Beberapa
hari kemudian Sukaw, melalui Yuari, berhasil menemukan persembunyian baru Ray
dan Fiko. Sukaw yang sudah sangat marah, menginginkan Ray segera dibawa
kehadapannya untuk menjadi azzonya. Juyu Ahega dan para yuari ditugaskan untuk
membawa Ray hidup-hidup ke hadapan Raja Sukaw. Dengan hajunba modifikasi yang
baru, mereka berhasil mengirim puluhan yuari untuk menangkap Ray dibumi. Siapa
yang akan merubah nasib Naolla? Tidak ada yang bisa memastikan jawaban dari
pertanyaan itu. Sekarang Ray dan Fiko harus berjuang sendiri di La Paz agar
tidak tertangkap para yuari Vocare. Setidaknya sampai bantuan datang dari Fugk.
Angin
bertiup sangat kencang. Gelapnya malam semakin kelam dengan deretan awan hitam
yang menutupi langit La Paz. Suara dedaunan kering yang tertiup angin mencoba
ikut berbunyi di antara suara hembusan angin. Diujung jalan sana tampak sesosok
tubuh berotot Fiko yang sedang mengenakan kaos berlengan panjang tampak
terburu-buru menerobos angin. Trotoar malam itu cukup lengang dari orang berlalu
lalang. Mungkin ini disebabkan cuaca yang sedang kurang bersahabat.
Dijalanan
yang cukup ramai oleh kendaraan bermotor, sesekali cahaya lampunya menyorot
Fiko. Jam disana menunjukkan pukul 07.12 pm. Fiko baru saja pulang dari tempat
kerja barunya. Rasa lelah akibat bekerja seharian, mulai terkikis ketika Fiko
mengingat Ray yang selalu mencintainya. Malam ini Fiko berulang tahun. Untuk
merayakan hari kelahirannya tersebut, Fiko ingin malam ini bisa makan berdua
dengan Ray. Ditangan kanannya sudah terdapat sebuah benda terbungkus kantong
kresek.
“Aku
sudah tidak sabar ingin memakan kue ini bersama Ray”, ujar Fiko sambil
tersenyum sendiri memandang bungkusan ditangannya.
Suara
gesekan antara kaki dan trotoar menemani Fiko menuju rumah Alva. Langkah yang
menggambarkan semangat. Memang inilah cinta Fiko untuk Ray. Dia selalu ingin
menjadi bagian dari diri Ray dan tak ingin Ray merasa jauh darinya. Setiap saat
ditempat kerja, Fiko selalu memikirkan Ray. Ray begitu berarti bagi Fiko dan
tak akan tergantikan. Sekarang Fiko sudah sampai dipersimpangan jalan.
Diseberang sanalah letak apartemen Alva yang mereka tumpangi di La Paz. Sebelum
menyeberang, Fiko mengisyaratkan pada pengendara untuk memeberinya kesempatan
menyeberang. Tak berapa lama kemudian sampailah Fiko di apartemen Alva. Langkah
kakinya semakin cepat menuju ruangan yang mereka tempati selama berada di La
Paz.
Fiko
mengetuk pintu kamar. “Ray… Aku pulang…”.
Dari
arah dalam, seseorang membukakan pintu dan menyambut Fiko dengan senyum
bahagia. “Aku hampir saja menyusul kamu Fiko. Aku pikir hari akan hujan, jadi
aku mau menjemputmu sambil membawakan payung”, kata Ray.
Fiko
masuk kedalam dan menutup pintu kembali.
“Apa
itu ditanganmu?”, tanya Ray.
“Hmmmppp…
Aku ada sesuatu untuk kamu Ray. Kamu tahu tidak ini hari apa?”. Fiko
seolah-olah memberi sebuah tebakan ke Ray.
Dengan
wajah bertanya-tanya, Ray mencoba menjawab. “Hari kamu gajihan? Tidak, tidak.
Hari kita jadian?”, tanya Ray balik.
“Salah…
Tapi, benar juga ya sayang, hari ini memang hari yang sama saat kita jadian”.
Fiko mendekati Ray dan menarik tangannya. Dia membawa Ray ke dapur, ke meja
makan.
“Ada
apa Fiko?”. Ray masih kebingunggan.
Tanpa
menjawab, Fiko mendudukan tubuh Ray dikursi makan dan dia pun duduk di samping
Ray. Fiko meletakkan kantong kresek ditangannya di atas meja. Lalu dia
keluarkan kotak didalam kresek tersebut dan dia buka penutupnya. “Ini kue
khusus untuk kita, sayang. Aku hari ini berulang tahun”, terang Fiko.
“Apa?!
Sungguh?”, tanya Ray tak percaya.
Fiko
mengangguk.
Ray
bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Fiko. “Selamat ya sayang. Kamu
sekarang semakin dewasa dan semoga semakin baik lagi. Kok kamu tidak memberi
tahuku sebelumnya. Aku bisa menyiapkan sesuatu untuk merayakan ini”.
“Aku
ingin memberi kejutan untukmu, sayang. Ayo kita makan kuenya. Aku mau kamu yang
suapi aku, ya?”, pinta Fiko manja.
Ray
melepas pelukannya dan lalu menuju meja masak untuk mengambil pisau dari dalam
laci. Setelah itu, Ray memotong kue
tersebut menjadi beberapa bagian dan sepotong kue dia taruh diatas piring untuk
disuapi ke Fiko.
Malam
kian larut, mengubur semua kesunyian dan hiruk-pikuk keramaian kota. Disalah
satu ruang peristirahatan, sedang berpelukkan mesra dua orang pria tampan tanpa
mengenakan sehelai benang pun. Fiko yang tampan dan berotot sempurna memeluk
Ray yang kecil dan manis itu dari arah belakng.
Fiko mengigit lembut bahu Ray dan menimbulkan bercak merah di sana. Ray
terpejam menikmati cumbuan Fiko. Sementara penis sang raja sudah tegak
mengacung keatas dan tampaknya sudah tak sabar ingin merasakan kehangatan
lubang anus Ray yang ditumbuhi bulu. Fiko menggesek-gesekan penis besarnya
kemulut anus Ray. Sesekali Fiko juga tampak memilin puting susu Ray dengan
lembut. Ray benar-benar terangsang hebat dan benar-benar menginginkan hal ini
terjadi padanya. Apalagi malam ini dia melakukan hubungan intim dengan pacarnya
sendiri. Ray menolehkan kepalanya kebelakang dan mencari bibir Fiko. Fiko paham
akan hal itu dan diapun mengangkat kepalanya sedikit kemudian mereka berciuman
mesra, saling memilin lidah dan mengigit bibir pasangan masing-masing. Bibir
ray memang manis dan bibir Fiko pun juga tak kalah memukau, bibir mereka berdua
menyatu dengan mesranya. Sambil berciuman, Fiko berusaha menelungkupkan tubuh
Ray ke tempat tidur dengan Fiko diatasnya. Fiko sekarang menciumi Ray sambil
menindih tubuh Ray. Tubuh kecil Ray kini mulai mengangkat pinggul seperti
mengisyaratkan pada Fiko untuk segera memasukkan penisnya kelubang Ray. Fiko
paham dan melepaskan ciumannya pada bibir Ray. Fiko melumuri penisnya dengan
ludah yang banyak begitu pula dengan lubang anus Ray.
“Sayang,
kamu tahanya. Ini akan sedikit sakit”, kata Fiko.
“Cepet
Yank… Aku sudah tidak tahan nih. Ahhh shhhttt… ahhhh”, Ray benar-benar sudah
begitu menahan hasrat.
“Argghhh..
Ohh… Su-sah!”. Fiko berusaha meletakkan kepala penisnya ke bibir anus Ray dan
terus berusaha memasukkan benda bulat, berurat dan besar itu. Penis Fiko
sepertinya lebih besar dari milik Adam yang beberapa waktu lalu pernah mencoba
kehangatan anus Ray.
Walaupun
susah, akhirnya kepala penis Fiko yang berwarna merah muda dan besar seperti
helm tentara mulai masuk kelubang anus Ray.
“Awhhhh..
Aw… shhhttt argghhhh… Pel-an. Pelann… Yank”, pinta Ray.
Fiko
menundukkan kepalanya dan mencari bibir Ray. Untunglah postur tubuh Fiko yang lebih
tinggi dari pada Ray cukup membantu untuk melakukan penetrasi sambil berciuman.
Fiko menciumi bibir Ray kembali sambil perlahan-lahan menekankan penis sebesar
mentimunnya ke anus Ray yang nikmat.
“Hmmppp..
rmmmm”, suara Fiko tertahan karena sedang melumat bibir Ray.
Melesat
lah seluruh batang penis Fiko kedalam anus Ray. Dia diamkan beberapa saat agar
cincin anus Ray tebiasa menerima benda kenikmatan Fiko. Penis hangat sepanjang
lebih dari 20 cm itu benar-benar tertancap sempurna. perlahan Fiko mulai
menarik penisnya keluar untuk merileks-kan lubang Ray. Lalu dia tancapkan
kembali dengan gerakan hati-hati kedalam anus Ray. Fiko tak ingin Ray merasakan
sakit namun dia ingin Ray menikmati persenggamaan ini.
Ray
melepaskan ciuman Fiko dan menggigit bibirnya dengan mata terpejam. Ray masih
belum terlalu rileks dengan sodokan Fiko di anusnya, namun dia berusaha merubah
rasa terbakar tersebut menjadi rasa nikmat yang teramat sangat nikmat apalagi
ini adalah hari ulang tahun Fiko. Dia harus membuat Fiko bahagia dan senang.
“Arggg….
OOOOHHHHHHH… Masih sempit juga punya mu, sayang. Aduhhhhh… shhhiiiitttt…”. Fiko
melihat kearah penisnya yang mulai pelan-pelan menyodok anus Ray. Fiko tahu
bahwa Ray pasti sedang kesakitan namun dia juga mau membiasakan anus Ray dengan penisnya yang
gemuk itu.
“”Awww,
aw aw awhhuhhhhh… Fikhoo! Aw…”.
“Tahan
sayang, tahan! Oh no! enak sekali, oh yeah!! Oh yeah.. oh oh oh ohhh owhhh!”.
Plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok!
Fiko mengeluar masukkan penisnya kelubang anus Ray yang sudah terkuak lebar.
Anus Ray yang tadinya susah untuk dimasuki penis perkasa Fiko. Turun naik,
pantat Fiko menyodok anus Ray.
Tubuh
kecil Ray menungging dengan kepala masih terbaring ditempat tidur. Fiko sekarang
memposisikan badannya diatas Ray dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya.
Dia melalukan penetrasi dari arah belakang. Penis basarnya semakin cepat
menusuk anus Ray hingga tubuh Ray tergoncang-goncang. Fiko menengadahkan
kepalanya sambil menutup mata dan meracau tak karuan. Fiko seperti seekor
srigala yang sedang menyetubuhi betinanya. Jheibo yang sedang kelelahan akibat
banyak berbicara, tidak akan terganggu dengan acara persenggamaan Ray dan Fiko
di malam yang dingin akibat hujan turun dengan lebatnya.
Penis
Fiko berurat disana-sini, mengkilap menusuk lubang anus Ray. Sodokannya yang
semakin cepat seperti menguras seisi anus Ray dengan perkasanya. Ray sangat
menikmati disodomi oleh Fiko karena penis kekasihnya itu menyentuh bagian
tersensitif di tubuhnya yang mempu membuat Ray terbang ke langit ketujuh. Peluh
Fiko mulai menetes melembabkan kulitnya yang memanas karena acara persetubuhan
ini. Plok-Plok-Plok-Plok! Suara selangkangan Fiko yang menyentuh pantat Ray,
terdengar nyaring didalam ruangan tersebut.
“Aaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrggggggggggggggg!!!!!!!!!!”,
teriak Fiko ketika membenamkan seluruh penisnya kedalam liang senggama Ray.
“Aw!!!!!!!!!
Enakhhh bangetsss … shhiiittt “, racau Ray.
Fiko
menghentak-hentakan penisnya dengan getaran-getaran dahsyat. Dia benar-benar
menyukai Ray. Fiko berhenti memaju mundurkan pantatnya lalu kemudian
menggendong Ray kedekat jendela kamar dengan penis yang masih menancap sempurna
dianus Ray.
“Kita
main berdiri ya, sayang…”.
“Iyah,
sayang… terserah kamu saja. ohhh”.
Kaki
Ray di angkat Fiko lalu dia gendong kedekat jendela. Fiko melakukan penetrasi
sambil berdiri sedangkan Ray mengangkang sambil kakinya dipegangi Fiko. Tubuh
Fiko yang berotot sangat gampang melakukan gaya bersenggama seperti ini apalagi
tubuh Ray cukup kecil sehingga gampang di angkat. Maka terjadilah persenggamaan
dahsyat didekat jendela apartemen Alva. Fiko yang mengendalikan gerakkan
pinggul Ray turun naik meremas penisnya. Lubang anus Ray seakan-akan tertarik
saat Fiko menaikan tubuh Ray keatas. Turun
naik Fiko mengendalaikan lubang anus Ray memuaskan penis jantannya yang semakin
menantang. Fiko sesekali menggigit leher Ray dan menjilati daun telinga
kekasihnya tersebut. Peluh Ray menetes membasahi tubuhnya. Benar-benar
pergumulan yang sangat dahsyat.
“Terus
Fiko! Terus! Ahhh.. bua aku hamil Fiko, hamili aku. Penuhi lubangku dengan
hangatnya air surgamu! Ah ah ahhhh”.
“Rasakan
batangku yang besar ini! Aku kan membuat kamu hamil dan meminta ampun karena telah
mau aku hamili. Aku ingin punya anak dari mu sayang. Aku mau lubangmu banjir
oleh air spermaku!”, kata Fiko sambil terus mempercepat sodokannya.
“Ahhh
ahhhaooohhhhh ohhhhh ohhhhhh ohhhhhh ohhhhhhhhhhhooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhh
ooooohhhhhhhhh ooooooooooohhhhhhhhhh!”.
Fiko
semakin membabi buta menggerakkan tubuh Ray. ray tergoncang-goncang. Fiko
tampaknya akan keluar dan dia buru-buru mencabut lubang Ray dari penisnya
kemudian membaringkan Ray ditempat tidur. Setelah itu, Fiko naik keatas Ray dan
mengangkangi wajah Ray.
“Isap
Ray! Aku mau kamu hamil karenaku! Oooohhhhhhhhhhh”. Fiko menyodorkan penis
tegaknya kemulut Ray.
Tanpa
berfikir panjang lagi, Ray langsung memasukan penis Fiko kedalam mulutnya dan
blow job-pun dimulai. Dengan cepat Ray mengeyot, mengisap dan menyeruput penis
indah milik Fiko yang sudah hampir orgasme itu. Kepala Ray yang maju mundur
semakin cepat melayani penis Fiko kini hampir kehabisan nafas akibat Fiko
membenamkan seluruh penisnya kerongga mulut Ray. penis Fiko berkedut dan
spermanya sudah tak bisa ditahan lagi. Fiko akhirnya mengeluarkan seluruh
spermanya didalam mulut Ray.
Cccccccccccccccccccccrrrrrrrrrrrrrrrrrrrooooooooooooooooooottttttttttttttt …
Crrrrrrrrrrooooooottttttttt.. Ccccccccccccccccrrrrrrrrooootttttttt…
Ccrrrotttttttttt ccccccccrrrootttttttttt ccccccrrrrrrrrrrrrooooooooooooooootttttttttt
cccrrrrooottt cccrooottt ccrroott crot crot crot crot crroottt… croott!
“AAAAAAARRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
AAAAHHHHHHHHHHHHH
AARRRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!”,
teriak Fiko ketika spermanya keluar dari dalam penisnya.
Sperma
kental Fiko yang sangat banyak kini tertampung dimulut Ray. Fiko mencanut
penisnya dari mulut Ray. plop! Ray mengeluarkan sperma Fiko dari mulutnya
sehingga cairan kental, puntih dan anyir itu meleleh menuruni dagu dan pipi Ray
hingga jatuh ketempat tidur.
“Kenapa
sayang? Makan dong…”. Fiko menyapukan spermanya yang dimuntahkan Ray dengan
penisnya yang masih tegak, lalu dia masukkan kedalam mulut Ray. dia lakukan
kegiatan itu berulang-ulang sampai semua spermanya yang dimuntahkan Ray masuk
kembali kemulut Ray dan menjadi darah daging Ray. Ray mengenyot penis Fiko
supaya semua sperma yang ada dibatang kekasihnya itu bersih dan masuk
ketubuhnya.
Setelah
tidak ada lagi sperma yang terbuang, Fiko tidur disamping Ray dan meletakan
kepala Ray didada bidangnya dalam keadaan masih telanjang. Mereka menghabiskan
sisa malam dengan tidur berpelukkan.
Pagi
hari yang cerah, Fiko yang masih memeluk Ray perlahan-lahan melepaskan
pelukannya lalu bangkit dan bangun dari tidurnya. Dia memang masih agak lelah
namun dia tidak boleh berdiam diri saja dirumah, dia harus segera berangkat
kerja. Setelah mandi dan berpakaian, dia menghampiri Ray yang masih tertidur
pulas kemudian dia cium kening Ray mesra sebelum berangkat.
Fiko
menyelimuti Ray dan meninggalkan Ray ditempat tidur. Tak lama setelah Fiko
berangkat, entah mengapa Alva yang biasanya agak siangan datang kini pulang
pagi. Padahal dikamar, Ray masih dalam keadaan telanjang bulat.
Alva
yang pulang dari tempat kerja langsung masuk kedalam kamarnya seperti biasa.
Dia tidak menyangka kalau dikamar mereka, Ray sedang tidur dalam keadaan
telanjang bulat. Awalnya Alva tidak begitu memperhatikan Ray yang sedang
tertidur namun ketika dia melihat celana dalam dan pakaian Ray tergeletak dilantai,
Alva mulai curiga. Dengan hati-hati sekali dia membuka selimut Ray dan benar
dugaannya bahwa Ray sedang dalam keadaan polos tanpa sehelai benang di balik
selimut tersebut. Entah apa yang Alvaro rasakan, melihat Ray yang begitu
menggoda dia jadi bergairah dan penisnya mulai bangun dan mengeras.
“Aduh…
Kok aku bisa terangsang hebat begini. Mudah-mudahan Ray tidak menyadarinya”. Alva
melepas sabuk dan membuka bajunya. Kemudian dia merangkak naik keatas ranjang
memposisikan tubuhnya dibelakang Ray yang sedang tidur miring. Penis Alva
semakin berontak dan sekarang telah tegang sempurna. Tanpa basa-basi lagi, Alva
mulepas seluruh kain yang tersisa ditubuhnya dan menyibak selimut Ray. Dengan
hati-hati, Alva melumuri penisnya yang besar itu menggunakan ludah dan bles.
Cukup mudah Alva menembus anus Ray. mungkin ini dikarenakan anus Ray yang sudah
terbuka lebar akibat penis Fiko tadi malam. Alva terpejam menikmati sensasi hangat
yang ditimbulkan oleh liang senggama Ray. Ray masih tertidur pulas. Melihat
itu, Alva memulai aksinya menyodomi anus Ray dengan menggerakan pinggulnya maju
mundur dengan ritme sedang agar Ray tidak terbangun.
Tubuh
Alvaro memang cukup kekar namun perutnya tidak six pack seperti Fiko. Alva
masih terlihat seksi dengan wajahnya yang jantan. Tusukan penis besar Alva
semakin cepat dan dalam sehingga Ray terbangun dari tidurnya karena merasakan
benda tumpul dan kenyal milik Alva menguak anusnya cukup lebar. Namun Ray
mengira bahwa yag menusuk anusnya adalah Fiko sehingga dia hanya diam dan menikmati
sodokan Alva. Tentu saja hal itu tidak disia-sia kan Alva sehingga dia
menggendong Ray dan meletakkannya diatas tubuhya. Ray kini berbaring ditubuh
Alva. Alva melakukan penetrasi dari bawah agar Ray tidak menyadari dirinya
bukanlah Fiko.
“Sayang…
ahhhh”, dasah Ray menikmati ssodokan Alva.
Alva
hanya diam dan mempercepat sodokannya di anus Ray. Penis Alva memang tidak
sampai 20 cm tetapi ukurannya hampir sama dengan milik Fiko. Penuh urat yang
keluar dan benar-benar nikmat untuk dicicipi. Ray benar-benar sudah sangat
terangsang dan menikamati tusukan penis Alva yang semakin mengganas.
Suara
berisik pertemuan antara selangkangan Alva dengan pantat Ray kembali memenuhi ruangan
tersebut. Meskipun Ray tidak menyadari bahwa yang sedang menusuk anusnya
senikmat itu adalah Alva tetapi dia merasa aneh juga karena sejak tadi Fiko
tidak bersuara maka Ray menoleh kebelakang dan alangkah terkejutnya dia ketika
melihat orang yang sedang menusuk anusnya sedahsyat itu adalah Alvaro. Dia
terdiam kaget. Namun, Alvaro dengan santainya tersenyum pada Ray dan terus
menggenjotkan pinggulnya menyodomi anus Ray. Entah apa yang sedang Ray
pikirkan, dia seperti kalah dengan birahinya dan seakan tanpa melawan
membiarkan Alvaro melanjutkan aksi menusuk anusnya. Dia tidak percaya bahwa dia
akan seperti ini. Dia menikmati tusukan Alva dan tidak peduli lagi dengan Fiko.
Yang Ray inginkan hanya nikmat, nikmat dan nimat.
“Ray,
oooohhhhhhhh enakkhhhh… bangetsss!”, racau Alvaro pada Ray.
Ray
benar-benar menikmati sodokan penis Alva pada anusnya dan seperti tak ingin
penis itu lepas dari anusnya.
“Alvahhhh
ooohhhhh terusin… ah aha ahahahahah!”. Ray semakin menggila karena nafsunya.
Dia menghentak-hentakan pantatnya lebih cepat mengocok penis Alva menggunakan
lubang senggamanya.
Alva
menyuruh Ray membalikan badan menghadap kearahnya. Ray menuruti permintaan alva
dan langsung memutar tubuh menghadap Alva. Ray memposisikan tubuhnya duduk
mengangkang menghadap alva. Ray membungkukkan tubuh dan menuruti permintaan
Alva untuk melakukan ciuman padanya. Ray dan Alva kini menyatukan bibir mereka
dan mulai saling menyeruput, memilin, menyedot dan mengigit bibir satu sama
lain. Mereka seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah. Sementara
pingggul Ray masih sibuk turun naik diatas penis Alva yang tagak mengkilap
menjejal lubang anus Ray. Ray merasakan keanehan pada dirinya namun dia
menikmati itu seperti dia menikmati saat melakukan persenggamaannya dengan Fiko.
Ray membuat Alva sangat senang dan semakin bringas. Kini
Alva yang mengambil alih gerakan menyodok anus Ray dengan cepat. Alva
mengeluarkan seluruh kemampuan menusuknya pada Ray. tentu saja hal ini membuat
Ray terangsang sampai keubun-ubun dan benar-benar terbuai surga dunia.
“AAAARRRGGGGG AKU MAU KELUAR RAY!”,kata Alva.
“Keluarin didalam saja Alva…”, pinta Ray.
CCCCCCCCCCCCCRRRRRRRRRRRROOOOOOOOOOOOOTTTTTTTT
CCCCCCCRRRROOOTTT CCCRRROOOTTT CCCRRROOOTTT CCCRRROOOTTT CROT CROT CCROOTT….
Tumpahlah seluruh cairan kelelakian Alvaro didalam anus Ray.
semprotan hangat sperma Alva terasa masuk hingga kerongga perut Ray.
Dari arah pintu, masuklah sesosok pria macho berusia sekitar
30 tahun berambut cepak dan berbadan besar berotot. Dia ternyata paman Alva
yang pernah Alva ceritakan pada Ray dan Fiko, Simon namanya. Memang beda umur
Alva dan pamannya ini tidak beda jauh, karena Alva merupakan anak sulung dari
kakak tertua Simon sedangkan Simon adalah anak bungsu dari nenek Alva. Dia
tercengang melihat, Alva dan Ray yang sedang bersenggama diatas tempat tidur.
Penis Alva masih jelas tertancap dianus Ray dan terlihat sedang
menghentak-hentakkan cairan orgasmenya keliang senggama Ray.
“Alvaro?”.
Alvaro kaget begitu pula Ray.
“Paman? Pa-paman se-sedang a-apa?”, tanya Alva terbata-bata.
Alva hampir saja mencabut penisnya dari annus Ray namun buru-buru dicegah
Simon.
“Eitttsss, tidak usah dicabut. Paman boleh gabung?”, tanya
Simon.
Tentu saja Alva tak percaya dengan apa yang baru saja dia
dengar. Namun Simon menyadari itu lalu buru-buru dia melepas seluruh pakaiannya
dan naik keatas tempat tidur. Penis Simon sangat panjang sekitar 25 cm namun
diameternya berkisar antara 3-4 cm saja. Penis itu mengacung lurus kedepan dan
Simon mulai mengocok-ngocok penisnya didepan anus Ray.
“Paman mau apa?”, tanya Ray.
“Tenang manis, kamu akan senang dengan paman”,jawab Simon.
Dia mencoba memasukan penisnya kedalam anus Ray padahal anus
Ray sedang ditempati oleh penis Alva. Namun karena Alva baru saja mengeluarkan
sperma, maka Simon mendapat sedikit pelumas untuk memasuki anus Ray.
“Arggggghhhhh sakit paman! Awww!”, teriak Ray ketika penis
Simon menjejal paksa anusnya.
“Tahan sayang. Ini double nikmatnya”, kata Simon.
Perlahan-lahan penis Simon yang panjang tersebut masuk kedalam anus Ray. tanpa
banyak bicara lagi, Simon langsung mengenjotkan penis hitamnya kedalam lubang
kenikmatan Ray. Walau Ray benar-benar merasa sakit, namun Simon tak peduli akan
hal itu yang dia tahu hanya nikmat dan nikmyat. Inilah yang dianamakan Double penetrasi.
Ray merasa sakit yang teramat sangat dan luar biasa ngilunya. Untuk menenangkan
Ray, Alva meraih kepala Ray dan menciuminya mesra sementara Simon sibuk menusuk
anus Ray dengan ganasnya. Tanpa ampun anus Ray mendapat serangan dari dua orang
pria gagah dan tampan. Namun entah mengapa Ray sangat terangsang mendapat
perlakuan seperti ini. Dia sangat bergairah meskipun dia sakit pada awalnya.
Sekarang Ray malah mendesah nikmat dan benar-benar menjadi ratu untuk dua orang
raja yang sedang menikmati anusnya. Alva berinisiatif untuk mencicipi mulut
Ray. Diapun melepaskan penisnya dianus Ray dan membiarkan Simon yang memuaskan
anus Ray sementara Alva memilih untuk merasakan isapan mulut Ray pada penisnya.
Alva duduk didepan wajah Ray dan menyodorkan penisnya kemulut Ray. Ray langsung
memasukana benda berurat tumpul itu kedalam mulutnya dan dengan gerakan maju
mundur dia menyedot penis Alva. Ray merasakan kenikmatan yang lain, dia disodok
didepan dan juga dibelakang. Tubuh Ray berguncang hebat akibat ganasnya Simon
menyodok lubang pelepasannya. Sementara mulutnya semakin kaku akibat Alva
memegangi kepalanya dan dengan ganas memperkosa mulut Ray seperti menusuk anus
Ray. Penis Alva mulai tegak sempurna kembali. Ray hampir tak bernafas namun
Alva sesekali membenamkan penisnya sedalam mungkin untuk membiarkan Ray menarik
nafas.
“Auhhh… Shit! Pacar kamu enakh sekali Lubangnya, Alva. Ah…
Mengapa paman tidak pernah dikenalkan dengan dia?”. Simon bertanya pada Alva
dengan mata tertutup dan wajah menengadah keatas.
Alva tak menjawab pertanyaan pamannya tetapi dia lebih
berkonsentrasi untuk merasakan kelembutan lidah Ray pada batang penisnya.
Setiap senti kulit penis Alva tak luput dari isapan mulut Ray. Batang kejantanan Alva yang hampir sempurna
itu benar-benar merasakan kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata. Alava menatap Ray dengan penuh cinta sambil dia usap lembut Rambut
hitam Ray.
Ray menengadahkan kepalanya keatas untuk menatap wajah Alva.
Lidahnya menjulur dan menjilati kepala penis Alva. Tetesan precum yang mulai
keluar, sangat menggoda indra pengecap Ray melalui rasanya yang sensasional.
Simon membungkukkan badannya dan menciumi leher belakang
Ray. Tangan kekarnya meremas-remas dada Ray sambil dia terus menggenjotkan
penis kudanya didalam anus Ray.
Plak-plak-plak…
“Kamu suka, sayang? Aaaahhhh… Bagaimana sodokan paman?
Berasa atau masih kurang?”, tanya Simon di telinga Ray.
“Enak paman. Tambah kencang lagi. Ahhhhh… Buat aku hamil
paman. Aku mau dihamili oleh paman. Hajar lubangku sekuat paman bisa.
Sepuas-puasnya!!! Argggghhhh Awwww!”.
“Seperti ini Yeah? Ah Ah ah ah ah argghhh Shit ah ah ah”.
Simon semakin memepercepat tusukan penisnya didalam lubang kenikmatan Ray. Dia
tampak seperti seekor kuda yang sedang berhubungan sex dengan betinanya.
Remasan tangan kokoh Simon pada dada Ray semakin membuat Ray
mendesah hebat. Gesekan yang ditimbulkan antara penis Simon dan dinding anus
Ray mampu membakar lebih banyak kenikmatan.
“Aohhhh ohhh Yeah! Suck it baby!”, racau Alva. Dia mulai
mengendalikan permainan dimulut Ray. Tusukan penis besarnya pada mulut Ray
semakin membuat Ray susah untuk bernafas.
Aroma sperma yang tercium dihidung Ray dan pukulan buah
zakar Alva pada dagunya ibarat jamu ditambah madu, sungguh nikmat. Ray
benar-benar merasa puas pagi ini. Penis Simon yang panjang, mampu menyentuh
usus besarnya dan inilah rasa yang Ray tak pernah bayangkan sebelumnya. Simon
membenamkan seluruh ‘pisang tanduknya’ kedalam anus Ray yang sangat menggoda
itu dengan sekali hentakan. Perlahan-lahan dia tarik lalu dia masukan kembali
secara perlahan, keluarkan kembali, tusuk lagi dan crok! Amblaslah seluruh
penis Simon didalam anus Ray.
Hampir sejam sudah mereka melakukan pesta sex pagi. Baik
Simon ataupun Alva sudah tidak sanggup lagi menahan desakan sperma mereka yang
sudah ada diujung penis.
“Sayank… Paman mau keluar! Argghhh….”.
“Aku juga say-ang!! Auhhhh”.
Plop! Ray melepaskan penis Alva dan Simon dari tubuhnya.
“Kenapa Sayang?”, protes Simon.
“Aku mau mencicipi air surga kalian… Ayo Beib… Ahhhh ah ah”.
Ray menelentangkan tubuhnya dan membuka mulut sambil menjulurkan lidah.
Simon dan Alva paham apa yang Ray inginkan. Maka merekapun
mendekatkan penis mereka kewajah Ray dan mengocoknya dengan ritme cepat.
“OOOHHHHHHHHH… ARGGGGGG… AKU… MUNCRAT!”,kata Simon.
“Rasakan ini Ray! Telan!! Telan seluruh air surgaku!
Ohhhhh”, racau Alva.
CCCCRRROOOOTTTTT…
CCRRROOOTTT…CRRROOOTTT…CCRROOTT…CCCRRROOOTTT…CCCRRRROOOOOTTTT…CCCRRROOOOTT
…CCRRRROOOOTTT … CRRROOOTTT… CROT –CROTT… CRROOOTTT CCRRROOOTT CCCRRROOOTTTT!!
CCRRROOOTTT….
Sperma mereka masuk kedalam mulut Ray. Sperma
kental,berwarna putih, dan hangat itu memenuhi rongga mulut Ray.
“Telan beib… Kamu yang minta, bukan?”, kata Alva. Melihat
rongga mulut Ray yang penuh dengan sperma mereka berdua. Alva memasukan
penisnya kedalam mulut Ray secara paksa agar Ray langsung meneguk sperma yang
ada dimulutnya.
Ray kaget dan dengan dua kali tegukan dia telan seluruh
sperma yang ada dimulutnya. Sementara Alva masih menggenjotkan penisnya
kerongga mulut Ray untuk memaksa Ray meneguk sperma mereka. Ketika dirasa sudah
diteguk oleh Ray, Alva mencabut penisnya dan mencium kening Ray.
Simon yang terengah-engah berbaring disamping Ray dan tidur
sambil memeluk tubuh telanjang Ray. Aroma tubuh Simon yang dipenuhi butiran
peluh tampak begitu maskulin. Perlahan-lahan penisnya mulai menciut dan
melemas. Alva beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan
pamannya dan Ray yang tampak kelelahan diranjang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar