Hari-hari
berikutnya aku jalani seperti biasa. Meski tiap hari aku bisa dengan mudah
mendapatkan kontol pacar-pacarku namun aku tetap rindu dengan hujaman dahsyat
mas Setya. Di sisi lain dalam diriku sebenarnya merasakan sesal akibat hubungan
persetubuhanku dengan mas Setya adalah terlarang dan tragis bagi kak Hesty,
sepupuku. Biarlah semua ini akan aku simpan sendiri saja dan semoga kak Hesty
tidak tahu hubungan kami berdua. Kalau ketahuan kan bisa gawat and skakmat! Memangnya cewek mana sih yang bisa terima
kalau pacarnya selingkuh apalagi dengan cowok sekaligus sepupunya sendiri.
Bayu… Bayu… lu punya ajian apa sih kok kontol polisi sering banget nancep di
lubang lu? Ajarin gua dong… Hahaha…
Tetapi,lama-lama
aku merasa kangen juga dengan pistol daging Briptu Setya Anugrah. Aku sudah
merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Akhirnya
kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak
perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan
datang dengan sendirinya. Kontol is Rezeki? Yang bener aja Bay?
Hari
itu hari minggu jadi aku libur. Karena suntuk di rumah, aku memberanikan diri
mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana. Setelah membeli makanan
ringan, aku meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari rumahku kira-kira
memakan waktu 10 menit.
Suasana
tampak sepi saat motorku memasuki halaman rumah mas Setya yang sudah sangat aku
kenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu dan tetangganya karena aku memang
sering datang ke situ.
Setelah
memarkir motorku di samping rumahnya, aku mencoba memanggil-manggil mas Setya.
Kelihatannya mas Setya tidak kemana-mana karena motor CBR nya masih terparkir
rapi di garasi.
“Mas…
mas Setya… ini aku, Bayu…”
Berulang-ulang
kupanggil nama Briptu itu, namun tidak ada jawaban. Rumah tidak terkunci namun
tidak ada orang.
Aku
lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu dia berada di halaman
belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di sana.
Sayup-sayup
kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang
rumah mas Setya. Rumah mas Setya memang tidak terlalu besar karena rumah ini
memang bekas rumah orang yang dibelinya. Aku dengar suara parau mendendangkan
lagu pop yang tidak begitu aku suka. Aku memang tidak suka sama musik pop yang
penyanyinya punya suara pas-pasan jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang
dinyanyikan mas Setya itu. Itu suara mas Setya yang sangat kukenal di
telingaku.
Dengan
rasa iseng kuintip mas Setya yang sedang mandi lewat celah-celah ventelasi
udara. Kulihat tubuh mas Setya yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun.
Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan
kelihatan lucu, seperti badut. Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam
dinding kuno seiring dengan gerakannya yang menyabuni tubuhnya.
Mas
Setya yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku
panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya.
“Lho…
Bayu… Sudah lama datangnya?”
Dia
melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
“Engga.
Baru saja sampai kok, mas”
“
Silahkan masuk, kedalam Bay…”
Aku
pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi mas Setya. Begitu pintu
ditutup, mas Setya langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku
dengan ganas seperti biasanya.
“Mas..
kangen sama kamu Bay…” bisiknya di telingaku.
Aku
sendiri juga kangen dengan mas Setya. Kangen dengan cumbuannya dan kangen
denganpistolnya.
“Ahh…
mas Setya bisa saja… “
“Benaran
mas kangen sama kamu Sayang…”
Tangannya
yang terampil segera melepas jaketku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak
henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Dia
tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya
melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat
ia melempar jaketku tadi.
Begitu
punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan
jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Tangannya yang
kekar menyusup kedepan dan jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua putingku.
Kini aku
hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama
sekali.
Jilatan
lidah mas Setya terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah
orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Bibirnya yang lembut
terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan
di sini, mas…hhh…”
Aku
yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di
ruang tengah yang agak terbuka.
Tanpa
banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah
itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur
yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet serta lemari pakaian di dekatnya.
Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok di kamarnya. Kali ini bibirku
langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya
masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku
semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua pantatku
diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap
turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku
semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku
membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah
dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran putingku yang dijadikan bulan-bulanan
serbuan bibirnya. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan
masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil mas Setya.
Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang
jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di
pinggang mas Setya hingga polisi itu telanjang bulat didepanku. Rupanya dia
tidak mengenakan celana dalam!! Batang kemaluannya yang panjang, besar dan
berwarna coklat gagah tampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa
disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta
mengurutnya.
“Oughhh…terushh,
Bayyyy…”
Mas
Setya mendengus keenakan saat kuremas-remas batang kemaluannya yang membuat aku
tergila-gila.
“Akhhh…ouchh….”
Kini
giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan mas Setya menyusup ke
dalam celana dalamku dan meremas-remas kemaluanku yang sudah tegak. Tidak Cuma
itu… jarinya juga mulai mengorek-ngorek ke dalam celah anusku. Aku semakin liar
bergoyang saat jari-jari mas Setya semakin masuk ke dalam liang duburku.
Aku
agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di anusku. Tangannya kini
bergerak dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah
perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang
hebat. Tiba-tiba dia melepaskan tanganku dari batang kemaluannya, membalikan
tubuhku dan bersimpuh di depan pantatku yang masih berdiri. Serta-merta
digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok
di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku
dan menendangnya jauh-jauh.
Kini
mulut mas Setya sibuk menggigit dan menjilat daerah pantatku. Dikuakkannya pantatku
lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap duburku. Dengan bersimpuh mas
Setya mulai menjilati anusku sementara tangannya meremas pantatku dan
menariknya ke belakang hingga wajahnya lebih ketat menyosor ke lubang pantatku.
“Akhh.
Terushhh mashhh..ohhh..”
Aku
hanya bisa merintih saat lidah mas Setya menyeruak ke dalam anusku yang sudah gatal.
Ditekankannya wajahnya ke arah pantatku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak
ke dalam duburku. Aku semakin menggelinjang saat lidah mas Setya dengan
nakalnya mempermainkan cincin anusku. Sesekali ia menyedot duburku dan
menggesek-gesek bibir anusku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan
perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.
Mas Setya sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat.
Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan duburku. Akhirnya aku tak mampu
menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku
terpejam menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang…
“Akhhh….terr..ushhhh…mashhhh”
Aku
hanya bersandar ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi. aku pasrah mau dia
apakan tubuh ranumku ini.
Mas
Setya lalu berdiri di hadapanku.
“Bagaimana,
Bay..?” bisiknya di telingaku.
“Ohh..luar
biasa.. Mas Setya memang hebbb …bathh,” desahku.
Masih
dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, mas Setya menyergap bibirku
lagi. mas Setya menempatkan dirinya di belakangku lalu dicucukkannya batang
kemaluannya ke lubang anusku yang sudah sangat basah oleh ludahnya. Dengan
tangannya mas Setya menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku.
Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang hebat, saat kepala kemaluan mas
Setya menggesek-gesek duburku.
Dengan
perlahan mas Setya mendorong pantatnya ke depan hingga batang kemaluannya
menyeruak ke dalam liang pembuanganku.
“Hmmhh…”
Hampir
bersamaan kami mendengus saat batang kemaluan mas Setya menerobos anusku dan
menggesek dinding anusku. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan
saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat mas
Setya. Dia terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang
kemaluannya ke dalam anusku dengan posisi berdiri.
Entah
karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba mas Setya mencabut batang
kemaluannya yang terjepit anusku. Dia memepetkan aku ke dinding dan dia masih
berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan
menopang tembok. Lalu ditusukkannya batang kemaluannya ke lubang duburku. Kali
ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua
tangan mas Setya meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan
pantatnya maju mundur. Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang
kenikmatanku yang sudah gatal oleh tusukan kontol mas Setya.
“Ughh..ughhh…”
Kudengar
mas Setya mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.
Aku
pun mengimbangi gerakan ayunan pantat mas Setya dengan sedikit memutar pantatku
dengan gaya ngebor. Napas mas Setya semakin menderu saat kulakukan gaya
ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan hangat duburku.
Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam
tubuh bagian belakangku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar
menyongsong sodokan batang kemaluan mas Setya.
“Terusss..
Bayyy…terusshhh” Dia mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram
pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
“Arghh..arghhh..
akhhh.. say..masss… keluarhhh, Bayy…”
Kudengar
mas Setya menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitananusku.
Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang
menyongsong tusukan mas Setya hingga batang kemaluannya melesak
sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk usus besarku. Aku rasakan ada semburan
cairan hangat dari batang kemaluan mas Setya di dalam duburku.
Crat…crrtt..croooott…crttt..crott..!!
Banyak
sekali cairan sperma mas Setya yang tersembur menyiram ususku, hingga sebagian
menetes ke karpet kamar tidurnya.
Kami
tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan mas Setya memeluk dadaku dan batang
kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa pejuh ke dalam anusku.
Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur yang biasa ditiduri mas Setya.
Kami
pun berbaring, dengan Briptu Setya masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang
kemaluan mas Setya yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan
ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluannya. Aku
tak tahu dengan kain apa mas Setya menyeka lubangku untuk membersihkan cairan
sperma yang menetes dari sana. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur
habis-habisan oleh Briptu Setya.
Aku
tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur itu. Aku tersadar saat ada
sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut
ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah kontol besar milik mas
Setya yang sudah setengah ereksi.
Ternyata
dia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang
kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat
aku terbangun, serta-merta mas Setya memegang bagian belakang kepalaku dan
mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan
karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki macho!! Gila. Aku
pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka…
Kurasakan
ada sedikit asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang
kemaluannya yang disodorkan padaku. Belakangan aku baru tahu bahwa mas Setya
langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, dia langsung
terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil.
Demikianlah
selanjutnya, dia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke mukaku
supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan,
tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang
kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.
Beberapa
saat kemudian mas Setya membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum
dengan liar kemudian dia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap
selangkanganku.
Dibentangkannya
kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja mengulum kontolku. Aku semakin
gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal
batang kemaluan mas Setya. Ternyata dia rela mengulum kontolku yang mungkin di
karenakan terdorong rasa ingin berterimakasih atas servis memuaskanku pada
kontolnya.
Aku
ikut menyedot batang kemaluannya saat mas Setya menyedot penisku. Kami saling
menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi wajah mas Setya
menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi olehnya.
Aku
semakin menggelinjang liar saat lidah mas Setya mengais-ngais lubang anusku
dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya
itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang anusku. Aku tak
mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.
Tubuhku
bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Mas Setya dengan ganas
menjilat-jilat lubang anusku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar pipi
pantatku ke arah berlawanan.
Dia
masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya
menyapu-nyapu dinding anusku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, mas
Setya menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke
perutnya. Dia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di
belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku
ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya
batang kemaluannya ke lubang anusku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku
hingga batang kemaluan mas Setya secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang
duburku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding
lubang anusku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah
seluruh batang kemaluan polisi itu ke dalam anusku.
Kini
aku duduk di atas perut mas Setya yang setengah duduk dengan punggung diganjal
bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak
menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan mas Setya
mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk
menetek di putingku.
Posisi
di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku
dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang
kemaluan laki-laki yang menancap di lubang anusku.
“Akhh…
shhh… terushhh.. masshhh..hh”
Aku
mendesis-desis saat mas Setya ikut mengimbangi goyanganku. Kedua putingku
dijilat-jilat dan disedot secara bergantian hingga membuat nafsuku meningkat
secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan mas Setya.
Tubuhku mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh..terusshhh
… ouchhh….”. Aku semakin liar mendesis.
Tubuhku
terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada kekarnya.
Mas
Setya lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang
kemaluannya dari jepitan lubang duburku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku
ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga lubangku semakin menganga. Aku yang
sudah mulai lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya.
Bibirnya
tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang
kemaluannya menusuk-nusuk lubang anusku. Kedua tangan mas Setya mengganjal
bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.
“Ughh..ughhh…
putarrrhhh… Bayyy…putarrrhhh… ugghhh…”
Kudengar
mas Setya mendengus memerintahku memutar pantatku.
Aku
mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terushhh..
terushhh ter…oughhhh!!”
Akhirnya
dengan diiringi dengusan panjang tubuh mas Setya berkelojotan. Tubuhnya
tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam
karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut
dalam jepitan duburku.
Crottt…crott..crott…
Batang
kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang pembuanganku. Aku
merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubangku. Nikmat sekali
rasanya. Tubuh polisi tampan itu masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu
akhirnya terdiam.
“Oughh…
Bay.. kamu..hebattthhhh…” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih
ngos-ngosan.
Tubuh
kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya
tertancap erat dalam jepitan anusku. Kami berdua sama-sama diam menikmati
sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hari
sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur mas Setya. Aku kaget saat mau
kupakai celana dalamku ternyata sudah tercetak oleh pejuh kering. Rupanya tadi
mas Setya menyeka lubang anusku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku
tidak memakai celana dalam. Wah, mudah-mudahan aja aku nggak turun dari motor, kalau
sampai singgah kan bisa gawat. Gimana kalau ada yang lihat kontolku
goyang-goyang. Tenang Bayu… tenang… semua akan baik-baik aja kok. Nyantai bro…
Dengan
memakai celana dan bajuku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan
lubang anusku dari sisa-sisa pejuh sehabis persetubuhan tadi.
Aku
baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba mas Setya yang
hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi
celanaku lagi-lagi mas Setya merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.
Diturunkannya
lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya
dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga
gairahku mulai terbangkit lagi.
Melihat
aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang
bulat. Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan
pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang
kemaluannya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser
pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah
keras, dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang anusku lalu ditekan-tekan
ujungnya ke alur sempit itu yang masih basah akibat aku cuci tadi.
Sekali
lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan
mas Setya menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak
mandi yang terbuat dari porselen sambil setengah nungging sementara mas Setya
menggenjot dari belakang.
Gila.
Polisi kekar satu ini memang gila!
Bagaimana tidak dia punya dua pistol satu dapat membuat orang mati sedangkan
yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan! Aku pun jadi ketagihan
dibuatnya. Oh…. Pokoknya aku pulang malam hari itu. Karena setelah ML di kamar
mandi, dia membeliku makanan agar aku tidak sempoyongan dijalan. Mas Setya juga
meminjamkan aku jaketnya dan untuk memastikan aku sampai dengan selamat
kerumah, dia mengiringiku dengan motor CBR-nya.
Namun,
alangkah kagetnya aku saat melihat motor pak Nikki terparkir didepan rumahku.
“Wah,
ada pak Nikki nih. Kalau sampai mas Setya
mampir atau pak Nikki tanya siapa mas Setya, aku jawab apa ya?”.
Pak
Nikki keluar rumah dan sepertinya dia mau pulang.
“Akhirnya
datang juga, kamu Bay. Hapemu nggak aktif-aktif kenapa?”, tanya pak Nikki
ketika melihat aku baru mematian motor didepan rumah.
Aku
mengecek hape-ku dan melihatnya. Ternyata baterainya drop. “Baterainya drop
pak. Bapak udah lama?”.
“Udah
dari habis magrib tadi. Ada sekitar sejam aku nungguin kamu”, jawabnya sambil
memperhatikan mas Setya yang ada di atas motornya dibelakangku. “Kamu habis
dari mana?”.
“Hmmppp..
dari main pak. Oh, iya. Itu mas Setya, pacar kakak Sepupuku. Dia nganterin aku
tadi”.
Mas
Setya hanya menunjukan senyum pada pak Nikki.
“Ohh…”.
Tampaknya pak Nikki agak kurang senang.
“Ya
sudah, aku pamit dulu ya Bay. Terimakasih udah nemenin mas main”. Mas Setya
menghidupkan motornya. “Mari pak…”, ucap mas Setya pada pak Nikki yang dibalas
pak Nikki dengan senyuman.
“Hati-hati
kak”. Aku turun dari motor dan menghampiri pak Nikki.
“Main
apa kamu sama dia, Bay?”, tanya pak Nikki.
“Main
bulutangkis pak”, jawabku.
“Bulutangkis
atau bulu isap?”.
Waduh,
pak Nikki kayaknya curiga dengan gelagatku.
“Kalau
bulu isap mah, main dengan bapak. Hehehe”.
Tiba-tiba
raut wajah pak Nikki berubah menjadi ceria. “Mau dong nginep dirumah bapak
malam ini?”. Pak Nikki menebar senyum mesum kearahku.
OMG!!!!!
Ampun…. Aku nggak kuat lagi kalau harus 24 jam di hajar kontol, bisa-bisa
gempor deh lubang duburku.
“Mau
yah…”, bujuk pak Nikki.
Aku
hanya senyum-senyum dan nggak tahu musti jawab apa. Menurut kalian aku harus
terima ajakan pak Nikki atau menolaknya? Huh, nasib-nasib jadi idaman para
cowok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar