung saja menyambar bibirku dengan bibirnya. Aku diciumnya dengan penuh napsu.
“Aku terangsang sekali deh Bay lihat cowok kayak kamu gini”
“Pak….”, aku hanya melenguh saja karena kembali bibirku dikulumnya dengan penuh napsu.
“Dah lama nggak dientot ya Bay?”.
“Ya mau ngentot sama siapa pak? Kan cowok Bayu nggak disini”.
“Sama aku aja ya”, kembali dia mengulum bibirku.
Tangannya kemudian mulai mengelus-elus pahaku. Pahaku dikangkangkan dan elusannya mengarah keselangkanganku. Dvd bokep makin seru, si bule lagi ngegenjot kontol gede panjangnya di anus china. Aku sudah terangsang sekali karena tontonan dvd dan elusan tangan pak Soni.
“Lepasin ya celana kamu, biar kerasa elusanku”.
Tanpa menunggu jawabanku, dia pelorotkan celanaku kemudian baju kaosku.
Pentilku yang imut dielus-elusnya dengan telunjuknya. Aku makin menggelinjang karena elusan tangan kasar pak Soni di putingku. Dia mendekatkan mukanya ke putingku dan mulai menjilatinya. Mungkin dia kira putingku ini susu istrinya kali.
 “Aaaah pak… Uhhhh.. bapak.. nakal…,” kembali aku melenguh karena ulahnya.
putingku langsung cenat-cenut diisapnya.
“Puting kamu ngeceng tuh Bay”.
Dia langsung mengemut putingku dan disedot-sedotnya, sementara tangannya mulai mengelus-elus pusarku yang terbuka.
“Pak, geli…Uhhhhh”, lenguhku lagi.
“Geli apa napsu, Bay?”.
“Dua-duanya pak”.
“Wah lebat juga jembut kamu Bay. Kamu udah napsu ya Bay?”.
“Dari tadi pak, abis tangan bapak nakal sih”, jawabku manja.
Dia terus memilin-milin putingku. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia kembali menciumi leherku lalu mengecup bibirku. Aku balas dengan ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun mencari kontolnya. Aku usap-usap, terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangnya aku buka kemudian celananya. Dia berdiri sehingga celana panjangnya meluncur ke lantai. Kontolnya yang besar sekitar 20 cm-an itu nongol dari bagian atas CD nya yang mini, hampir menyentuh pusernya saking panjangnya. Kami segera bergelut dan aku mengocok kontolnya.
“Pak, keras banget, gede lagi”, kataku sambil jongkok didepannya, melepas cd-nya dan menciumi kontolnya kemudian menghisap daerah sekelilingnya termasuk buah zakarnya.
“Aah Bay, kamu pinter banget bikin aku nikmat”, erangnya. “Aaaduuuuuhh…. Bay….. enak banget emutanmu”.
Kontolnya aku jilati seluruhnya kemudian aku masukkan ke mulutku, aku kulum dan aku hisap-hisap. Kepalaku mengangguk-angguk mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. Aku makin terangsang ketika mengemut kontol besarnya. Akhirnya dia nggak tahan lagi. Baju yang melekat ditubuh beototnya dilepaskan sehingga dia telanjang bulat. Aku ditariknya ke kamarnya, sebelumnya dvd dimatikan karena sudah tidak aku menonton televisi itu sejak dia mulai meraba-raba tubuhku. Aku dibaringkannya diranjang.
“Pak, geli”, erangku.
“Geli apa nikmat Bay? Ayoo…”, tanyanya.
“Dua-duanya pak. Bayu dientot dong pak, udah pengen banget nih”, kataku to the point.
Tangannya menyusup ke punggungku sambil mengecup bibirku.
“Bay kamu nafsuin banget deh”, katanya.
Dia langsung saja menindihku. Aku angkat kakiku agak keatas supaya mempermudah pak Soni menusuk anusku lalu kontolnya diarahkan ke belahan anusku yang sudah sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk duburku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera aku isap-isap. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan-pelan sehinggga kepala kontolnya masuk lubang anusku makin dalam dan bless…… Kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam anusku.
“Aah, kontol bapak nikmat banget deh”, erangku sambil mencengkeram punggungnya.
Kedua kakiku aku lingkarkan di tubuhnya sehingga kontol besarnya langsung amblas semua di anusku.
“Pak, ssh, enak pak, terusin”, erangku.
Aku menggeliat-geliat ketika dia mulai mengeluar masukkan kontolnya di duburku. Aku mengejang-ngejangkan dinding anusku agar semakin meremes-remes kontolnya yang sedang keluar masuk itu.
“Bay nikmat banget empotan lobang kamu”, erangnya. “Kencang sekali empotannya, mana seret banget lagi”.
“Jelas saja seret pak, Bayu baru sekali ini ngerasain kontol sebesar bapak punya keluar masuk lubangku”. Bohong lagi nih? Lupa ya ama kontol-kontol gede yang udah nusuk lu Bay? Gila…
“Memangnya kontol cowok kamu kecil ya Bay?”.
“Ketika itu sih rasanya gede pak, tapi udah ngerasain kontol bapak, kayaknya kecil banget deh kontol cowok aku”.
Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu-gebu bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuk kontolnya di anusku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam-dalam aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh duburku sampe kedalam-dalam. Karena lenguhanku dia makin bernafsu menggenjotkan kontolnya. Dia nggak bisa cepat-cepat karena kakiku masih melingkar dipinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di anusku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan aku kangkangkan dan angkat lebar-lebar. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk anusku dan rasanya masuk lebih dalam lagi, mungkin menyentuh ususku. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras.
 “Bay bapak mau nyampe.. Uhhhh”, katanya sambil mempercepat enjotannya.
Kakiku kembali aku lingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya menancap dalam sekali di duburku sehingga bendungan pejuhnya jebol juga.
“Akh… Bay, aku ngecret Bayuhhhh, akh… arggggg…”, dia mengerang sambil mengecretkan pejuhnya beberapa kali di anusku.
Dengan nafas yang terengah-engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetap menancap di anusku. Setelah nggak ngos-ngosan, dia mencabut kontolnya dari anusku. Kontolnya berlumuran pejuhnya sendiri lalu dia berbaring disebelahku.
“Bay, akhirnya aku kesampaian juga ngentotin kamu. Sejak pertama ngeliat kamu, aku udah nafsu banget sama kamu. Kamu nikmat banget deh kalo dientot. Kamu yang paling nikmat dari semua cowok muda yang pernah aku entot”, katanya sambil mengelus-elus pipiku. “Mandi yuk” ajaknya. “Kan udah kringeten”, ketika melihat ekspresiku yang menanyakan apa gunanya mandi.
Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap-usap pahaku.
“Kamu manis sekali, Bay”, rayunya.
Tangannya pindah ke pantatku dan mempermainkan lubang anusku. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku.
“Geli pak”, kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat-geliat jadinya.
“Kontol kamu lumayan juga ya Bay? Tapi kenapa kamu nggak mau ngentot?”, tanya Pak Soni sambil melihat kontolku.
“Aku Bot pak. Jadi aku seneng dientot. Bapak suka kan ngentot aku?”, kataku.
“Ya Bay, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu”, jawabnya sambil terus meremas-remas pantatku.
Dia kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, dan kembali keranjang. Kontolnya yang belum aku apa-apain sudah ngaceng berat.
“Pak, nafsu bapak besar sekali. Baru saja ngecret di lubangku bapak sudah ngaceng lagi”, kataku sambil mengocok kontolnya.
“Abis kamu nafsuin sekali Bay, nggak puas aku cuma sekali ngentotin kamu”.
Aku menjatuhkan diri dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke putingku. Aku terengah dan nafsuku berkobar lagi. Putingku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah menerobos lebatnya jembut pantatku dan mengilik-ilik anusku.
“Aakh pak, pinter banget ngerangsang aku”, erangku.
Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di anusku makin terasa. Tanganku mencari kontolnya, aku remes dan kepalanya aku kocok-kocok. Aku bangkit dari pelukannya. Kontolnya terlihat tegak berdiri dengan kerasnya lalu kontolnya aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan aku emut-emut. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati anusku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir anusku. Pak Soni memang top sejati. Buktinya dia tidak tertarik untuk menjamah kontolku. Dengan kedua tangannya, dia membuka anusku pelan-pelan, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir anusku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat.
“Pak aakh… ahhhhhh…”. pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di lubang anusku. “Terus pak aakh”, erangku lagi. Aku makin mengerang keenakan.
Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. Dia mengambil soft drink dari lemari es dan diberikannya kepadaku. Aku minum sedikit untuk meredakan napasku yang ngos-ngosan. Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya ke anusku dan didorongnya masuk pelan-pelan.
“Pak, enak, dimasukin semuanya pak, tekan lagi pak, akh”, erangku merasakan nikmatnya kontolnya menancap lagi di duburku.
Dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah menancap kira-kira separuhnya, dia menghentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya amblas semuanya di anusku.
“Pak, aakh”, erangku penuh nikmat.
Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat, sambil menciumi bibirku. Dia meringis-ringis keenakan karena kontolnya diremas-remas lubang duburku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu anusku. Kedua jarinya membuka bibir anusku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalam duburku. Aku makin mendesah tidak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali menancap di duburku.
“Pak”, erangku ketika akhirnya kontolnya amblas semuanya di anusku.
Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula-mula pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah-desah saking enaknya. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi. Aku diajaknya keluar kamar dan dia duduk di sofa di ruang tamu dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. Kontolnya sudah menancap semuanya lagi di duburku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku. Tangannya mencengkram bahuku kemudian putingku yang sudah keras itu diplintir-plintirnya. Gerakanku makin liar saja, aku makin tidak terkendali menggerakkan badanku, aku gerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya menancap dalam banget. Dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari anusku.
“Kok berhenti pak?”, tanyaku protes.
Aku didudukkan lagi disofa, pantatku ada dipinggiran sofa dan kakiku diangkatnya keatas. Dia berlutut di depanku sambil memegang dan mengangkangkan pahaku lebar-lebar, kembali ditancapkannya kontolnya kedalam duburku. Dengan sekali genjot, kontolnya sudah amblas semuanya. Dia mulai menggenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Dinding anusku semakin berkontraksi, mengejan, meremes-remes kontolnya. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya…
“Bayyyyyy…!!! Ahhhhh,,…” Dia berteriak menyebut namaku dan terasa pejuhnya ngecret dengan derasnya di anusku.
“Pak, nikmat banget ya?”, tanyaku.
Dia mencabut kontolnya dan langsung menarikku menuju ke kamar. Di ranjang kami terkapar bersebelahan. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemas dan nikmat. Bagiku aku tidak perlu ngecret untuk meraih kenikmatan. Aku hanya perlu dientot sampai tepar maka itulah kenikmatanku.
Ketika terbangun hari sudah senja.
“Bay, kamu bilang ke orang rumah kalau kamu nginep dirumah temen. Jadi kita bisa asyik sampe besok. Mau ya?”.
Aku menggangguk dan menelpon ke rumah menggunakan hp-ku memberitahu kalau malem ini aku nginep dirumah teman. Kami mandi bersama kembali, kali ini benar-benar mandi karena perutku sudah terasa lapar. Selesai mandi, kami berpakaian. Aku terpaksa memakai pakaianku yang tadi lagi.
“Nanti kita beli baju ganti buat kamu ya Bay, bilang aja minjem sama temen kamu kalau besok ditanya”.
Aku diajaknya ke mall. Polisi itu membelikan aku pakaian untuk mengganti yang aku pakai dari tadi pagi. Pakaian dan dalaman baru langsung aku pakai setelah dibayar. Nggak enak pakai pakaian dan dalaman yang dari tadi pagi udah aku pakai. Pakaian dan dalaman kotorku dimasukkan aja ke tas pakaian.
“Makasih ya pak, bapak baik banget sih”.
“Kan kamu juga udah kasih aku nikmat, kita harus berbagi dong. Makan yuk!”.
Dia mengajakku ke satu resto, aku ikut saja, dia yang pesan makanan dan minuman. Santai sekali malem ini, kami makan dengan santai sambil bercanda ngomongin aktivitas yang baru kami lakukan tadi dirumahnya.
“Bapak kuat banget sih mainnya. Kalau main sama ABG pada lemes ya pak? Bayu lemes banget deh”.
“Tapi nikmat kan?”.
“Banget”.
“Mau lagi kan”.
“Ya maulah pak. Tiap malam juga boleh”.


Bersambung…

3 komentar:

  1. Bgud bnget ceritanya,,, jdi ngaceng nihhhh....

    Invite pin:281503F1 ªќц ya...

    BalasHapus
  2. iya bgus banget..untung aq di kmr klo gk ketahuan aq colly ma mama

    BalasHapus