Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Jumat, 23 November 2012

Intermezzo: Long Weekend bersama Kak Satria

Cerita cintaku dengan kak Satria berlanjut tapi hubunganku dengan bang Wando juga baik-baik saja. aku tak bisa memilih kontol mana yang lebih enak, karena mereka sama-sama mempunyai pistol yang bisa bikin aku mengerang keenakan.
Kira-kira kalau main bertiga gimana rasanya ya? Aku membayangkan kontol bang Wando nusuk aku dari belakang sedangkan kak Satria aku isep-isep didepan. Hmmppp, memikirkannya saja aku udah ngaceng apalagi kalau beneran terjadi. Hahahaha… tapi mana mungkin bisa, mereka berdua kan sama-sama cinta aku jadi nggak bakalan deh mereka mau berbagi tubuh dengan orang lain. Bisa-bisa mereka malah ninggalain aku! Jangan sampai terjadi ah!!
Eh beneran nggak sih kalau sabtu depan itu tanggal merah? Bakalan long weekend nih. Aku melihat tanggalan di kalender yang ternyata hari sabtu depan adalah tanggal merah. Timbul deh pikiran nakalku untuk mengajak kak Satria ketemuan. Tapi emangnya polisi seperti kak Satria libur juga? Aku nggak terlalu ngerti ah. Dari pada aku mengira-ngira mendingan aku langsung sms aja kak Satia kira-kira bisa nggak ketemu ma aku.
“Sore kak… Gi apa?”. Pesan terkirim!
Tak lama kemudian sms dariku langsung dibales ama kak Satria. “Sore adek. Kakak udah mau pulang ke kost nih. Adek udh mandi?”.
“Udah kak. Ni lagi santai… hati-hati ya kak…”.
“Kakak belum berangkat kok. Boleh kakak temenin nggak?”.
“Boleh banget. O iya kak, sabtu depan tanggal merah kan? Kakak libur dong?”.
“Kakak nggak libur dek. Kenapa dek?”.
“kirain kakak libur. Kan kalau libur bisa nginep dirumah adek…”.
Kak Satria diem untuk beberapa saat. “Gimana kalau adek aja ketempat kakak? Adek nginep di kosan kakak. Ntar kita jalan malem minggunya…”.
Kenapa aku nggak kepikiran begitu ya? Tapi boleh juga tuh. “Boleh juga ide kakak. Aku malem sabtu  ketempat kakak ya? Gimana?”.
“Asik… kakak tunggu ya dek, beneran. Kakak seneng banget dengernya”.
Ingin deh aku segera cepet-cepet hari sabtu. Sekarangkan baru hari rabu. Jadi masih ada waktu dua hari lagi untuk mempersiapkan staminaku. Emangnya mau ke Hongkong? Pake acara siap-siap segala!
***
Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Berbekal ijin dari ayah dan ibuku, aku mengendarai motor ke arah kota *********** yang berjarak sekitar 200 km dari kotaku. Untuk menempuh perjalanan sejauh itu, aku harus mengenakan jaket dan kaos tangan untuk mengurangi efek dingin pada tubuh. Rasanya jarak sejauh itu tak terasa sudah aku tempuh karena hatiku yang senang sekali bisa dua hari tinggal bersama kak Satria.
Jam 8.12 pm aku tiba di perempatan jalan menuju kosan kak Satria. Dia katanya udah nunggu didepan gang kosannya. Aku tengak-tengok kekiri dan kekanan untuk mencari keberadaan kekasihku itu dan akhirnya.
“Bay! Sini!”, panggilnya ketika melihat aku didekat gang.
Aku menghampiri kak Satria yang sedang duduk diwarung tersebut. Setelah sampai, aku matikan motor.
“Akhirnya aku sampai juga… Capek banget rasanya kak”, kataku.
“Ya udah, cepet istirahat ke rumah kakak. Kamu udah makan?”.
“Udah tadi kak pas dijalan”. Ih, kangennya aku dengan wajah tampan kak Satria ini. Senyumannya mampu menghapus kelelahanku yang menyerang tubuh ini.
“Bu, berapa semuanya?”, tanya kak Satria saat ingin meninggalkan warung.
“15 ribu… “, jawab ibu penunggu warung.
“Sekalian bungkuskan roti, minuman soda dan obat XXXX bu”.
Obat kuat merek itu? Hah? Hahahahaha… Dasar kak Satria ini, bisa aja bikin aku seneng. Aku senyum saja mendengar kak Satria beli obat itu. Padahal aku capek banget lho, tapi dia ternyata mau ngegenjot aku malam ini jadi kenapa nggak boleh. Dia menyerahkan uang 50 ribu.
“Ni Sat. Adekmu ya?”, tanya ibu itu sambil menyerahkan uang kembalian dan pesanan kak Satria.
Dia bangkit dari tempat duduk, “ Iya bu ini adek sepupu saya dari **********. Makasih ya bu, saya permisi dulu”. Dia mengajakku ke kosannya dengan mengendarai motorku dan aku diboncengnya.
Kosan kak Satria tidak besar dan lebih tepatnya sih bisa dibilang itu adalah barak. Cukup nyaman tempat melepas lelah kak Satria ini. Lokasinya tenang dan didepan barak itu ada kebun orang yang banyak ditanami pohon buah.
“Ayo dek masuk. Inilah rumah kakak, kecil aja”. Dia membukakan pintu dan menyuruh aku masuk.
“Nyaman banget kak. Adek betah kayaknya disini. Motor adek dimasukin aja kak, sekalian yahh… “, pintaku.
“Adek nggak dimasukin juga sekalian?”. Kak Satria menatapku mesum.
“Sttttt… kalau adek, nanti malam aja. Hehehe”.
Kak Satria memasukan motorku. Untunglah motorku masih muat dimasukan kedalam rumahnya padahal disitu sudah ada motor besar kak Satria. Kami pun masuk kedalam rumah dan aku langsung merebahkan tubuh keatas tempat tidur kak Satria. Bukannya aku mau langsung di entotin tapi karena aku memang benar-benar lelah. Kak Satria senyum melihatku. Ih, nggak tahan deh aku melihat senyuman manisnya yang tercipta dari bibir tebal yang agak merah itu, pengen nyium tuh bibir dan melumatnya sampai pagi. Kak Satria saat itu masih mengenakan baju kaos coklat khas polisi dan celana coklatnya. Badannya yang berisi mengakibatkan kaos dan celananya terlihat sempit. Aku sangat senang berada bersama kak Satria disini. Melihat senyumnya yang memandangku seperti itu rasanya menjelajahi gurun Taklamakan dengan berjalan kaki pun aku siap! Cie…. Gombal!
Kak Satria menyalakan televisi lalu duduk didepannya. Aku jelaskan sedikit mengenai tempat tinggal  kak Satria ini. Tempat tinggal kak Satria cukup besar jika ditempati satu orang saja. Di tempat ini terdapat sebuah kamar ukuran 3m x 2m, ruang tengah 1m x 2m, ruang dpean sekaligus tempat motor kak Satria dan aku hanya 1m x 4m, begitu juga dengan dapur dan kamar mandi yang tergabung menjadi satu yang berukuran 1m x 4m itu. Dengan kata lain seluruh luas bangunan itu hanya 16 m2.
“Dek sini yuk. Bawa bantalnya, temenin kakak nonton tv”, ajak kak Satria dari ruang tengah.
Aku tak menjawab dan memejamkan mata.
“Dek?”.
Kak Satria kemudian bangkit dan nyamperin aku yang telentang dikasurnya. “Nanti dong sayang bobonya… Manjanya pacarku ini”. Astaga-naga! Mentang-mentang dia berbadan besar, dia seenaknya menggendongku dan membawaku kedepan Tv.
“Kakak?? Ih, nakalnya mulai deh”. Aku manja padanya. Aku sebenernya senang banget dia memperlakukan aku begitu kalau perlu setiap saat dia memangku dan memelukku. Tapi mana mungkin kan?
Kak Satria berhasil memaksaku untuk menemaninya menonton. Lantai keramik putih terasa sangat dingin dikulitku. Aku jadinya nggak kuat untuk berbaring dan mutusin untuk duduk aja.
“Kenapa sayang? Rebahan aja…”.
“Lantainya dingin kak, adek nggak tahan…”. Aku mengigil kedinginan kemudian menekut kaki dan tangan ketubuhku, sebenernya kalian tahu dong apa yang ada dipikiran mesumku? Hehehe… aku pengen kak Satria meluk aku dan cium-cium aku.
Kak Satria tersenyum. “Ya udah… sini kakak pangku”.
What????? Ya ampiyun…Jangan-jangan ada setan yang ngasih tahu isi hatiku. Makasih ya setan!
Tanpa pikir panjang lagi aku langsung duduk dipangkuan kak Satria dan bersandar ditubuhnya. Tangan kak Satria yang besar memelukku sehingga aku nggak kedinginan lagi. Tahu nggak aku duduk pas di gundukan celana kak Satria sehingga aku juga merasakan ada sesuatu yang menyentuh belahan pantatku. Mesranya kak Satria ini. Aku jadi betah deh nonton tv-nya. Acara tv malam itu adalah film hollywood. Aku tahu kak Satria udah nggak konsen nonton acara tv karena kontol kak Satria udah mulai ngaceng dibalik celananya. Mati kamu kak, aku bikin kamu malam ini ngecret ampe kering. Aku pancing sambil mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan.
“Adek… Mulai nih… Muacccchhhhh”, kak Satria mencium pipiku.
Tanpa nunggu lama lagi, aku langsung balik badan dan menciumi bibir kak Satria. Ku sapu bibir tebal kak Satria dengan bibir tipisku yang merah merona kemudian lidahku mencoba beradu mesra dengan lidah kak Satria. Aku terpejam menikmati sensasi dunia yang rasanya seperti disurga ini. Kak Satria dengan bijaknya tidak menutup mata tetapi dia memandang ekspresi wajah imutku yang bergairah ini. Memang nggak ada obat penghilang capek termujarab selain ML. Bener nggak? Soalnya tadikan aku bilang kecapean tapi nyatanya sekarang aku minta dipuasin ma kak Satria. Ku pikir nggak apa lah capek dikit nanti kalau dimasukin kontol kak Satria dan dikasih pejuhnya pasti akan kuat lagi. Hmmmpppp yummiiiii….
Pop! Aku melepas bibirku yang dimanjain kak Satria. Aku tersenyum sejenak seakan memberi tanda bahwa, “Ayo kak, kamu yang keren ini, tunjukan keperkasaanmu didepan aku! Rojok lubangku dengan pistolmu dan bikin aku memohon-mohon minta ampun digenjot ma kamu”. Nantang bangetkan senyumku?
Tatapan kak Satria juga sama. Dia kayaknya bilang gini, “Awas kamu Bay, bakalan ngemis-ngemis sapi kamu ntar. Liat aja kamu pasti bakalan aku bor!”.
Kami bertatapan sambil tersenyum menantang. Inilah cara kami untuk menikmati percintaan yang sudah hampir seminggu tidak terlampiaskan. Hah? Seminggu? Nggak salah tuuuhhhh….??? Perasaan malem selasa kemaren udah babak belur nih lobang dihajar bang Wando. Dasar Bayu… Bayu… ML kok bisa amnesia.
“Dek… Kamu kok makin hari makin cakep sih? Apa rahasianya dek?”, tanya kak Satri sambil mengusap-usap punggungku.
Sebelum menjawab, aku isengin putting kak Satria yang masih terbungkus kaos coklat tersebut dengan sedikit gaya ngepel lantai. Itu tuh gaya mengusap-usap dada kak Satria yang berotot dengan tangan seperti orang sujud lalu diputer-puter. Uh, dada kak Satria ini hot banget.
“Mau tahu rahasianya kak? Ini rahasianya…”. Aku membungkukan badan lalu menjilati putting susu kak Satria yang masih terbungkus itu sampai basah. Tangan kak Satria menekan-nekan kepalaku supaya makin kenceng jilatin pentilnya.
“Adekhhhhh ahhhhh ahhhhhh ahhhhh auhhhhhh uuuuhhhhh Uuhhhhhh ooohhhhh”. Mata kak Satria terpejam merasakan kenyotanku.
Nggak asik ah, kalau nggak buka baju! Akhirnya tanganku menyingkap baju kak Satria dan melepas baju kaos pacarku itu. Dadanya yang bidang, perutnya yang rata serta kulitnya yang tidak terlalu coklat begitu macho dimataku.
“Kak… Kita kekamar yuk! Tv dimatiin ajah. Adek udah nggak tahan nih…”. Rayuku manja.
Kak Satria memegang pantatku lalu berdiri dengan menggendongku seperti seorang baby kecil. Dia mematikan tv lalu kamipun masuk kedalam kamarnya yang enak itu. Walau tempat tidur kak Satria hanya muat untuk satu orang, tetapi itu tidak akan banyak mengganggu hotnya permainan kami malam ini. Aku sudah direbahkannya ditempat tidur. Beberapa saat kemudian, aku sudah polos tanpa sesenti benang yang menutupi tubuhku. Sementara my Beib Satria hanya mengenakan CD ajah. Terlihatlah pantatnya padat liat berisi seperti dua gunung kembar. Tonjolan kontolnya yang cukup besar di dalam cd-nya yang ketat tipis itu juga . ohhhh Hot bangets! Hmmmmmm tubuh Kak Satria yang tinggi besar tampak begitu jantan dan sexy. Badannya gempal, pahanya kokoh dan lirikannya matanya mempesona syarafku. Mungkin kalau aku dikedipin kak Satria pas waktu berada dipinggir kapal, aku udah terjatuh kali kelaut. Kami bertatapan dengan posisi ku terbaring dibawah sedangkan kak Satria seperti merangkat diatasku, sambil kami berdua mencoba menyatukan keintiman. Aku lirik pistolnya yang coklat berurat tampak cukup besar. Dasar tanganku ini bandel banget,nggak sabaran pengen pegang pistol daging kak Satria. Kak Satria hanya tersenyum sambil melirik keselangkangannya tanda mengiyakan. Saat aku belai dan remas, pistolnya mulai menegak di antara bulu jembutnya yang tidak terlalu lebat itu. Kontolnya yang bersunat tegak dan setengahnya agak sedikit melengkung ke atas seperti pisang tanduk yang siap dicicipi olehku. Helm pistolnya berwarna merah muda berbentuk seperti jamur. Guratan urat2nya tampak mengular-ular seperti spiral. Ujungnya mulai basah dengan precum. Aku pijet-pijet ujung liang kencingnya, dia menggelinjang dan mendesahhhhhhh keenakhan... Aku kocok-kocok kontolnya yang panjangnya sekitar 18 cm itu. Kemudian aku merengsek kearah selangkangannya dan aku kulum kontol jumbonya lalu aku remas-remas pantatnya yang gempal berisi itu. Dia mulai menggerakkannya maju mundur seperti mengentoti pantatku.
Puas dengan gaya itu, kemudian aku menyuruh kak Satria telentang dan aku menghisap pentilnya yang coklat keras itu.  Posisi seperti ini memudahkan kak Satria untuk terus meraba bagian belahan pantatku. Ia meremas-remas pantatku dan jari telunjuknya disodok-sodokkan ke lubang anusku. Aku mengerang-erang dan mendesah-desah. Rasanya tak terlukiskan dengan kata-kata. Kemudian dia melumati leherku, terus turun ke bagian pentilku dan dihisap-hisapnya sambil tangannya meremasi dadaku dengan agak kasar. Akupun meremasi dadanya yang bidang dan penuh otot itu. Kembali aku menghisap-hisap pentilnya yang coklat mengeras sehingga ia menggelinjang kenikmatan. Nafsunya kurasakan tambah memuncak. Kami pun saling berciuman dan saling melumati bibir dengan penuh gairah. Kak Satria menciumku sambil menjulur-julurkan lidahnya ke dalam mulutku. Bukan main, lidahnya yang ukurannya agak besar itu menjelajahi mulutku. Gerakan lidahnya maju mundur membuat sensasi tersendiri yang aku belum pernah rasakan.
“Dek… Berdiri sebentar. Kakak Mau main berdiri ma adek”.
Sanggup nggak nolak permintaan dari kak Satria yang perkasa ini? Kalau aku sih mana bisa… Tanpa menunggu waktu, segera kamipun saling bergumul dengan posisi berdiri saling menikmati tubuh kami yang memanas.  Kami bergumul dan saling melumati bibir. Kak Satria menggesek-gesekkan dagunya yang berbulu kasar karena baru tumbuh beberapa hari setelah dicukur ke pipi dan leherku. Aku pegang kontolnya yang keras dan coklat itu yang bagian ujung berbentuk seperti jamur. Kujilat precumnya dan hisap-hisap, seruput-seruput, emut-emut helm kontolnya yang lezat itu hingga dia mendesah-desah kenikmatan.
“Ohhhhh… yehhhhh… suck it beib… Uhhhh Ohhhh Ohhhh Uhhhh ouuuuhhhh aahhhhh ahhhh ahhhh shhhaaahhhhh….”.
Setelah itu diapun melumati dan menggigit-gigit kecil leherku serta meremas dadaku dan memelintir pentilku dengan kasar dan lembut sehingga aku merintih-rintih.
“Kakak…. Ihhhh auhhh ahhh aw awhhhh awuhhhhh uhhhh aawwww uhhhh ohhhhhh…”, desahku.
Tidak sampai disitu, bibirnya terus turun kebawah dan menjilati kontolku yang sudah tegang. Dia terus menjilati dan ujung jarinya menggesek gesek bagian sekelilling anusku dengan ujung jarinya yang sebelumnya telah diberi pelicin dan disodok-sodokkan ke dalam anusku keluar masuk. Otomatis rectum anusku mengkerut sehingga ujung jarinya terjepit tapi dia tetap menyodok-nyodok tanpa perduli itu. Kak Satria tambah pinter aja sekarang. Aku mendesah-desah kenikmatan. Setelah itu dia meminta aku tidur terlentang dengan posisi kaki ditekuk keatas. Aku diminta merentangkan kedua pahaku dan dia menjilati anusku, dan memasukkan telunjuknya ke dalam lobang kenikmatanku. Aku merintih dan mengerang kenikmatan dan membuat celah itu semakin sempit.
“Sebentar lagi Kakak akan menembakkan kejantanan kakak kedalam liang anus adek. Adek siap?,” katanya merancau-rancau dengan serak.
“Ihhhh uhhh, cepet kak… uhhh adek udah nggak tahannnn uhhhh”.
“Mau sekarang?”.
Ih, kak Satria ini kayaknya sengaja deh membuat aku mengemis-ngemis pengen ditusuk. “Iyahhhh sekarang…”.
“Rasakan ya….. nikmatnya ditembak kontol kakak yang jumbo ini,” katanya lagi dengan serak dan pupil matanya semakin membesar tanda birahinya semakin meninggi. Jantungya terdengar berdetak-detak seiring gerakan-gerakan tubuh dan tangannya tanda dia sudah tidak sabar untuk melampiaskan nafsu birahinya yang telah terbakar. “Sedetik lagi rasakan entotan kakak yang ganas ini ya sayang... Kakak akan mengentot adek tanpa ampun!”, katanya semakin bernafsu. “Siap-siap untuk menerima tembakan kontol  kakak.” katanya dengan suara parau.
“Lamahhh bangetttt kakhhhh… ayuh dongggg ahhhh”.
Setelah itu, dia naik ke atas tubuhku dan memompakan kontol jantannya ke mulutku dengan kasar sehingga aku hampir kehabisan nafas.
“Ahhh ahhh yeahhh…. Aooooohhhh ohhhh enakkhhhh abngetsss uhhh ohhhh ohhhh wooooahhh arggggg ahhhhh”. Kontolnya memompa mulutku kayak mesin jahit! Gila nih kak Satria.
Kemudian kami tidur berdampingan, lalu Kak Satria menghisapi pentilku sambil mengentoti aku lagi dengan telunjuknya.
“Kak, ihhhh auhhhhh cepet… entot adekkhhhh ahhh ahhh ah ah ahhh ahhhh”. Rasanya aku udah nggak sabar buat dientot kontolnya yang jantan coklat itu. Aku mengerang-ngerang, dia mendengus, kemudian aku menghisap kontolnya yang keras dan lembut seperti pisang tanduk tersebut, hal itu membuat dia melenguh mendesah semakin ganas.
“Uhhhh dekhhh yeahhhh ahhh shaahhhh ahhhh”.
Plop! Plop! Plop! Plop! Plop! Bunyi mulutku mengemut kontol kak Satria si Polisi macho ini.
“Dekhhhh, yuk. Kakak udah pengen nusuk adek. Adek telantang sekarang”,mintanya. Aku terlentang di tepi tempat tidur dan pantatku diganjal bantal, kemudian dia berlutut di antara kedua pahaku, dia merenggangkan kaki ku kemudian menindihku, dan kami bergumul lagi terasa kontolnya menusuk-nusuk ujung lobang anusku. Kulihat di cermin lemari pakaian yang teletak di depan tempat tidur, badan kami bertautan jadi satu, kedua kakiku melingkar di pinggangnya, kulitnya yang coklat sexy itu tampak kontras dengan kulitku yang agak putih. Puas bergumul dan berciuman, dia melumasi kontolnya dengan lotion.
Perlahan dia mulai melakukan penetrasi kontolnya ke dalam lobang anusku. Kurasakan benda tumpul mulai memasuki liang anusku. Ketika melewaati rectum anusku, aku merintih keenakan dan memintanya untuk segera  melakukan penetrasi. Nikmatnya bukan main karena bentuk helm rudalnya seperti jamur yang sesuai dengan batang kontolnya yang penuh urat itu. Ia melakukannya perlahan-lahan, dan mulai memasukkan kontol jumbonya. Kemudian, dia mulai mengadakan gerakan maju mundur, dan masuklah setengahnya karena sudah agak licin. Semua batang kejantannya tertanam dalam liang anusku, hangat, agak ngilu dan nikmat. Dia mengentotiku sambil tangannya meremas dada dan menjepit pentilku dengan jari-jarinya dengan agak kasar. Kemudian dia menegakkan badannya dan lebih merentangkan kakiku agar dia bebas menembakkan pistol jantannya. Pantatnya yang padat berwarna coklat itu tampak di cermin bergerak maju mundur. Karena sakit dan nikmat bercampur jadi satu, rectum liang anusku tambah menjepit-jepit kontolnya.
Kak Satria merancau “Aah uh ah terus kenyotttthhhh ahhhh ahhhh terus jepit kontol kakakhhhh ahhh ahhh yeahhhh”. Sambil mengadakan aksi gerakan maju mundur.
Aku mengimbanginya dengan menggoyang pantatku ke kiri ke kanan. Dia mendesah desah kenikmatan. Aku mengocok kontolku dan dia memompa maju mundur sambil mendengus dengus kenikmatan. Kami berdua seperti berada di surga ke tujuh. Yang terdengar hanya suara lenguhan dan rintihan dalam suasana malam di barak yang sepi itu.
Mendekati menit ke dua puluh, ia mengentotkan kejantanannya yang coklat maju mundur ke dalam liang kenikmatan itu dengan gerakan yang cepat sepertinya dia menginjak gas sampai 110 km, aku mengerang-erang serasa aku mendekati klimaks, anusku semakin menjepit kontol gedenya.
Kak Satria mendengus-dengus kenikmatan, “Ah ah ahhh ahhh ahhh ohhhh hmm terus jepit terus jepitthhh pistol kakak ahhh”, katanya merancau.
Badanku terasa bergetar dan pada menit ke lima belas aku memuncratkan sperma dan berlelehan ke perutku. Pada saat ejakulasi itu rectum liang anusku semakin menyempit dan Kak Satria tambah menggila mengentoti liangku yang menyempit itu, hal itu membuatku mengerang-ngerang antara ngilu dan nikmat. Kemudian sampailah pada klimaksnya, dia menyemprotkan spermanya. Terdengar suara paraunya, “Aaaah…uuuuuuhhhhh…arrgggggh ….ahhhh ahhhhhh ahhhhhhhh”, tanda kepuasan di antara lenguh dan dengusnya yang menderu-deru. Dia masih menanamkan kontolnya sekitar 2 menit sebelum mencabutnya. Badan kami berkeringat karena gulat yang seru itu. Kak Satria masih menindihkan badannya yang berpeluh sambil kontolnya yang masih agak keras itu tertanam dalam-dalam diliang kenikmatanku, kami berpelukan penuh kepuasan.
Setelah itu kami mengeringkan keringat dengan handuknya, kami pun terlelap selama satu jam tanpa sehelai benangpun dalam kepuasan yang tak terhingga. Ketika aku akan berpakaian, dia mencegah. Sorot matanya liar, sambil menempelkan pipinya ke pipiku dan membisikkan bahwa dia mau membobol liang anus sempitku sekali lagi. Belum aku jawab, segera Kak Satria menggeluti aku lagi di tempat tidur. Kami bergumul sambil berciuman dan berkuluman lidah. Nafasku serasa habis karena ditindih dan digeluti badannya yang gempal itu. Setelah itu dia meminta aku berdiri, kemudian memasukkan lagi kontolnya ke dalam liang anusku dari arah belakang. Dia mengentoti aku lagi dengan agak kasar. Kak Satria mendengus dan tangannya yang kasar itu meremasi dada dan pentilku. Kepalaku menoleh dan kami saling melumati bibir sambil dia terus menyerang lobangku dengan pistol jumbo hitamnya tanpa ampun…….sampai rasanya aku akan memuncratkan air maniku. Kak Satria terus merojoki liangku dan aku dimintanya membungkuk. Dia mengentotiku dengan doggy style. Begitu ganas dan panas dan liar walaupun ronde ke dua. Dengusan kami berakhir ketika kami mengeluarkan sperma bersamaan 10 menit kemudian.
CRRROOOTTT CCCCRRROOOOTTTT CCCRRROOOTTT CCRRROOOO CREEETTT CRRREETT CROT!
“Kakakhhh huh host… huh… hebat banget malam inih. Adek sayang kakak…”.
“Kakak juga sayang adek… Muacchhhh”. Sekali lagi kami berciuman sampai kami terlelap tidur menutup hari yang sangat melelahkan ini.
***
Sekitar jam enam pagi, kak Satria telah mempersiapkan diri untuk berangkat ke polsek tempatnya dinas. Aku dipersilahkannya untuk jalan-jalan keliling kota itu agar nggak suntuk dirumah sendirian. Bete juga kalau dirumah ini sambil nonton tv doang. Nggak seru euy!
Ketika siang, kak Satria mengajakku makan siang dirumah makan langganannya. Aku sih seneng-seneng aja sekalian menemani kekasihku makan siang. Tak aku sangka ternyata aku dikenalin sama dua orang temennya yang cakep-cakep. Ridwan dan Agus namanya. Ih, aku kok jadi salah tingkah begini sih. Gimana aku nggak salting, kan aku kayak cowok asing diantara cowok-cowok macho. Untunglah kak Ridwan dan kak Agus orangnya baik, jadi aku bisa langsung beradaptasi dengan mereka.
“Adek kamu kok lebih cakep dari kamu Sat? Adek nemu dimana nih?”, tanya Ridwan.
Nah lho, mau jawab apa kak Satria.
“Enak aja. Aku kan cakep juga Wan. Matamu aja yang rabun. Hahahaha”, balas kak Satria.
“Piye toh. Gus, cakepan adeknya kan?”.
Makin panas aja nih suasana dimeja makan. Aku hanya diam dan senyum-senyum malu aja melihat tingkah mereka.
Kak Agus menatapku dengan tatapan yang dalam. “Maaf ya bos, kali ini aku setuju dengan Ridwan. Kulitmu itam, adekmu putih. Hidungmu juga nggak semancung dia. Jangan marah yo”.
“Aku jadi malu nih. Udah ah kak. Kak Satria tetep cakep kok”, belaku.
“Nah, dibelain kamu Sat. Memang cakep dari mana dek? Wong Satria ini coklat gitu”, ejek kak Ridwan.
“Kayak kamu nggak item aja. Udah ah, makan dulu. kasian adekku diliatin kalian berdua seperti itu. Aku emang jelek kok. Siapa dulu adekku? Bayu…”. Kak Satria membanggakan aku didepan teman-temannya. "Kalau diliatin terus, ntar kalian naksir lagi dengan adekku. Hehehe", kata kak Satria.
Deg! Kak Satria ngomong apa?! Ohhhh kak Satria… I LOVE YoU so Muchhhh…

1 komentar:

  1. dimas_arbayu@yahoo.com
    Bay,
    Kenalin bang ridwan sama bang agus susanto itu.......
    Katanya dia temen BF kamu namanya satria hermawan....
    Kenalin dong......
    Please.......
    Kalo blh kamu jg bisa BC pin aku ya *kalo kamu make bb*
    Ne PIN aku 324255ca
    Ne whatsapp aku 088807115220

    BalasHapus