Namaku Yus berusia 25 tahun, aku adalah perantau dari Yogyakarta
dan aku sudah cukup lama di Jakarta sudah berjalan tahun kedelapan. Aku bekerja sebagai seorang salesman alat-alat
kesehatan. Tempat tinggalku berdomisili di daerah Jakarta Barat dan aku mengontrak
sebuah rumah berukuran 78 m2 dan aku tinggal sendirian. Ayahku cukup berada
namun kondisi keluargaku kurang begitu baik. Ayah dan ibuku sudah 2 tahun
berpisah. Itulah segelintir keberadaan keluargaku.
Aku adalah seorang biseksual bisa dikatakan demikian
karena aku tertarik dengan wanita dan pria. Wanita idamanku ialah berambut
panjang dan postur badan yang tinggi sedangkan pria idamanku adalah bapak-bapak
sekitar berumur 50 tahun dan berbadan gendut.
Aku akan menceritakan pengalamanku yang sangat berkesan buatku
:
Suatu hari yang panas terik dan macetnya lalu lintas kota
Jakarta membuat aku merasa lelah dan perlu istirahat sejenak maka kutepikan
motorku dan kunaikkan trotoar. Di sebuah taman di bilangan Jakarta Selatan, ku
duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Angin sepoi-sepoi bertiup……sangat
nikmat rasanya dicampur wangi dedaunan hijau yang menyejukkan udara disekitar
taman itu.
Sambil melihat kendaraan berlalu-lalang, tiba-tiba mataku
tertuju dengan seorang polisi yang sedang berbicara dengan seorang pengemudi.
Yang kuperhatikan bukan pembicaraan mereka namun postur badan Pak Polisi yang gendut
sehingga membuat aku tertarik. Ingin sekali aku dipeluknya, dengan ayahku; aku
kurang mendapatkan kasih saying maka dari itu aku selalu mendambakan kasih sayang
seorang ayah.
“Waduh, apa aku salah menaikkan motorku ke trotoar ?”
pikirku dalam hati sambil dagdigdug jantungku.
Kemudian Pak Polisi itu duduk disebelahku karena di taman
itu memang cuma ada satu bangku taman ini yang masih baik kondisinya.
“Permisi, ajak Bapak duduk ya.” kata Pak Polisi gendut itu.
Dengan senyum dan semangat, dan ini merupakan kesempatan
buatku………
“Silahkan, Pak.” balasku dengan cepat.
Setelah duduk Pak Polisi itu melepaskan topinya dan
menaruhnya diatas pahanya. Sungguh pria yang ku idamkan penuh charisma dengan
rambut yang cepak agak keputih-putihan.
“Kadang seenaknya aja naik motor.” kata Pak Polisi itu.
Aku hanya tersenyum…..tidak berani aku berkata sepatah
kata pun.
“Kamu harus hati-hati jika berkendara ya…….” kata Pak
Polisi kepadaku sambil tersenyum.
Makin terpesona aku melihat senyumannya. Kulihat peneng
namanya, tertulis disana HAMZAH. Ku beranikan diri membuka pembicaraan.
“Pusing juga ya, Pak….mengatur lalu-lintas belum lagi
pengendara yang kadang tidak mentaati peraturan lalu-lintas.” kataku.
“Ya, sudah menjadi tugas kami Anggota Polisi…..ya kadang
menyenangkan kadang menjengkelkan.” kata Pak Polisi.
“O ya, Pak….namaku Yus, nama bapak….Pak Hamzah ya.” kataku.
“Loh kok tau nama saya ?” kata Pak Polisi itu.
“Kan di baju bapak ada namanya.” kataku sambil tersenyum.
“O iya…..bapak lupa.” kata Pak Polisi.
Lalu kami berbicara dari soal lalu-lintas sampai soal
keluarga baik keluargaku maupun keluarga Pak Hamzah. Kadang aku kurang menyimak
pembicaraan kami karena aku memperhatikan wajah dan tubuh Pak Polisi ini.
Ternyata Pak Hamzah tinggal dengan istrinya, tempat
tinggalnya tidak begitu jauh dari taman tempat kami ngobrol. Anak Pak Hamzah
sudah pada besar-besar, 3 lelaki dan 2 perempuan. Biasa kalau lelaki dari
Angkatan pasti nafsu seks-nya besar; itu menurut pendapatku.
“Mampir yuk ke rumah Bapak ?” ajak Pak Hamzah.
Wah, sungguh kesempatan emas pikirku tapi di rumahnya
khan ada istrinya. Akhirnya………….
“Boleh, Pak……kalo Bapak Polisi gak keberatan.” kataku.
“Ya jelas engga dong……..jangan panggil Bapak Polisi;
panggil aja Pak Hamzah.” Balasnya sambil tersenyum.
Gak nahan aku setiap melihat Pak Hamzah tersenyum.
Lalu kami berdua menuju rumah Pak Hamzah; setiba di rumah
kontrakannya, Pak Hamzah memasukkan motornya ke teras rumah dan menyuruhku memarkirnya
depan pagar karena terasnya tidak begitu luas.
“Mari masuk, Dik Yus.” kata Pak Hamzah setelah membuka
pintu.
“Ibu kemana, Pak ?” tanyaku.
“Oh istri sedang pulang kampung sudah satu minggu bapak
sendirian.” jawab Pak Hamzah.
Wah, pucuk dicinta ulam tiba………seneng aku mendengar
jawaban dari Pak Hamzah.
Pak Hamzah mempersilahkan aku duduk di bangku sofa di
ruang tamunya.
“Bentar ya….bapak ganti pakaian dulu.” kata Pak Hamzah.
Sambil Pak Hamzah berjalan menuju kamarnya; kulihat tubuh
belakang yang gendut dan menawan hatiku. Ingin aku dipeluknya dan
bermanja-manja dengan Pak Hamzah.
Tak lama kemudian, Pak Hamzah keluar dengan mengenakan
kaos singlet berwarna putih dan celana boxer hijau tentara. Perutnya nampak mumbul ke depan
dan tonjolan penisnya agak kentara terlihat.
Lalu Pak Hamzah duduk di bangku sofa sebelah bangku yang
aku duduk.
“Anggap aja rumah sendiri.” kata Pak Hamzah.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman; tidak bisa dipendamlagi
keinginanku supaya dipeluk Pak Hamzah. Tanpa tidak sengaja, aku memperhatikan
Pak Hamzah sampai terbengong.
“Loh kok ngeliatin Bapak sampai segitunya……” kata Pak
Hamzah tersenyum.
“Oh……ehhh……maaf, Pak….aku suka sama Bapak.” jawabku spontan.
Waduh pikirku dalam hati, lidah ini gak bisa diajak kompromi….maen ceplas
ceplos aja.
Pak Hamzah tersenyum, lalu aku berkata…………….
“Mau gak Bapak memeluk aku ?” tanyaku ke Pak Hamzah.
Lalu Pak Hamzah beranjak dan duduk mendekatiku dan
dipeluknya aku. Sungguh aku sangat menikmati pelukan itu karena aku sangat
merindukannya. Ku letakkan kepalaku dipundaknya dan dilelus-elusnya punggungku
dan sesekali diusapnya kepalaku. Sekitar 5 menit aku didekap Pak Hamzah. Tanpa
sadar aku meneteskan air mata dan menetes mengenai pundak Pak Hamzah.
Kemudian Pak Hamzah melepas pelukannya….
”Mengapa kamu menangis ?” tanya Pak Hamzah.
Aku hanya terdiam……..langsung kupeluk erat-erat Pak
Hamzah.
Pak Hamzah menyambut pelukanku dengan hangat.
“Sudah….sudah…..sekarangkan kamu ada Bapak, setiap saat
kamu perlu Bapak….kamu main saja ke rumah Bapak.” kata Pak Hamzah sambil
mengusap kepalaku.
Kembali Pak Hamzah melepas pelukanku dan kepalaku
dipegang oleh kedua tangannya. Kemudian Pak Hamzah mendekatkan bibirnya ke
bibirku dan melumatkan bibirku. Kubalas lumatan Pak Hamzah, aku menjulurkan
lidahku agar diisap oleh Pak Hamzah begitu pun Pak Hamzah. Kami bergantian
saling melumat lidah.
Sambil kami berciuman, kucoba melepaskan kaos singlet Pak
Hamzah. Kucumbui pipi dan leher Pak Hamzah……..emmmm……mmmm……ucap Pak Hamzah.
Kuciumi dada dan kujilat putingnya, dengan posisi berlutut kuciumi perut Pak
Hamzah. Kepalaku diusapnya……..oohhhh……hhhh………..
Kini kujilat tonjolan yang masih tertutup celana boxer
itu hingga basah dan sesekali kuremas-remas tonjolan itu.
“Aahhh………” desah Pak Hamzah.
Kemudian Pak Hamzah melorotkan celana boxernya, nampaklah
batang kemaluan berukuran 14 cm (berdiameter kira-kira 3 cm). Kukocok penis itu
dan kujilat lubang perkencingannya.
“Ooohhhh……….isep terus, Dik Yus……enak banget.” desah Pak
Hamzah.
Kini kumasukkan perlahan senti demi senti penis Pak
Hamzah……blesss…..kini seluruh penisnya masuk ke dalam mulutku. Agak kupercepat
gerakanku naik-turun mengulum penis Pak Hamzah….pok….pok…
Aasssshhhh……ssshhhh……eemmmm……oohhhh….hhhhh ……..
“Ooohhhh, Pak……jilat terus lubang pantat saya…..kocok
terus….aaahhhh…..”desahku.
Sesekali Pak Hamzah memasukkan jari-jari tangannya yang
gendut-gendut ke dalam lubang pantatku.
“Aahhh…..sakit, Pak.” teriakku pelan.
“Lubang pantatmu enak banget……..” kata Pak Hamzah sambil
menjilat lubang pantatku dan sesekali dimasukkannya 2-3 jarinya dan
digerakkannya keluar-masuk di lubang anusku.
“Oohhhh…….Pak…..sakit…..pelan-pelan.” desahku.
Mendengar desahku, Pak Hamzah mempercepat gerakan
tangannya “menyodomi” anusku.
“Aaahhh….hhhh…….” teriakku.
Penisku juga dikocoknya kuat-kuat sehingga rasa perih dan
nikmat bercampur jadi satu.
Waktu menunjukkan pukul 14.30, lalu Pak Hamzah menyuruh
aku menduduki penisnya dan punggungku direbahkan di dadanya. Pak Hamzah
mengerakkan pantatnya dan menyuruhku memompa pantatku. Tangan Pak Hamzah
mengocok penisku dan tangan satunya memilin putingku.
Ooaahh……..hhhh……aaahhh…..oohhhh…..ssshhh…….pok….pok….pok……aaahhh…hhh………
Hampir satu jam aku main “kuda-kudaan”……………………
“Bapak mau keluar………oohhh……” teriak Pak Hamzah.
Kulepaskan penis Pak Hamzah dari anusku…..kumasukkan penis
Pak Hamzah ke dalam mulutku.
Aaahhhh……crot…..croott…..crootttt…….peju Pak Hamzah
memenuhi mulutku, banyak sekali peju yang dikeluarkan Pak Hamzah. Kucoba
menelan semua peju itu…..kujilat dan kuisep terus penis Pak Hamzah dan
kubiarkan hingga melemas di dalam mulutku.
Kukeluarkan penis itu dari mulutku, kini aku berdiri di
hadapan Pak Hamzah. Pak Hamzah langsung memegang penisku dan dimasukkannya ke
dalam mulutnya. Dikulumnya penisku kuat-kuat…kupegang kepala Pak Hamzah kuiring
membuat gerakan maju-mundur.
“Yus udah mau keluar nih…..” kataku.
Kucabut penisku dari mulut Pak Hamzah….kukocok penisku di
depan mulutnya; Dan……
“Aassshhhh……oohhhh……..” teriakku.
Dijilatnya air maniku yang muncrat mengenai bibir Pak
Hamzah dan dijilatnya lubang kencingku yang masih mengeluarkan sperma.
“Gurih rasa peju kamu, Yus.” kata Pak Hamzah.
Akhirnya kami berdua duduk lemas lunglai tanpa busana
sambil kusandarkan kepalaku di dada Pak Hamzah.
Sumberadit1972.blogspot.com/2012/07/cerigay-berkenalan-dengan-pak-polisi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar