Langit cerah
dengan sedikit awan yang berlabuh. Deburan ombak menuntun langkah kakiku untuk
menyusuri pantai indah itu. Aku sebenarnya bukan sudah tidak waras karena di
siang bolong yang terik itu berjalan di pantai yang seolah-olah membakar
kulitku dengan hanya mengenakan celana jeans, jaket, topi dan sebuah tas
ransel. Aku sedang mencari handphoneku yang jatuh ketika tadi aku jalan-jalan
dipantai. Apes… banget deh.
Aku memang pergi
ke pantai ini sendirian karena aku butuh ketenangan sejenak dari tekanan
pelajaran disekolah. Namun ternyata nasib sial menghampiriku dan entah mengapa
aku bisa seceroboh ini membiarkan kantung celanaku bolong. Padahal seumur-umur
aku tidak pernah membiarkan baju atau pakaianku sampai bolong begitu. Huft!
Mungkin aku
harus merelakan hape itu berpindah tangan. Mau bagaimana lagi coba? Aku sudah
tidak tahu harus mencari kemana lagi. Bisa jadi hapeku sudah dijual atau
diganti nomornya oleh orang yang menemukan hapeku. Apa aku harus ke kantor
polisi saja ya?
Dari pada aku
capek mengukur pantai di tengah terik seperti ini, akhirnya aku memutuskan
untuk melangkahkan kakiku ke kantor polisi terdekat. Dengan mengenakan motor
matic-ku aku pacu kendaraanku menuju POLSEK ***** ********. Sesampainya disana
aku mematikan motorku dan memarkirnya ditempat parkir. Aku melihat ada beberapa orang polisi yang sedang
berbincang di meja piketnya. Tiga orang tepatnya.
“Pemisi pak.
Saya mau melapor”. Aku menghampiri mereka bertiga.
“Ya dek, ada
apa? Silahkan duduk”. Salah seorang polisi yang agak tua mempersilahkan aku
duduk.
“Pak Hendra,
anda di panggil Pak Rahmat”, seorang polisi muda yang gagah dan tampan keluar
dari dalam kantor polisi itu dan menyampaikan pesan atasannya.
“Oh baik, Gung.
Kalau begitu kamu urus dia”, sambil melirik kearahku.
Kayaknya setan
deh yang mencuri hape-ku. Siapa lagi yang bisa mengatur pertemuanku dengan Briptu Agung R. Fitriandi yang tampan,
gagah dan kekar itu kalau bukan si setan penggoda imanku. Melihat polisi itu
saja lubang duburku sudah cenat-cenut apalagi kalau sampai kami berduaan
didalam kamar.
“Ada yang bisa
saya bantu, dek?”, tanya Briptu Agung padaku yang sejak kedatangannya, aku sudah
terbengong-bengong.
“Eh, anu pak…
Emmhh “. Kok aku gugup begini yah? Aduh…
“Bawa masuk kedalam
saja Gung. Tadi aku dengar dia mau melaporkan sesuatu”, kata salah seorang
polisi yang duduk dimeja piket.
“Oh… Ayo dek
silahkan masuk kedalam saja”.
Aku pun
mengikuti langkah kaki Polisi Agung untuk masuk kedalam kantor. Didalam, aku
ditanya-tanya seputar laporan kehilangan hape-ku. Sebenarnya aku tidak berkonsentrasi
saat menjawab beberapa pertanyaan Briptu Agung karena mataku sibuk memandangi
wajah tampannya yang maskulin abis…
Rambutnya cepak,
kulitnya coklat tetapi tidak terlalu coklat dengan tinggi 185 cm dan berat proporsional.
Tubuhnya berisi dan padat. Kayaknya seragam coklat khas polisi yang dia kenakan
itu terlalu ngepas di badan gagahnya.
“Kamu baik-baik
saja kan, dek Bayu?”, tanya briptu Agung membuyarkan lamunan nakalku terhadapnya.
“Ya Pak,
baik-baik saja”.
“Kalau begitu
kita langsung ke TKP saja. Mungkin hape kamu masih berada disekitar pantai.
Ayo!”, ajaknya.
Kami berdua pun
akhirnya menuju pantai dengan mengendarai motor masing-masing. Jam ditangan
Briptu Agung sudah menunjukkan pukul tiga sore. Meski begitu kami masih berniat
menyisir pantai dan mencari hapeku. Briptu Agung beberapa kali melakukan
panggilan ke nomor hapeku dan ternyata masih aktif. Inilah yang menjadi harapan
kami untuk meneruskan pencarian.
“Masih aktif
hape kamu. Kayaknya belum diketemukan orang”.
“Iya pak.
Kayaknya begitu”.
Briptu Agung
memutuskan untuk menghentikan pencarian karena kami sudah tidak tahu harus
kemana lagi mencari hapeku. Aku pun hanya bisa berjalan lemas sambil menuju
motorku.
“Kamu mau kemana
setelah ini Bay?”, tanya Polisi itu.
“Mau cari
penginapan saja Pak. Mau pulang juga nggak mungkin karena hari sudah sore. Aku takut
kalau ada apa-apa dijalan. Mana aku
nggak punya hape buat ngasih tahu orang rumah”. Aku menaiki motorku.
“Bagaimana kalau
kamu menginap saja dirumahku. Kebetulan aku ngekos sendiri”.
Seketika aku
seperti diceburkan kekolam semangat mendengar tawaran Briptu Agung. Aku tidak
percaya kalau dia mau mengijinkan aku menginap dirumahnya.
“Beneran nih
pak? Nanti aku merepotkan bapak, lagi”.
“Nggak kok.
Nyantai aja. Ayo ikut aku”.
Kami pun menuju ke
kosan Briptu Agung. Sebelumnya Briptu Agung singgah sebentar di tepi jalanan
menuju rumahnya untuk membeli beberapa gorengan tahu isi dan tempe.
Tak lama
kemudian sampailah kami di kosan Briptu Agung yang tidak terlalu besar. Aku
dipersilahkannya masuk.
Setelah makan
dan mandi, kami pun duduk didepan TV dan menyalakannya untuk menonton beberapa
acara yang mungkin dapat menghibur.
“Bapak sudah
lama tugas disini?”, tanyaku.
“Jangan panggil
aku bapak dong. Panggil saja aku abang. Aku kan baru 27”.
“Iya Abang…
hahaha…”. Aku tertawa padanya supaya mencairkan suasana.
“Kalau orang
tuamu khawatir, gimana Bay?”.
Aku terdiam
sejanak. “Aku lupa nomor orang rumah bang. Oh, iya aku boleh buka FB di tablet
abang nggak? Aku mau lihat nomor teman didekat rumahku. Mungkin dia bisa
dimintai bantuan untuk memberitahukan keadaanku pada ayah atau ibu dirumah”.
“Ini pakai aja”.
Bang Agung menyerahkan tabletnya kepadaku.
Aku mulai
membuka FB dan mencari nomor telepon Susan,
tetanggaku. Setelah ketemu akhirnya aku catat menggunakan hape bang Agung dan
menelpon Susan. Aku minta Susan kerumahku sebentar dan memberitahukan kalau aku
tidak bisa pulang malam ini. Akhirnya aku bisa bernafas lega juga.
“Gimana Bay?
Sudah?”.
“Sudah bang.
Untung saja aku ingat kalau Susan mencantumkan nomor hape di akunnya. Makasih
ya Bang…”. Aku menyerahkan kembali tablet bang Agung.
“Iya Bay,
sama-sama”.
Kami pun ngobrol
sambil nonton TV. Bang Agung ternyata belum punya pacar lho. Aku sempat
kegirangan juga mendengarnya. Karena seorang polisi gagah dan setampan bang
Agung mustahil sekali jika tidak memiliki pacar. Kecuali kalau dia seorang…
hehehe.. Apaan sih lu, Bay? Ngaco lu!
Tetapi entah
mengapa obrolan kami tiba-tiba menjurus ke persoalan seks.
“Abang Cuma
ngocok aja kalau lagi horny. Mau ngentot sama pacar, pacar nggak punya. Mau nyari
cewek ‘jualan’, takut penyakit”.
“Abang pernah
nggak diisep?”, pancingku.
“Di isep…???
Hmpppp… Belum Bay. Hehe…”.
Aku perhatikan
posisi kontol dibalik celana boxernya sudah ngaceng dan tampaknya cukup gede
juga.
“Enak lho bang
kalau kontol diemut. Apalagi kalau yang ngemut pandai banget nyepongnya. Pasti
abang bakalan ketagihan entar”. Aku sengaja memancing bang Agung.
“Abang jadi
ngaceng nih Bay. Kamu harus tanggung jawab nih”. Dia memegang kontol dibalik
celananya yang sudah menggunung.
“Bayu harus
bertanggung jawab apa bang?”, tanyaku.
“Abang terima
enaknya aja deh”.
Tanpa menunggu
permintaan yang kedua, aku segera mendekati bang Agung dan menundukkan kepala
kearah selangkangannya. Aku tatap mata bang Agung untuk memberi tahu bahwa aku
mau melakukan apa yang dia mau. Tanpa ragu aku mulai menjilati penis bang Agung
yang masih tersimpan dibalik celana boxernya. Lidahku aku julurkan dan aku
sapukan turun naik di penis bang Agung. Celana Boxer polisi itu pun basah
akibat liurku.
“Argghhhh… Uh…..
Ternyata begini enaknya disepong. Uhhhh… Terus Bay!! Argghhh!!!”. Bang Agung
tidak henti-hentinya menggeliat-liat dan mendesah keenakan.
Aku gigit-gigit
pelan cetakan kontol bang Agung dari balik boxernya dan sesekali aku
belai-belai dada bidangnya yang masih terbalut baju kaos. Bang Agung kemudian
melepas bajunya sehingga tampaklah dadanya yang berisi dan perutnya yang six
pack dihadapan mataku. Sungguh tampan sekali polisi gagah ini.
Acara TV tidak
kami tonton lagi. Mulutku masih sibuk saja mengecup, menggigit dan menjilati
celana boxer yang mencetak penis bang Agung. Aku rasakan betapa besarnya kontol
dibalik boxer itu. Aku semakin penasaran ingin segera mencicipi kontol bang
Agung didalam mulutku. Ah.. Bayu, cepetan dong sepong kontol bang Agung. Udah
nggak tahan nih.
Tanganku mulai
mengurut-urut cetakan kontol bang Agung. Aku resapi betapa keras dan besarnya
penis polisi itu dengan sentuhan ujung jariku. Aku raba batang penisnya yang
keras lalu kembali aku sapukan lidahku dibatang kontol bang Agung yang masih
tersembunti didalam boxer itu.
“Auhhhhh… Ah…..
OOOhhhhhh….”.
Slupprrhhhh…
hmmmmm….
Akhirnya, karena
sudah tidak bisa menahan rasa penasaranku pada bentuk kontol bang Agung, aku
pun segera menarik boxer bang Agung dan tampaklah CD-nya yang berwarna putih.
Dia mengangkat kakinya untuk mempermudah aku melepas boxernya. Sekarang polisi
tinggi dan gagah itu hanya mengenakan CD di hadapanku. OMG… Seksi sekali polisi
ini. Aku jadi horny berat dibuatnya.
“Ah… Bay, kita
ke kamar aja ya. Abang udah gak tahan nih”.
Aku menggangguk
dan bangkit berdiri. Sementara bang Agung juga ikut berdiri dan langsung
mematikan TV dan merangkulku untuk masuk kekamarnya. Sesampainya didalam kamar,
aku langsung diciuminya dengan mesra sambil tangannya mencopoti pakaianku satu
per satu hingga telanjang bulat.
“Bay, isep
kontol abang sekarang”, pintanya setelah melepaskan ciumannya.
Segera aku
belutut di selangkangan bang Agung dan mulai melepas CD putihnya. Wow! Sebuah
benda bulat, besar dan mengacung keatas menyapa bibirku. Ukurannya sekitar 19
cm dan terlihat begitu gemuk. Langsung saja aku masukkan kontol hangat itu
kedalam mulutku dan oh… enak sekali rasanya. Uhhhhh
“Enak… Bay. Kamu
hebat sekali nyepongnya. Kamu… Ohhh…. Hebat!”, puji bang Agung.
Aku isap
kepalanya yang besar. Aku putar-putar lidahku di sana kemudian aku dorong
sekuat tenaga kepalaku hingga terasa ujung kontol bang Agung menyentuh kerongkonganku.
Ada rasa asin-asin gurih ketika lubang kencing bang Agung menyentuh lidahku.
Hmmpp.. gurih banget. Aku keluarkan batang itu dari dalam mulutku kemudian aku
masukkan lagi dan begitulah seterusnya untuk beberapa saat.
Bang Agung
menatap wajahku yang sangat bersemangat menyepong kontol besarnya. Dia
elus-elus kepalaku dan sesekali dia juga mendorong bagian belakang kepalaku
untuk lebih dalam memasukkan batang penisnya didalam mulutku.
“Ohhhh… Ohhh…
Yeah… ah….. ahhhhhh”, desahnya.
Tanganku yang
menganggur tak bisa diam tanpa berbuat sesuatu. Aku mulai menjamah kedua buah
zakar bang Agung dan aku tarik-tarik seolah-olah memerah susu sapi. Buah zakar
bang Agung cukup besar. Aku yakin didalamnya menyimpan berjuta galon pejuh yang
siap muncrat didalam mulutku.
Plop! Aku tarik
keluar kontol bang Agung lalu kemudian aku kocok penisnya. Dengan kedua
jempolku aku buka lubang kencing bang Agung kemudian aku masukkan ujung lidahku
kedalamnya. Hmmmpppp.. enak banget rasanya. Aku sedot-sedot lubang kencing bang
Agung dengan sesekali aku kenyot kepala kontolnya.
“Enak kan
bang?”, tanyaku iseng.
“Sumpah enak
baget Bay. Lagi Bay… Uhhhh”.
Aku kembali
mengulum kontol bang Agung kemudian mulai memaju mundurkan kepalaku untuk
menyepongnya. Hangat sekali kontol polisi gagah ini. Urat-urat kontolnya yang
terasa di lidahku benar-benar membuat aku lupa daratan. Aku tidak
mempermasalahkan lagi tentang hape-ku yang hilang asalkan aku bisa mengisap
kontol Polisi segagah bang Agung. Kalian aja nggak pernah kan nyepong kontol
Polisi? Berarti aku beruntung dong? Hehe…
Buah zakarnya
yang menggantung bebas aku kulum bergantian. Aku tarik-tarik menggunakan mulut
sambil sesekali aku kenyot.
Kembali aku
memainkan penis bang Agung dengan lidahku. Kepalanya aku jilat seperti es krim
sementara batangnya yang tegak keatas aku kocok menggunakan tanganku. Aku emut
kepalanya, aku jilati lubang kencingnya lalu aku seruput pelan-pelan penuh perasaan.
Sesaat kemudian, kepalaku sudah aku tekankan maju untuk melahap semua batang
kontol bang Agung. Memang terlihat rakus dan susah memasukkan batang sepanjang
itu tetapi aku tidak peduli meskipun pada akhirnya hanya sebagian kontol bang
Agung yang bisa bersarang didalam mulutku.
“Uhhh… Bay…
abang…. Uhhhh”.
Kayaknya dia mau
keluar deh.
“Tunggu bang.
Abang kan belum ngentot aku. Jangan keluar dulu”, cegahku.
“Ngentot? Kamu
mau abang entot?”.
Tanpa banyak
bicara aku langsung mendorong tubuh bang Agung ke ranjang hingga dia telentang.
Aku merangkak dan memposisikan kontolnya didepan anusku. Dengan perlahan-lahan
aku mulai memasukan kontol gedenya ke dalam duburku. Aku sengaja tidak memberi
pelicin pada anusku agar semakin seret untuk kontol bang Agung. Dan akhirnya,
bless…. Seluruh kontol besar milik bang Agung amblas kedalam duburku. Aku
menarik nafas sejenak sebelum kemudian aku mulai menurun naikkan pantatku untuk
memberikan kontol bang Agung sebuah surga dunia.
“Arkkk… seret
banget Bay! Ahhhh… uhhhhh….”.
Aku semakin liar
dan tak terkendali. Kami akhirnya sama-sama lepas dan dia pun meminta aku
mencium bibirnya. Kami pun saling melumat dan bertukar air liur. Aku
benar-benar suka polisi ini.
Lubang pantatku
terasa penuh oleh kontolnya. Aku benar-benar puas dengan kontol bang Agung.
Ahhh… enak banget. Aku ketagihan dibuatnya. Dengan cepat aku genjotkan pantatku
turun naik seperti menunggang kuda.
Aku resapi
kehangatan benda bulat itu menjejal anusku. Aku putar-putar pinggulku kemudian
aku tarik keatas sampai kontol bang Agung hanya tersisa kepalanya saja yang
tertanam didalam anusku kemudian aku buat dinding anusku agak mengejan-ejan
agar seolah-olah meremas kepala kontol bang Agung. Oh… benar-benar dahsyat. Lalu
aku kembali menekankan kontol itu masuk semakin dalam… Dalam… Dalam… dan dalam…
dan tertancaplah seluruh kontol bang Agung didalam anusku.
Puting susuku
yang menganggur tidak disia-siakan bang Agung. Sambil aku menggenjotkan anusku,
dia dengan nakal menjilati dan mengisap putingku secara bergantian.
Puas bermain putting.
Aku kembali menciumi bibir bang Agung sambil kedua tanganku mengelus dan
meraba-raba dadanya yang bidang. Duburku aku tarik hingga Plop! Terlepaslah kontol
bang Agung dari dalam anusku.
“Lho, kenapa
Bayyyy?”, protes bang Agung.
“Bayu pengen
abang yang ngentot”.
Aku bertukar
posisi dengan bang Agung. Setelah aku sudah telentang dan kaki diangkat ke
atas, bang Agung mulai meposisikan kontolnya ke bibir anusku dan blesss…. Sekali
lagi aku tersentak ditusuk oleh kontol besar milik bang Agung. Tanpa ragu
sedikitpun dia kembali menggnejotkan pinggulnya untuk menjejal lubang anusku
dengan kontolnya.
“Ahhhh… Ihhh…
Konthol… Ahhh… abanghhh…. Keras banget… Bayuhhhh… Sukah….”.
Clok-clok-clok!
“Setan! Enak banget
ngentot cowok… Ahhh… lubang kamu enak banget. Abang suka… ahhh….”.
“Kalau suka di
enjot yang kenceng dong”, tantangku.
Tanpa ragu bang
Agung mulai menusuk duburku dengan tempo yang cepat dan semakin cepat. Aku terengah-engah
menerima hujaman kontolnya dan begitu pula dengan bang Agung yang tampak
berkeringat dan ngos-ngosan. Hingga tiba-tiba. Aku rasakan tubuh bang Agung
mengejang dan kontolnya mengembang. Tak salah lagi, dia mau muncrat!!! Tak lama
kemuidan, dia pun keluar didalam anusku.
Crooottt…
crooottt… crrooottt…
“ARGGGHHHHH…
OOOHHHHH… AAAARGGHHHHH… AHHHHHHH… HOOOSSSTTTT… UHHHHHHHH… AHHHHH”, erangnya.
Cukup banyak
sperma yang masuk kedalam duburku. Sperma milik seorang polisi tampan dan
perkasa yang aku sukai.
Perlahan-lahan
tusukan kontol bang Agung mulai melemah dan akhirnya dia ambruk keatas tubuhku
dengan kontol yang masih menancap dianusku.
Malam itupun
kami lewati dengan acara ngentot. Aku hitung ada empat kali bang Agung muncrat
sepanjang malam itu. Aku benar-benar kewalahan dibuatnya.
***
Pagi harinya aku
yang sedang mencuci motor agak kaget melihat hape-ku yang ternyata tersimpan di
jok motor. Waduh, ternyata hape-ku tidak hilang melainkan aku yang lupa sudah
menaruh hape-ku didalam jok motor. Bang Agung aku beri tahu mengenai ini dan
dia hanya tertawa mengetahui hal itu.
“Hahaha..
Mungkin sudah takdir, kamu dipertemukan dengan aku. Kalau bukan karena hape
hilang, mana mungkin tadi malam abang nusuk kamu, Bay”.
Iya juga tuh.
Hehehe… Terserah lah! Yang jelas semanjak malam itu aku pun sering ML dengan
Bang Agung dan kami pun saling menyayangi. Pokoknya kontol bang Agung Top
Markotop Deh… Ahhh.. uh… oh… auhhhh….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar