Cerita cintaku
dengan kak Satria berlanjut tapi hubunganku dengan bang Wando juga baik-baik
saja. aku tak bisa memilih kontol mana yang lebih enak, karena mereka sama-sama
mempunyai pistol yang bisa bikin aku mengerang keenakan.
Kira-kira kalau
main bertiga gimana rasanya ya? Aku membayangkan kontol bang Wando nusuk aku
dari belakang sedangkan kak Satria aku isep-isep didepan. Hmmppp, memikirkannya
saja aku udah ngaceng apalagi kalau beneran terjadi. Hahahaha… tapi mana
mungkin bisa, mereka berdua kan sama-sama cinta aku jadi nggak bakalan deh
mereka mau berbagi tubuh dengan orang lain. Bisa-bisa mereka malah ninggalain
aku! Jangan sampai terjadi ah!!
Eh beneran nggak
sih kalau sabtu depan itu tanggal merah? Bakalan long weekend nih. Aku melihat
tanggalan di kalender yang ternyata hari sabtu depan adalah tanggal merah.
Timbul deh pikiran nakalku untuk mengajak kak Satria ketemuan. Tapi emangnya
polisi seperti kak Satria libur juga? Aku nggak terlalu ngerti ah. Dari pada
aku mengira-ngira mendingan aku langsung sms aja kak Satia kira-kira bisa nggak
ketemu ma aku.
“Sore kak… Gi
apa?”. Pesan terkirim!
Tak lama kemudian
sms dariku langsung dibales ama kak Satria. “Sore adek. Kakak udah mau pulang
ke kost nih. Adek udh mandi?”.
“Udah kak. Ni
lagi santai… hati-hati ya kak…”.
“Kakak belum
berangkat kok. Boleh kakak temenin nggak?”.
“Boleh banget. O
iya kak, sabtu depan tanggal merah kan? Kakak libur dong?”.
“Kakak nggak
libur dek. Kenapa dek?”.
“kirain kakak
libur. Kan kalau libur bisa nginep dirumah adek…”.
Kak Satria diem
untuk beberapa saat. “Gimana kalau adek aja ketempat kakak? Adek nginep di kosan
kakak. Ntar kita jalan malem minggunya…”.
Kenapa aku nggak
kepikiran begitu ya? Tapi boleh juga tuh. “Boleh juga ide kakak. Aku malem
sabtu ketempat kakak ya? Gimana?”.
“Asik… kakak
tunggu ya dek, beneran. Kakak seneng banget dengernya”.
Ingin deh aku
segera cepet-cepet hari sabtu. Sekarangkan baru hari rabu. Jadi masih ada waktu
dua hari lagi untuk mempersiapkan staminaku. Emangnya mau ke Hongkong? Pake acara
siap-siap segala!
***
Hari yang aku
tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Berbekal ijin dari ayah dan ibuku, aku
mengendarai motor ke arah kota *********** yang berjarak sekitar 200 km dari
kotaku. Untuk menempuh perjalanan sejauh itu, aku harus mengenakan jaket dan
kaos tangan untuk mengurangi efek dingin pada tubuh. Rasanya jarak sejauh itu
tak terasa sudah aku tempuh karena hatiku yang senang sekali bisa dua hari
tinggal bersama kak Satria.
Jam 8.12 pm aku
tiba di perempatan jalan menuju kosan kak Satria. Dia katanya udah nunggu
didepan gang kosannya. Aku tengak-tengok kekiri dan kekanan untuk mencari
keberadaan kekasihku itu dan akhirnya.
“Bay! Sini!”,
panggilnya ketika melihat aku didekat gang.
Aku menghampiri
kak Satria yang sedang duduk diwarung tersebut. Setelah sampai, aku matikan
motor.
“Akhirnya aku
sampai juga… Capek banget rasanya kak”, kataku.
“Ya udah, cepet
istirahat ke rumah kakak. Kamu udah makan?”.
“Udah tadi kak
pas dijalan”. Ih, kangennya aku dengan wajah tampan kak Satria ini. Senyumannya
mampu menghapus kelelahanku yang menyerang tubuh ini.
“Bu, berapa
semuanya?”, tanya kak Satria saat ingin meninggalkan warung.
“15 ribu… “,
jawab ibu penunggu warung.
“Sekalian
bungkuskan roti, minuman soda dan obat XXXX bu”.
Obat kuat merek itu? Hah?
Hahahahaha… Dasar kak Satria ini, bisa aja bikin aku seneng. Aku senyum saja
mendengar kak Satria beli obat itu. Padahal aku capek banget lho, tapi dia
ternyata mau ngegenjot aku malam ini jadi kenapa nggak boleh. Dia menyerahkan
uang 50 ribu.
“Ni Sat. Adekmu
ya?”, tanya ibu itu sambil menyerahkan uang kembalian dan pesanan kak Satria.
Dia bangkit dari
tempat duduk, “ Iya bu ini adek sepupu saya dari **********. Makasih ya bu,
saya permisi dulu”. Dia mengajakku ke kosannya dengan mengendarai motorku dan
aku diboncengnya.
Kosan kak Satria
tidak besar dan lebih tepatnya sih bisa dibilang itu adalah barak. Cukup nyaman
tempat melepas lelah kak Satria ini. Lokasinya tenang dan didepan barak itu ada
kebun orang yang banyak ditanami pohon buah.
“Ayo dek masuk.
Inilah rumah kakak, kecil aja”. Dia membukakan pintu dan menyuruh aku masuk.
“Nyaman banget
kak. Adek betah kayaknya disini. Motor adek dimasukin aja kak, sekalian yahh…
“, pintaku.
“Adek nggak
dimasukin juga sekalian?”. Kak Satria menatapku mesum.
“Sttttt… kalau
adek, nanti malam aja. Hehehe”.
Kak Satria
memasukan motorku. Untunglah motorku masih muat dimasukan kedalam rumahnya
padahal disitu sudah ada motor besar kak Satria. Kami pun masuk kedalam rumah dan aku
langsung merebahkan tubuh keatas tempat tidur kak Satria. Bukannya aku mau
langsung di entotin tapi karena aku memang benar-benar lelah. Kak Satria senyum
melihatku. Ih, nggak tahan deh aku melihat senyuman manisnya yang tercipta dari
bibir tebal yang agak merah itu, pengen nyium tuh bibir dan melumatnya sampai
pagi. Kak Satria saat itu masih mengenakan baju kaos coklat khas polisi dan
celana coklatnya. Badannya yang berisi mengakibatkan kaos dan celananya
terlihat sempit. Aku sangat senang berada bersama kak Satria disini. Melihat
senyumnya yang memandangku seperti itu rasanya menjelajahi gurun Taklamakan
dengan berjalan kaki pun aku siap! Cie…. Gombal!
Kak Satria
menyalakan televisi lalu duduk didepannya. Aku jelaskan sedikit mengenai tempat
tinggal kak Satria ini. Tempat tinggal
kak Satria cukup besar jika ditempati satu orang saja. Di tempat ini terdapat
sebuah kamar ukuran 3m x 2m, ruang tengah 1m x 2m, ruang dpean sekaligus tempat
motor kak Satria dan aku hanya 1m x 4m, begitu juga dengan dapur dan kamar
mandi yang tergabung menjadi satu yang berukuran 1m x 4m itu. Dengan kata lain
seluruh luas bangunan itu hanya 16 m2.
“Dek sini yuk.
Bawa bantalnya, temenin kakak nonton tv”, ajak kak Satria dari ruang tengah.
Aku tak menjawab
dan memejamkan mata.
“Dek?”.
Kak Satria
kemudian bangkit dan nyamperin aku yang telentang dikasurnya. “Nanti dong
sayang bobonya… Manjanya pacarku ini”. Astaga-naga! Mentang-mentang dia
berbadan besar, dia seenaknya menggendongku dan membawaku kedepan Tv.
“Kakak?? Ih,
nakalnya mulai deh”. Aku manja padanya. Aku sebenernya senang banget dia
memperlakukan aku begitu kalau perlu setiap saat dia memangku dan memelukku.
Tapi mana mungkin kan?
Kak Satria
berhasil memaksaku untuk menemaninya menonton. Lantai keramik putih terasa
sangat dingin dikulitku. Aku jadinya nggak kuat untuk berbaring dan mutusin untuk
duduk aja.
“Kenapa sayang?
Rebahan aja…”.
“Lantainya dingin
kak, adek nggak tahan…”. Aku mengigil kedinginan kemudian menekut kaki dan
tangan ketubuhku, sebenernya kalian tahu dong apa yang ada dipikiran mesumku?
Hehehe… aku pengen kak Satria meluk aku dan cium-cium aku.
Kak Satria
tersenyum. “Ya udah… sini kakak pangku”.
What????? Ya
ampiyun…Jangan-jangan ada setan yang ngasih tahu isi hatiku. Makasih ya setan!
Tanpa pikir
panjang lagi aku langsung duduk dipangkuan kak Satria dan bersandar ditubuhnya.
Tangan kak Satria yang besar memelukku sehingga aku nggak kedinginan lagi. Tahu
nggak aku duduk pas di gundukan celana kak Satria sehingga aku juga merasakan
ada sesuatu yang menyentuh belahan pantatku. Mesranya kak Satria ini. Aku jadi
betah deh nonton tv-nya. Acara tv malam itu adalah film hollywood. Aku tahu kak
Satria udah nggak konsen nonton acara tv karena kontol kak Satria udah mulai
ngaceng dibalik celananya. Mati kamu kak, aku bikin kamu malam ini ngecret ampe
kering. Aku pancing sambil mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan.
“Adek… Mulai nih…
Muacccchhhhh”, kak Satria mencium pipiku.
Tanpa nunggu lama
lagi, aku langsung balik badan dan menciumi bibir kak Satria. Ku sapu bibir
tebal kak Satria dengan bibir tipisku yang merah merona kemudian lidahku mencoba
beradu mesra dengan lidah kak Satria. Aku terpejam menikmati sensasi dunia yang
rasanya seperti disurga ini. Kak Satria dengan bijaknya tidak menutup mata
tetapi dia memandang ekspresi wajah imutku yang bergairah ini. Memang nggak ada
obat penghilang capek termujarab selain ML. Bener nggak? Soalnya tadikan aku
bilang kecapean tapi nyatanya sekarang aku minta dipuasin ma kak Satria. Ku
pikir nggak apa lah capek dikit nanti kalau dimasukin kontol kak Satria dan
dikasih pejuhnya pasti akan kuat lagi. Hmmmpppp yummiiiii….
Pop! Aku melepas
bibirku yang dimanjain kak Satria. Aku tersenyum sejenak seakan memberi tanda
bahwa, “Ayo kak, kamu yang keren ini, tunjukan keperkasaanmu didepan aku! Rojok
lubangku dengan pistolmu dan bikin aku memohon-mohon minta ampun digenjot ma
kamu”. Nantang bangetkan senyumku?
Tatapan kak
Satria juga sama. Dia kayaknya bilang gini, “Awas kamu Bay, bakalan
ngemis-ngemis sapi kamu ntar. Liat aja kamu pasti bakalan aku bor!”.
Kami bertatapan
sambil tersenyum menantang. Inilah cara kami untuk menikmati percintaan yang
sudah hampir seminggu tidak terlampiaskan. Hah? Seminggu? Nggak salah
tuuuhhhh….??? Perasaan malem selasa kemaren udah babak belur nih lobang dihajar
bang Wando. Dasar Bayu… Bayu… ML kok bisa amnesia.
“Dek… Kamu kok makin
hari makin cakep sih? Apa rahasianya dek?”, tanya kak Satri sambil
mengusap-usap punggungku.
Sebelum menjawab,
aku isengin putting kak Satria yang masih terbungkus kaos coklat tersebut
dengan sedikit gaya ngepel lantai. Itu tuh gaya mengusap-usap dada kak Satria
yang berotot dengan tangan seperti orang sujud lalu diputer-puter. Uh, dada kak
Satria ini hot banget.
“Mau tahu
rahasianya kak? Ini rahasianya…”. Aku membungkukan badan lalu menjilati putting
susu kak Satria yang masih terbungkus itu sampai basah. Tangan kak Satria
menekan-nekan kepalaku supaya makin kenceng jilatin pentilnya.
“Adekhhhhh ahhhhh
ahhhhhh ahhhhh auhhhhhh uuuuhhhhh Uuhhhhhh ooohhhhh”. Mata kak Satria terpejam
merasakan kenyotanku.
Nggak asik ah,
kalau nggak buka baju! Akhirnya tanganku menyingkap baju kak Satria dan melepas
baju kaos pacarku itu. Dadanya yang bidang, perutnya yang rata serta kulitnya
yang tidak terlalu coklat begitu macho dimataku.
“Kak… Kita
kekamar yuk! Tv dimatiin ajah. Adek udah nggak tahan nih…”. Rayuku manja.
Kak Satria
memegang pantatku lalu berdiri dengan menggendongku seperti seorang baby kecil.
Dia mematikan tv lalu kamipun masuk kedalam kamarnya yang enak itu. Walau
tempat tidur kak Satria hanya muat untuk satu orang, tetapi itu tidak akan
banyak mengganggu hotnya permainan kami malam ini. Aku sudah direbahkannya
ditempat tidur. Beberapa saat kemudian, aku sudah polos tanpa sesenti benang
yang menutupi tubuhku. Sementara my Beib Satria hanya mengenakan CD ajah. Terlihatlah pantatnya padat liat berisi seperti
dua gunung kembar. Tonjolan kontolnya yang cukup besar di dalam cd-nya yang
ketat tipis itu juga . ohhhh Hot bangets! Hmmmmmm tubuh Kak Satria yang tinggi
besar tampak begitu jantan dan sexy.
Badannya gempal, pahanya kokoh dan lirikannya matanya mempesona syarafku.
Mungkin kalau aku dikedipin kak Satria pas waktu berada dipinggir kapal, aku
udah terjatuh kali kelaut. Kami bertatapan dengan posisi ku terbaring dibawah
sedangkan kak Satria seperti merangkat diatasku, sambil kami berdua mencoba
menyatukan keintiman. Aku lirik pistolnya yang coklat berurat tampak cukup
besar. Dasar tanganku ini bandel banget,nggak sabaran pengen pegang pistol
daging kak Satria. Kak Satria hanya tersenyum sambil melirik keselangkangannya tanda
mengiyakan. Saat aku belai dan remas, pistolnya mulai menegak di antara bulu
jembutnya yang tidak terlalu lebat itu. Kontolnya yang bersunat tegak dan
setengahnya agak sedikit melengkung ke atas seperti pisang tanduk yang siap
dicicipi olehku. Helm pistolnya berwarna merah muda berbentuk seperti jamur.
Guratan urat2nya tampak mengular-ular seperti spiral. Ujungnya mulai basah
dengan precum. Aku pijet-pijet ujung liang kencingnya, dia menggelinjang dan
mendesahhhhhhh keenakhan... Aku kocok-kocok kontolnya yang panjangnya sekitar 18
cm itu. Kemudian aku merengsek kearah selangkangannya dan aku kulum kontol
jumbonya lalu aku remas-remas pantatnya yang gempal berisi itu. Dia mulai menggerakkannya
maju mundur seperti mengentoti pantatku.
Puas dengan gaya itu, kemudian aku menyuruh kak
Satria telentang dan aku menghisap pentilnya yang coklat keras itu. Posisi seperti ini memudahkan kak Satria untuk
terus meraba bagian belahan pantatku. Ia meremas-remas pantatku dan jari
telunjuknya disodok-sodokkan ke lubang anusku. Aku mengerang-erang dan mendesah-desah.
Rasanya tak terlukiskan dengan kata-kata. Kemudian dia melumati leherku, terus turun
ke bagian pentilku dan dihisap-hisapnya sambil tangannya meremasi dadaku dengan
agak kasar. Akupun meremasi dadanya yang bidang dan penuh otot itu. Kembali aku
menghisap-hisap pentilnya yang coklat mengeras sehingga ia menggelinjang
kenikmatan. Nafsunya kurasakan tambah memuncak. Kami pun saling berciuman dan
saling melumati bibir dengan penuh gairah. Kak Satria menciumku sambil menjulur-julurkan
lidahnya ke dalam mulutku. Bukan main, lidahnya yang ukurannya agak besar itu menjelajahi
mulutku. Gerakan lidahnya maju mundur membuat sensasi tersendiri yang aku belum
pernah rasakan.
“Dek… Berdiri sebentar. Kakak Mau main berdiri
ma adek”.
Sanggup nggak nolak permintaan dari kak Satria
yang perkasa ini? Kalau aku sih mana bisa… Tanpa menunggu waktu, segera kamipun
saling bergumul dengan posisi berdiri saling menikmati tubuh kami yang memanas.
Kami bergumul dan saling melumati bibir.
Kak Satria menggesek-gesekkan dagunya yang berbulu kasar karena baru tumbuh
beberapa hari setelah dicukur ke pipi dan leherku. Aku pegang kontolnya yang
keras dan coklat itu yang bagian ujung berbentuk seperti jamur. Kujilat
precumnya dan hisap-hisap, seruput-seruput, emut-emut helm kontolnya yang lezat
itu hingga dia mendesah-desah kenikmatan.
“Ohhhhh… yehhhhh… suck it beib… Uhhhh Ohhhh
Ohhhh Uhhhh ouuuuhhhh aahhhhh ahhhh ahhhh shhhaaahhhhh….”.
Setelah itu diapun melumati dan menggigit-gigit
kecil leherku serta meremas dadaku dan memelintir pentilku dengan kasar dan
lembut sehingga aku merintih-rintih.
“Kakak…. Ihhhh auhhh ahhh aw awhhhh awuhhhhh
uhhhh aawwww uhhhh ohhhhhh…”, desahku.
Tidak sampai disitu, bibirnya terus turun
kebawah dan menjilati kontolku yang sudah tegang. Dia terus menjilati dan ujung
jarinya menggesek gesek bagian sekelilling anusku dengan ujung jarinya yang
sebelumnya telah diberi pelicin dan disodok-sodokkan ke dalam anusku keluar
masuk. Otomatis rectum anusku mengkerut sehingga ujung jarinya terjepit tapi
dia tetap menyodok-nyodok tanpa perduli itu. Kak Satria tambah pinter aja
sekarang. Aku mendesah-desah kenikmatan. Setelah itu dia meminta aku tidur
terlentang dengan posisi kaki ditekuk keatas. Aku diminta merentangkan kedua
pahaku dan dia menjilati anusku, dan memasukkan telunjuknya ke dalam lobang
kenikmatanku. Aku merintih dan mengerang kenikmatan dan membuat celah itu
semakin sempit.
“Sebentar lagi Kakak akan menembakkan
kejantanan kakak kedalam liang anus adek. Adek siap?,” katanya merancau-rancau
dengan serak.
“Ihhhh uhhh, cepet kak… uhhh adek udah nggak
tahannnn uhhhh”.
“Mau sekarang?”.
Ih, kak Satria ini kayaknya sengaja deh membuat
aku mengemis-ngemis pengen ditusuk. “Iyahhhh sekarang…”.
“Rasakan ya….. nikmatnya ditembak kontol kakak
yang jumbo ini,” katanya lagi dengan serak dan pupil matanya semakin membesar
tanda birahinya semakin meninggi. Jantungya terdengar berdetak-detak seiring
gerakan-gerakan tubuh dan tangannya tanda dia sudah tidak sabar untuk
melampiaskan nafsu birahinya yang telah terbakar. “Sedetik lagi rasakan entotan
kakak yang ganas ini ya sayang... Kakak akan mengentot adek tanpa ampun!”, katanya
semakin bernafsu. “Siap-siap untuk menerima tembakan kontol kakak.” katanya dengan suara parau.
“Lamahhh bangetttt kakhhhh… ayuh dongggg
ahhhh”.
Setelah itu, dia naik ke atas tubuhku dan
memompakan kontol jantannya ke mulutku dengan kasar sehingga aku hampir
kehabisan nafas.
“Ahhh ahhh yeahhh…. Aooooohhhh ohhhh enakkhhhh
abngetsss uhhh ohhhh ohhhh wooooahhh arggggg ahhhhh”. Kontolnya memompa mulutku
kayak mesin jahit! Gila nih kak Satria.
Kemudian kami tidur berdampingan, lalu Kak
Satria menghisapi pentilku sambil mengentoti aku lagi dengan telunjuknya.
“Kak, ihhhh auhhhhh cepet… entot adekkhhhh ahhh
ahhh ah ah ahhh ahhhh”. Rasanya aku udah nggak sabar buat dientot kontolnya
yang jantan coklat itu. Aku mengerang-ngerang, dia mendengus, kemudian aku
menghisap kontolnya yang keras dan lembut seperti pisang tanduk tersebut, hal
itu membuat dia melenguh mendesah semakin ganas.
“Uhhhh dekhhh yeahhhh ahhh shaahhhh ahhhh”.
Plop! Plop! Plop! Plop! Plop! Bunyi mulutku
mengemut kontol kak Satria si Polisi macho ini.
“Dekhhhh, yuk. Kakak udah pengen nusuk adek.
Adek telantang sekarang”,mintanya. Aku terlentang di tepi tempat tidur dan
pantatku diganjal bantal, kemudian dia berlutut di antara kedua pahaku, dia
merenggangkan kaki ku kemudian menindihku, dan kami bergumul lagi terasa
kontolnya menusuk-nusuk ujung lobang anusku. Kulihat di cermin lemari pakaian
yang teletak di depan tempat tidur, badan kami bertautan jadi satu, kedua
kakiku melingkar di pinggangnya, kulitnya yang coklat sexy itu tampak kontras
dengan kulitku yang agak putih. Puas bergumul dan berciuman, dia melumasi
kontolnya dengan lotion.
Perlahan dia mulai melakukan penetrasi
kontolnya ke dalam lobang anusku. Kurasakan benda tumpul mulai memasuki liang
anusku. Ketika melewaati rectum anusku, aku merintih keenakan dan memintanya
untuk segera melakukan penetrasi. Nikmatnya
bukan main karena bentuk helm rudalnya seperti jamur yang sesuai dengan batang
kontolnya yang penuh urat itu. Ia melakukannya perlahan-lahan, dan mulai
memasukkan kontol jumbonya. Kemudian, dia mulai mengadakan gerakan maju mundur,
dan masuklah setengahnya karena sudah agak licin. Semua batang kejantannya
tertanam dalam liang anusku, hangat, agak ngilu dan nikmat. Dia mengentotiku
sambil tangannya meremas dada dan menjepit pentilku dengan jari-jarinya dengan
agak kasar. Kemudian dia menegakkan badannya dan lebih merentangkan kakiku agar
dia bebas menembakkan pistol jantannya. Pantatnya yang padat berwarna coklat
itu tampak di cermin bergerak maju mundur. Karena sakit dan nikmat bercampur
jadi satu, rectum liang anusku tambah menjepit-jepit kontolnya.
Kak Satria merancau “Aah uh ah terus kenyotttthhhh
ahhhh ahhhh terus jepit kontol kakakhhhh ahhh ahhh yeahhhh”. Sambil mengadakan
aksi gerakan maju mundur.
Aku mengimbanginya dengan menggoyang pantatku
ke kiri ke kanan. Dia mendesah desah kenikmatan. Aku mengocok kontolku dan dia
memompa maju mundur sambil mendengus dengus kenikmatan. Kami berdua seperti
berada di surga ke tujuh. Yang terdengar hanya suara lenguhan dan rintihan dalam suasana malam di barak yang sepi itu.
Mendekati menit ke dua puluh, ia mengentotkan
kejantanannya yang coklat maju mundur ke dalam liang kenikmatan itu dengan
gerakan yang cepat sepertinya dia menginjak gas sampai 110 km, aku
mengerang-erang serasa aku mendekati klimaks, anusku semakin menjepit kontol
gedenya.
Kak Satria mendengus-dengus kenikmatan, “Ah ah
ahhh ahhh ahhh ohhhh hmm terus jepit terus jepitthhh pistol kakak ahhh”,
katanya merancau.
Badanku terasa bergetar dan pada menit ke lima
belas aku memuncratkan sperma dan berlelehan ke perutku. Pada saat ejakulasi
itu rectum liang anusku semakin menyempit dan Kak Satria tambah menggila
mengentoti liangku yang menyempit itu, hal itu membuatku mengerang-ngerang
antara ngilu dan nikmat. Kemudian sampailah pada klimaksnya, dia menyemprotkan
spermanya. Terdengar suara paraunya, “Aaaah…uuuuuuhhhhh…arrgggggh ….ahhhh ahhhhhh
ahhhhhhhh”, tanda kepuasan di antara lenguh dan dengusnya yang menderu-deru.
Dia masih menanamkan kontolnya sekitar 2 menit sebelum mencabutnya. Badan kami
berkeringat karena gulat yang seru itu. Kak Satria masih menindihkan badannya
yang berpeluh sambil kontolnya yang masih agak keras itu tertanam dalam-dalam diliang
kenikmatanku, kami berpelukan penuh kepuasan.
Setelah itu kami mengeringkan keringat dengan
handuknya, kami pun terlelap selama satu jam tanpa sehelai benangpun dalam
kepuasan yang tak terhingga. Ketika aku akan berpakaian, dia mencegah. Sorot
matanya liar, sambil menempelkan pipinya ke pipiku dan membisikkan bahwa dia
mau membobol liang anus sempitku sekali lagi. Belum aku jawab, segera Kak Satria
menggeluti aku lagi di tempat tidur. Kami bergumul sambil berciuman dan
berkuluman lidah. Nafasku serasa habis karena ditindih dan digeluti badannya
yang gempal itu. Setelah itu dia meminta aku berdiri, kemudian memasukkan lagi
kontolnya ke dalam liang anusku dari arah belakang. Dia mengentoti aku lagi
dengan agak kasar. Kak Satria mendengus dan tangannya yang kasar itu meremasi
dada dan pentilku. Kepalaku menoleh dan kami saling melumati bibir sambil dia
terus menyerang lobangku dengan pistol jumbo hitamnya tanpa ampun…….sampai
rasanya aku akan memuncratkan air maniku. Kak Satria terus merojoki liangku dan
aku dimintanya membungkuk. Dia mengentotiku dengan doggy style. Begitu ganas
dan panas dan liar walaupun ronde ke dua. Dengusan kami berakhir ketika kami
mengeluarkan sperma bersamaan 10 menit kemudian.
CRRROOOTTT CCCCRRROOOOTTTT CCCRRROOOTTT
CCRRROOOO CREEETTT CRRREETT CROT!
“Kakakhhh huh host… huh… hebat banget malam
inih. Adek sayang kakak…”.
“Kakak juga sayang adek… Muacchhhh”. Sekali
lagi kami berciuman sampai kami terlelap tidur menutup hari yang sangat
melelahkan ini.
***
Sekitar jam enam pagi, kak Satria telah
mempersiapkan diri untuk berangkat ke polsek tempatnya dinas. Aku
dipersilahkannya untuk jalan-jalan keliling kota itu agar nggak suntuk dirumah
sendirian. Bete juga kalau dirumah ini sambil nonton tv doang. Nggak seru euy!
Ketika siang, kak Satria mengajakku makan siang
dirumah makan langganannya. Aku sih seneng-seneng aja sekalian menemani
kekasihku makan siang. Tak aku sangka ternyata aku dikenalin sama dua orang
temennya yang cakep-cakep. Ridwan dan Agus namanya. Ih, aku kok jadi salah
tingkah begini sih. Gimana aku nggak salting, kan aku kayak cowok asing
diantara cowok-cowok macho. Untunglah kak Ridwan dan kak Agus orangnya baik, jadi
aku bisa langsung beradaptasi dengan mereka.
“Adek kamu kok lebih cakep dari kamu Sat? Adek
nemu dimana nih?”, tanya Ridwan.
Nah lho, mau jawab apa kak Satria.
“Enak aja. Aku kan cakep juga Wan. Matamu aja
yang rabun. Hahahaha”, balas kak Satria.
“Piye toh. Gus, cakepan adeknya kan?”.
Makin panas aja nih suasana dimeja makan. Aku
hanya diam dan senyum-senyum malu aja melihat tingkah mereka.
Kak Agus menatapku dengan tatapan yang dalam.
“Maaf ya bos, kali ini aku setuju dengan Ridwan. Kulitmu itam, adekmu putih.
Hidungmu juga nggak semancung dia. Jangan marah yo”.
“Aku jadi malu nih. Udah ah kak. Kak Satria
tetep cakep kok”, belaku.
“Nah, dibelain kamu Sat. Memang cakep dari mana
dek? Wong Satria ini coklat gitu”, ejek kak Ridwan.
“Kayak kamu nggak item aja. Udah ah, makan
dulu. kasian adekku diliatin kalian berdua seperti itu. Aku emang jelek kok.
Siapa dulu adekku? Bayu…”. Kak Satria membanggakan aku didepan teman-temannya. "Kalau diliatin terus, ntar kalian naksir lagi dengan adekku. Hehehe", kata kak Satria.
Deg! Kak Satria ngomong apa?! Ohhhh kak Satria… I LOVE YoU so Muchhhh…
dimas_arbayu@yahoo.com
BalasHapusBay,
Kenalin bang ridwan sama bang agus susanto itu.......
Katanya dia temen BF kamu namanya satria hermawan....
Kenalin dong......
Please.......
Kalo blh kamu jg bisa BC pin aku ya *kalo kamu make bb*
Ne PIN aku 324255ca
Ne whatsapp aku 088807115220