Orangnya gede besar, item, potongan rambutnya mirip Tukul tapi
mukanya lebih baguslah dari Tukul hehehe. Gagah sekali saat dia
menunggangi motor RX King-nya itu. Dari kejauhan sudah terdengar keras
suara motornya yang dipacunya dengan jantan dengan suara klakson yang
menjerit-jerit. Ugh, walau agak urak-urakan dan -ehm- dekil, aku suka
cowok seperti ini ketimbang cowok manis, perlente, rapi dan girly.
Hampir tiap hari aku melihatnya melewati komplek kami ini dan tidak
jarang pula aku sering ‘ketemu’ muka dengan dia. Dan sering kali pula
dia mengangguk hormat dan tersenyum kecil kepadaku dan aku membalasnya
serupa. Namun, tak pernah sekalipun aku berniat membeli sesuatu dari
keranjang sayurnya itu. Palingan aku penasaran ama ‘terong berbulu’
dalam celananya itu. Ugh, aku hanya bisa curi-curi pandang ke arah
selangkangannya.
Hari itu, aku iseng nongkrong di bengkel motor temanku. Biasalah aku
asyik denger cerita tentang pengalaman seksnya tadi malam baik ama
bininya maupun ama PSK idolanya itu. Aku tertawa-tawa mendengar
celotehnya, vulgar dan tentu saja tanpa sensor. Detil sekali dia
bercerita. Maklumlah, isi celananya aja sudah pernah aku rasakan walau
harus merogoh kocek tapi ga terlalu dalam kok. Orangnya sih kecil-kecil
aja tapi ‘anu’nya, ehm, luar biasa ukurannya. Namanya juga orang Madura,
percaya atau tidak, beberapa cowok dari etnis ini yang kukenal memiliki
senjata yang luar biasa.
Selang beberpa menit, muncul si tukang sayur menuntun RX King-nya
itu. Wah, bergetar jiwaku melihatnya. Baru kali ini aku bakal melihatnya
dekat. Oh, jantan dan gagah sekali lelaki itu. Dia melihatku dan
nampaknya dia mengenalku. Dilemparnya senyum kecil yang kubalas dengan
ramah. Sayangnya, dia cuman sebentar saja berada di bengkel itu.
Motornya yang bocor itu ditinggalkannya.
“Itu yang tukang sayur itu toh?” tanyaku sama si Madura.
“Ya, namanya Supri”
Oh, baru aku tahu namanya.
“Gagah jantan….” ucapku vulgar di depan si Madura. Dia terkekeh sambil membuka ban motor itu.
“Kamu mau ama dia ya?”. Akh, ga perlu aku jawab-pun dia sudah tahu isi otakku.
“Nanti aku bilang ama dia” kata si Madura, “aku akrab kok ama dia tapi aku ga tahu apa dia mau apa ga ya…”
“Ehm…..”
“Tenang aja, “janjinya, “Nanti aku urus. Aku tahu kok dia itu sering
kekurangan duit soalnya duit dia itu habis-habisan buat judi ama main
cewek hehehe…”
“Ya udah…” ujarku, “aku pulang dulu. Tolong nanti ngomong ama dia ya.. Kasih aja nomor aku”
“Sep.. “tukasnya, “tapi ada persenan kan buat aku?”
“Ya.. Tenang aja klo masalah itu”
Besok harinya, aku mendapat SMS dari nomor baru. Kubaca isinya dan
membuatku berdebar. SMS itu dari Supri, tukang sayur jantan itu. Isinya
sih dia mau aja aku kerjain asalkan cocok dengan pembayarannya. Ehm, aku
segera membalas SMS itu dan isinya menyanggupi permintaannya. Tak lupa
pula, aku menanyakan ‘waktu pelaksanaan’nya. Hihihi.. Sayangnya, SMS-ku
itu tidak dibalasnya lagi. Aku berusaha menelponnya tapi tidak dia
angkat. Huh, membuatku sedikit kesal seakan dipermainkan.
Malam harinya, aku mendapat SMS lagi dari Supri. Isinya tambah
membuatku berdebar. Dia ada waktu buatku malam ini. Aku-pun
‘mengundangnya’ ke rumahku. Setelah itu, aku mempersiapkan koleksi
bokepku. Sengaja kupilih yang hot hot biar dia lekas horny.
Jantungku berdetak kencang, suara motornya membahana memasuki
pekarangan rumahku. Dan, kudengar ketukan di pintu rumahku. Segera aku
bukakan untuknya. Oh, Supri berdiri di depanku dengan gayanya yang
seperti biasa, selenge’an, jantan, gagah dan apa adanya. Membuatku ga
sabar rasanya menelanjanginya. Kupersilakan dia masuk dan cepat-cepat
aku tutup pintu.
“Mau nonton dulu?” tawarku sambil memperlihatkan beberapa bokep di hadapannya.
“boleh…”
Setengah jam, aku belum berani macam-macam. Dia lebih banyak diam.
Tapi, dia pasti tahu aku jelalatan memperhatikannya yang sedang
berbaring terlentang di depan TV.
“sekarang?” tanyanya.
“Ugh…. Ehm…” aku gelagapan menjawabnya sambil memperhatikannya yang
sedang mengusap-usap selangkangannya itu. Duh, aku ga sabar rasanya.
Kudekati dia dan kuusap selangkangannya. Dia diam saja sambil terus
memperhatikan TV. Aku Segera aku gantikan tangannya dengan tanganku yang
kemudian mengusap-usap selangkangannya itu. Jelas aku gemas sekali.
Kuremas-remas pelan selangkangan yang masih di bungkus celana kain itu.
Bisa kurasakan kemaluannya lagi tegang.
“ehm.. Bisa ga lampunya dimatiin?” pintanya saat jariku mulai menarik risluting celananya.
Aku bangkit dan menekan tombol off pada stop kontak. Seketika ruangan
itu gelap. Hanya cahaya raemang-remang dari TV yag sedang menayangkan
bokep dari DVD playerku. Aku mendekatinya. Dan ternyata dia sudah
mempelorot celananya hingga sepaha. Nampak olehku CD murahan bewarna
coklat muda masih melekat di pangkal pahanya.
“wah, udah nantang nih” celutukku.
Aku pelorot lagi celananya hingga terlepas dari kedua kakinya. Kini
perhatianku kian besar terhadap gundukan di dalam CDnya itu. Kuremas
gemas gundukan itu, ugh, lumayan juga punya dia. Aku berbaring di
sampingnya. Lalu kususpkan tangan kananku ke balik CD nya dengan gugup.
Supri diam saja bahkan cuek saat tanganku merogoh di dalam sana.
Oh.. Kutemukan bulu-bulu keriting yang lebat di pangkalnya. Tanganku
bergerilya meremas batangnya. Ugh, ga terlalu panjang tapi besar juga.
Dan, kusingkap CD itu. Mencuatlah rudal kebanggaan Supri. Terkungkung
dalam genggaman tanganku. Kuperhatikan rudalnya item, agak berurat-urat.
Jantan sekali rudalnya. Hangat dan hampir mengeras penuh.
“Wah… Pasti cewek-cewek teriak keenakan ditusuk ama ini” pujiku. Dia
tertawa kecil. Dan tiba-tiba dia menggelinjang ketika jariku menyentuh
telor puyuh di bawah sana.
“Telornya gede mas. Pasti isinya banyak”
Aku bangkit. Tak sabar lagi aku mulai menjilati biji pelernya itu.
Aroma kejantanannya menusuk hidungku namun justru aku tambah semangat.
Kujilati telor item berbulu itu dengan rakus. Supri
menggelinjang-gelinjang dan napasnya ngos-ngosan. Tak kubuang kesempatan
itu. Kusedot-sedot bergantian kedua bola rudal yang gede item itu.
Supri menyentak-nyentak kecil kakinya. Nampaknya dia sangat terangsang
saat telornya aku permainkan. Kepala rudalnya itu basah dengan cairan
precum.
Puas membasahi bola-bola itu, lidahku bergerak ke atas. Ujung lidahku
menelusuri urat-urat yang banyak melingkar di batang rudal itu.
Lagi-lagi, Supri menggeliat sambil mendesah. Sejenak aku menghentikan
aksiku.
“Enak ya??”
Supri tersenyum, nampak malu-malu. Ugh, dibalik sikap selenge’en dan gagah itu dia bisa malu juga hehehe.
“Pasti belum pernah ya seperti ini?”
“iya”
“katanya sering main cewek???”
“Kan langsung tancap gas….”
“Ama bini di rumah gimana?” korekku, “masa ga pernah sekalipun dijilatin??”
“Ga mau dianya….”
Aku kembali fokus pada rudal yang keras itu.
(to be continued to part 2)
Sumber: http://nakalbanget.wordpress.com/2009/03/26/paman-tukang-sayur-part-i/
Hunk Menu
Overview of the Naolla
Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.
Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls
Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...
Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls
Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...
Look
Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla
Tidak ada komentar:
Posting Komentar