Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Senin, 24 Desember 2012

Intermezzo: Aku Dipantai Bersama Polisiku


Pelangi di barat pagi ini memberikan kesan tenang bagiku. Disini, didepan jendela yang masih basah akibat tetesan hujan gerimis beberapa saat lalu, kini sudah mulai mengering. Ku dengar kicauan burung mengiringi senyuman indah sang mentari yang baru muncul dari balik awan disisi timur sana.
Cukup lama aku terdiam disela tatapan kosongku dan seolah-olah tidak sadar bahwa hari ini dimulai dengan tanggal berwarna merah pertanda hari libur. Penatnya otakku setelah berjuang menghadapi ujian kenaikan kelas membuat aku lupa bahwa hari ini adalah hari minggu. Akhirnya aku bisa sedikit bernafas lega dari kerasnya pergulatan dengan soal-soal ulangan selama seminggu membuat aku cukup kelelahan, terutama otakku. Aku melihat kearah samping rumah, disana ada ibuku sedang menjemur cucian.  Meskipun hari ini hari libur tetapi sudah menjadi kebiasaanku untuk selalu bangun pagi. Aku biasanya nggelakuin apa saja yang harus aku lakukan untuk mengisi waktu dipagi hari.
Dengan langkah pasti aku melangkah kedapur dan membuat kopi instan, itung-itung menggusir kantuk yang masih menggantung dimata. Setelah membuat segelas kopi, aku duduk dan menikmati minuman hangatku.
Tit-tit-tit…
Suara klakson motor terdengar dari arah depan rumahku. Siapa ya pagi-pagi begini nyamperin aku? Aku tengok jam dinding yang  terpampang didekat dapur. Jam masih menunjukan pukul 06.12 am. Karena penasaran aku akhirnya manuju pintu depan dan membukanya. Terlihat bang Wando sedang berbincang dengan ayahku yang sedang memotong rumput dihalaman depan. Wah, kenapa bang Wando nggak kasih tahu ke aku ya kalau mau datang kerumah?
“Waduh… Ayah ngajak bang Wando masuk rumah. Mana aku belum mandi lagi… “. Aku bergegas masuk kedalam untuk sekedar mencuci muka atau menyisir rambutku yang agak acak-acakan.
“Bay… Ada bang Wando nih…”, kata ayahku.
“Iya… tunggu sebentar Yah”. Aku buru-buru mengeringkan air dimukaku dan menghampiri bang Wando yang sudah duduk manis dikursi tamu.
Wajah tampannya tersenyum padaku. Dia mengenakan jaket berbahan kulit berwarna hitam dan celana jean ketat berwarna hitam pula.
“Belum mandi nih, bau…”, canda bang Wando.
Aku hanya senyum-senyum jaim sambil duduk disebelahnya. “Biarin… aja”.
“Sewot dah…”.
“Nggak kok… kenapa abang nggak kasih tahu kalau mau kemari? Aku kan bisa siap-siap. Ya setidaknya aku bisa mandi dulu…”.
Bang Wando memegang tanganku dan berkata, “Abang mau kasih sureprize buat kamu Bay. Kamu kan habis ulangan, mau nggak kalau kamu hari ini kita jalan ke pantai *****. Anggap aja ini refreshing setelah ujian. Gimana?”.
Aku menatap mata bang Wando dengan penuh keharuan sebelum aku menganggukan kepala tanda aku setuju.
Tentu saja ayah dan ibuku mengijinkan aku pergi karena aku pergi dengan bang Wando (polisi lagi) jadi mereka tidak perlu khawatir. setelah mandi sebentar dan membawa barang-barang seadanya, aku dan bang Wando pamit untuk menuju salah satu pantai terkenal didaerah kami.
Jarak tempuh kepantai tersebut cukup jauh. Jika keadaan normal, dua jam setengah perjalanan kami akan sampai kepantai. Suasana pagi yang masih ditemani sedikit kabut membuat hari ini terasa sangat indah. Diperjalanan, suasana desa-desa atau daerah yang kami lalui sangat tentram dan indah. Memang jarak pantai ini agak jauh dari hiruk-pikuk kota yang ramai dan biasanya cukup sepi bahkan pada hari-haru libur biasa. Pantai ini akan ramai dikunjungi wisatawan jika hari-hari libur besar seperti tahun baru atau libur panjang.
Teriknya sinar matahari yang cerah terpantul diatas putihnya hamparan pasir. Ini menandakan bahwa kami akan segera sampai di pantai *****. Tak lama kemudian, deburan ombak pantai telah menyambut aku dan bang Wando. Didekat pantai ada perkampungan nelayan yang bisanya menjual makanan dan oleh-oleh khas pantai tersebut.
“Bay, kita pindah saja ya? Disini terlalu ramai buat kita berdua-duaan. Gimana?”, tanya bang Wando.
“Aku sih terserah abang saja. tapi memangnya kemana lagi bang?”, tanya ku balik.
“Ikut abang saja nanti kamu pasti bakalan seneng kok”. Bang Wando tersenyum kemudian memutar arah motor untuk menuju lokasi yang dianggapnya sepi.
Kami berdua masuk ke sebuah belokan sempit lalu terus masuk diantara rimbunnya cemara dan tanaman pasir pantai lainnya. Kayaknya belum pernah ada yang masuk kesini deh. Namun aku terpukau saat motor bang Wando berhenti. Disana suasananya sangat sepi dan hening. Di sisi kiri kami ada sebuah kayu besar yang sudah tumbang dan mati. Didekat kayu ada tumbuhan seperti suku pandan besar yang bercabang-cabang dan cukup rindang. Di belakang kami hamparan hutan cemara terlihat menutupi pantai ini.
“Ini hening sekali bang… Abang tahu dari mana lokasi ini?”, tanyaku.
“Dulu abang pernah iseng buat jalan-jalan mengitari pantai ini dan abang ketemu lokasi yang sepi seperti ini didekat lokasi pantai. Enak kan?”.
“ Enak banget bang”. Aku turun dan duduk diatas batang pohon mati kemudian aku lepas tas ranselku.
“Bawa air nggak dek?”, tanya bang Wando.
“Bawa bang”, aku mengambilkan air minum dari dalam ransel dan menyerahkannya pada bang Wando.
Tiupan angin sepoi-sepoi membuat aku terbuai dan lupa akan penatnya perjalanan menuju lokasi ini. Bang Wando melepas jaketnya sehingga baju kaosnya yang basah akibat keringat mencetak otot-otot tubuhnya yang masih ketat. Dia menjemur jaketnya diatas kayu mati yang aku duduki. Kemudian bang Wando duduk disampingku.
“Dek, sebenarnya abang sedang ada masalah dengan kak Siska…”.
Deg! Aku kaget mendengar perkataan bang Wando yang tiba-tiba saja membuyarkan kerileksanku.
“Karena apa bang?”.
“Kak Siska tahu kalau abang malam itu, waktu kita makan sate, ada di kota. Dia marah besar karena abang nggak pulang kerumah. Abang berusaha memberi alasan padanya bahwa abang  sedang mendapat tugas jadi nggak bisa pulang kerumah tapi dia seolah-olah nggak percaya. Abang nggak tahu musti gimana lagi. Makanya tadi malam abang nggak sempat kasih tahu kamu kalau abang mau ngajak kamu kesini. Karena abang lagi bingung sama istri abang. Huh…”. Bang Wando menarik nafas dalam-dalam kemudian dia hembuskan dari hidungnya.
Bang Wando yang tampan dan gagah ini terlihat bingung menghadapai istrinya. Dia bangkit dari duduknya dan mengambil tikar lipat yang sengaja aku bawa dari rumah. Kamipun duduk berdua diatas gelaran tikar yang panjangnya sekitar 2 m dan lebarnya 1 m tersebut. Bang Wando menutuskan untuk rebahan dipahaku sedangkan aku meluruskan kaki agar bang Wando bisa tiduran dengan nyaman. Sambil menikmati angin, ombak dan sinar matahari siang yang menyilaukan mata, aku mengusap-usap kepala bang Wando dengan mesra. Jujur aku sangat sayang pada bang Wando meskipun dia sudah berkeluarga dan sebentar lagi memiliki seorang anak. Aku usap lembut kapala bang Wando yang tercukur rapi potongan rambut cepak itu sambil sekali-kalin aku usah pipinya. Bang Wando sangat menikmati belaian tanganku dan tampaknya dia mulai tenang. Bang Wando menutup matanya dan kamipun hening sejenak.
Bluuurrrr… Deburan ombak menyapu tepian pantai. Untung kami sedang berada diatas tebing pantai sehingga tidak terkena air laut. Cuaca sangat cerah dan agak berawan. Indahnya langit biru menghipnotis kami berdua untuk segera memejamkan mata dan masuk kealam mimpi.
Crsssss…crsss….
“Bang bangun… Hujan…”. Aku terbangun dari tidurku karena hujan mengguyur daerah itu.
Bang Wando bangkit dan langsung mengambil jaketnya. “Bay, kita ke kampung saja…”. Bang Wando membantuku melipat tikar dan kamipun berniat balik menuju perkampungan namun nasib sial menghampiri kami. Entah mengapa bang Wando tidak sadar kalau motornya kehabisan bensin.
“Yah… Gimana dong bang? Bisa basah kita berdua ini”, kataku.
“Kita pakai tikar tadi untuk atap sementara waktu sampai hujan mulai reda baru kita keperkampungan. Kalau kita nyeret motor sampai kampung juga bakalan basah kuyup”, kata bang Wando.
Kamipun kembali kedekat pohon kayu mati yang tergeletak tadi kemudian mengeluakan tikar untuk menutupi kepala kami. Aku duduk dipangkuan bang Wando supaya tikar tersebut mampu melindungi kami berdua dari terpaan hujan yang cukup lebat.
Udara dingin mulai menusuk tulangku. Aku mengigil kedinginan. Untung bang Wando paham dan kemudian memeluk tubuh kecilku dengan mesranya. Aku merasa hangat sekali dan perlahan-lahan hal ini membangkitkan gairah bang Wando dan juga aku.
“Dek, punya abang ngaceng nih…”.
Aku memang sudah merasakan pistol daging milik bang Wando sudah mulai mengeras dibalik celananya. Mungkin hujan ini memang diturunkan utuk membasahi tubuh kami yang akan segera memanas karena terbakar nafsu birahi. Aku kemudian menolehkan kepala kebelakang dan menatap mata bang Wando. Tatapan ini mengisyaratkan agar bang Wando mau menciumi bibirku dan menghangatkan mulutku dengan tetesan air ludahnya. Bang Wando mengerti akan keinginanku dan langsung mendekatkan bibirnya kebibirku. Kini kamipun mulai berciuman mesra dan semakin panas. Aku nikmati setiap senti sentuhan bibir bang Wando yang lembut. Sambil sesekali ku isap bibir bang Wando. Entah mengapa tikar yang tadi kami gunakan untuk melindungi tubuh dari tetesan hujan kini sudah tergeletak ditanah sehingga kamipun bebas diterpa air langit. Tubuh kami basah namun ini sensasi yang sangat mengagumkan dan sungguh belum pernah aku rasakan sebelumnya. Bibir bang Wando mengenyot bibir bawahku sambil lidahnya terus meneteskan air ludah sehingga aku merasa penuh oleh tetesan ludah bang Wando. Wajahnya yang oval dengan hidungnya yang mancung namun tidak terlalu lancip begitu menggoda mataku. Nafasnya hangat dan bibirnya sangat pandai melayani bibirku sehingga aku tak sabar lagi ingin membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuh kami berdua. mula-mula aku lepas baju dan celana bang Wando lalu setelah itu pakaian dan celanaku. Kini aku dan polisi itu sudah dalam keadaan hampir telanjang bulat karena ditubuh kami sekarang hanya menyisakan underwear saja. Kontol besar milik bang Wando mulai menyembul dari balik CD nya. Ukurannya yang besar dan berurat-urat membuat aku sangat memuja-muja benda milik bang Wando. Perlahan-lahan pantatku aku gesek-gesekan kekontol bang Wando sambil bibirku terus berciuman dan tak henti-hentinya menerima serangan bibir bang Wando. Aku terpejam menikamati setiap sedotan, isapan dan pilinan bibir bang Wando yang mampu menendang setiap hawa dingin yang menhampiriku.
Sluuurpppp! Sluuurrpppp…. Aku menyedot seluruh air ludah milik bang Wando. Rasanya sangat nikmat dan manis. Kekentalan ludah bang Wando juga terasa seperti gel atau sagu yang biasa kau makan. Aku kulum-kulum ludah bang Wando sebentar sebelum akhirnya aku telan semuanya hingga masuk kedalam rongga perutku.Gluk!
Muaccchhh… Bang Wando melepaskan bibirnya kemudian dia menjilati pipiku yang basah akibat terkena air hujan seperti seekor kucing yang sedang meenjilati anaknya. Bang Wabdo memang sangat perkasa dimataku. Aku menikmati perlakuannya dan seperti orang yang pasrah. Perlahan-lahan dia menjilati pipiku kamudian sampailah lidahnya dihidungku yang mancung. Wow! Dia mengemut hidungku! Aku tak bisa melukiskan kenikmatan ini dengan kata-kata yang jelas bang Wando sangat tahu bagaimana cara agar aku bisa manikmati sensasi baru ini. Tangankupun mulai nakal memilin-milin dan menarik-narik pentil Bang Wando yang coklat. Aku remas-remas dadanya yang berotot dan aku putar-putar ujung jariku diputingnya.
Cuaca yang dingin tak mampu mengimbangi panasnya pergumulan aku dan bang Wando ditepi pantai ini. Meski hujan terus menerpa tetapi kami masih sibuk dengan kecupan dan bermandikan birahi yang sudah lama tidak aku rasakan.
Bang Wando melepaskan emutannya dihidungku. “Bay, abang mau isep pentil kamu nih… kamu rebahan aja ya…”, pintanya.
Aku bergeser sebentar lalu mengambil posisi berbaring dipasir yang basah. Set! Bang Wando mempeloroti CD ku hingga lepas kemudian CD nya juga di lepas. Kami sekarang dalam keadaan telanjang bulat. Kontol Bang Wando yang coklat muda berukuran 18 cm dan diameter sekitar segenggaman tanganku itu mengacung kearah pusernya dengan dua buah biji yang besar seperti buah salak. Hasratku kian memuncak dan semakin tak terkendali lagi setelah perlahan-lahan bibir bang Wando turun dan mengecup pentilku. Aku seperti ikan kesentrum. Rasa geli dan nikmat menghampiriku dan membawaku masuk lebih dalam lagi kebagian terindah didalam hidupku. Aku menggelinjang tak karuan dengan berusaha meresapi raungan birahiku yang bergejolak. Sentuhan hangat dan lembutnya bibir bang Wando mencelemoti pentilku seakan-akan berusaha mendapatkan air susu yang tidak mungkin bisa aku berikan pada bang Wando.
“Banghhhhh uhhhhhhh aaarggghhhhhh uhhuhuhhhhhhh ohhhhhh shiiittthhhhahhhhh”. Aku mendesah-desah tak karuan.
Nyooottt… sluurrpppp… Bang Wando sangat lihat memperlakukan pentil susuku. Dia jilati dengan ujung lidahnya yang basah kemudian dia gigit pelan-pelan sebelum dia kenyot kencang sekali bagian itu. Rasa sakit akibat isapannya pada pentilku tak aku hiraukan lagi. Semua hanya nikmat, enak dan Auhhhh….
Bergantian putting susu ku di isap dan dikenyot oleh polisi itu. Ganas dan sangat membangkitkan birahi. Tubuhnya yang berotot namun perutnya tidak six packs membuat aku mendapatkan kepuasan sex secara visual. Hujan yang masih turun dengan derasnya membuat aku dan bang Wando tak merasa kegerahan lagi.
Sambil bang Wando memainkan pentilku, tangan nakalku juga sibuk membelai-belai kontol bang Wando. Hangat, keras dan berurat-urat itulah gambaran yang sesuai dengan kontol besar milik bang Wando.
Aku meringsek kebawah dan melepaskan isapan mulut bang Wando pada pentilku. Dengan posisi bang Wando yang seperti merangkak dan aku berbaring dibawah selangkangannya kini sangat tepat untuk melakukan oral sex. Mula-mula, ketika benda 18 cm itu sudah ada didekat hidungku, aku jilati ujung kepalanya dengan variasi mengigit lembut. Rasa precum yang khas membuat aku semakin kegirangan menjilati lubang kencing bang Wando yang sudah menganga. Aku jilati pelan-pelan sambil aku tarik-tarik biji bang Wando semesra mungkin.
“Argggghhhhhh! Ahhhhhh Sayanghhhhhahhhhh uhhhhh mulut muh … Bangs*t!!! Ebak bangettttt gilahhhhhh ahhhhh abangghhhh mauhhh nikahin kamuhhh aja bay… Kak Siska nggak mau ngisep kaya ginihhhh uhhhhh”.
Itu adalah pengakuan baru yang aku tidak tahu dari bang Wando. Ternyata kak Siska nggak pernah ngemut kontol seenak dan selezat milik bang Wando. Kak Siska, kamu belum tahu sih gimana rasanya ngemut kontol super milik bang Wando. Aku aja sampai ketagihan dibuatnya.
Puas jengan menjilati lubang kencing bang Wando, aku mulai menjilati kontol bang Wando perlahan-lahan. Sesenti demi sesenti pistol perkasa itu masuk kedalam mulutku. Hangatnya kontol bang Wando menwarkanku sebuah surga dibawah langit yang menagis ini. Aku masukan pelan-pelan sampai masuk seluruhnya kedalam mulutku dan menyentuh kerongkonganku karena saking panjangnya. Aku diamkan beberapa saat untuk menikmati ketegangan kontol milik bang Wando. Kamudian aku keluarkan pelan-pelan sampai lepas dari mulutku. aku kocok sebentar agar kontol bang Wando tetap tegang kemudian aku putar ujung kontol bang Wando dilidahku.
“Urrrhhhhhh uhhhhh ohhhhh enakhhh sayanghhhhh Awuhhhhhhh uhhh”, mata bang Wando terpejam dan jakunnya yang besar tampak tegas karena kepalanya sedang menengadah keatas.
Aku emut kepala kontol bang Wando  kemudian aku kenyot mirip seperti menyusu pada ibuku sewaktu kecil. Aku mau minum susu pejuh yang akan keluar dari kontol perkasa milik bang Wando.
Jari-jari tanganku bermain di buah zakar bang Wando dan sesekali memerah batang kontol polisi gagah itu. Aku rasakan kekerasan alami dari kontol bang Wando dengan terus mengulum dan mengenyot kepala kontolnya yang seperti helm tentara. Kepalanya yang merah muda begitu indah untuk dinikmati.  Aku putar-putar lidahku untuk menimbulkan sensasi baru dan ini adalah perlakuan yang akan selalu membuat bang Wando teringat-ingat ketika dia jauh dariku nanti. Aku mulai mengeluar masukan kontol bang Wando didalam mulutku turun, naik, turun, naik, turun, naik, turun, naik, turun… Plop! Aku jilat kemnbali kepala kontol polisi itu lalu aku dorong kembali kepalaku agar mampu membenamkan seluruh batang kontol milik bang Wando di dalam mulutku. ujung kontol bang Wando yang menyentuh kerongkoonganku aku manfaatkan untuk membuat sensasi baru pada kontol kekasihku ini. Aku gerakkan kerongkonganku seperti terengah-engah agar ujung kontol bang Wando mendapatkan pelayanan istimewa dariku.
Gluk! Aku menelan ludahku agar kontol bang Wando tidak terlalu lama kering ujungnya. Hujan yang masih deras mengguyur tubuh kami membuat tubuh bang Wando yang berada diatasku tak henti-hentinya meneteskan air hujan seperti orang yang sedang kencing. Untuk itu sesekali aku menghalangi aliran air hujan yang menuruni batang bang Wando dengan tanganku agar tidak masuk kedalam mulutku.
Aku menikmati besarnya pistol bang Wando yang sedang menjejal mulutku ini. Rasanya yang hangat dan kenyal membuat aku tergila-gila dan mabuk kepayang dibuatnya. Turun-naik kepalaku mulai mengisap kontol bang Wando kembali. bang Wando yang semakin liar kini memegangi kepalaku dan sesaat kemudian dia mulai mengentoti mulut mungilku layaknya lubang anusku. Aku gelabakan dibuatnya dan hampir tidak bisa mengambil bafas, terengah-engah, akibat bang Wando yang semakin tidak terkontrol menusuk rongga mulutku dengan kontol besar dan berurat miliknya itu. Aku paling kan mukaku ke kiri agar kontol bang Wando lepas dari mulutku dan memanfaatkan detik itu untuk menarik nafas.
“Host-host-host… Abang tega.. adekhhhh mau pingsan tau…”, protesku.
“Maaf sayang… abang sudah nggak tahan nih dek. Dudukin kontol abang dong dek… yah….”.
Tanpa menunggu persetujuan dariku, bang Wando langsung menggendongku dan mengangkat kakiku untuk melingkar dipinggangnya yang aduhai itu. Tanganku dia taruh dipundaknya dan dengan perlahan dia mulai mengarahkan kontol besarnya masuk kedalam anusku. Perlahan-lahan…. Pelan-pelan… sedikit lagi… dan….
“Auhhhhhh ohhhhhh yehhhhh uhhhh”, erangku yang sudah ditusuk kontol milik bang Wando.
“Uhhhhhh Kamu mau nggak jadi istrihhhh abangggg?? Ahhhhh”. Bang Wando menatapku sambil mendekatkan hidungnya kehidungku.
“Mauh bang… uhhhh hamilin adek bang… buat adek hamil kayak kak Siskahhhhh ahhh uhhh”. Aku mulai mendesah nikmat karena merasakan kontol bang Wando yang mulai menyodomi anusku.
Dengan berpandangan mata bang Wando berkata, “Kamu mau punya anak dari pejuh polisi hah? Ohh yeah… Bayuh suka kontol polisi yeah… ahhh.. rasain kontol polisi! Kontol polisi emang nggak ada duanya kan?? Hah??”.
“Iyahhhhh bangggg ohhhhh Ahhhhh adek mau hamil ma abang… jadiin adek istri simpanan abang. Temapt abang numpahin pejuh kental abangggg uhhhh”. Aku sudah melontarkan kata-kata murahan layaknya seorang pelacur.
“Ohhhh tentuhhhh sayang…. Abang akan ngentotin lubang kamuh sampai dowwer! Argggghhh rasain kontol abang! Rasain nikmatnya dientot sama polisi kayak abang!!! Enak? Enakkkkk?? Enakkkk nggak??”.
“Sumpah… enakhhhhh arrgggggg uhhhh lebih kenceng bang…. Uhhhh robekin dubur dedek!! Auhhhh”.
“Dasar doyan kontol! Mampus kamu Bay! Biar kamu nggak bakalan lupa ama sodokan abang!! Rasain ini yeahhhh ah ah ahh ahh ahhh aohhh ahhh ah ah ah arhhhh argghhhh argghh uhhh awww ohhh ohh shiittt ohhh yeah…. Ohhhhh”. Bang Wando menurun naikkan pantatku secepat mungkin sehingga lubangku menjadi kemat-kemot menerima kontol sebesar milik bang Wando. suara gemuruh hujan menenggelamkan erangan dan desahan kami berdua.
Tubuhku yang kecil dan bang Wando yang besar sangat nyaman untuk posisi seperti ini. Pinggulku yang turun naik dengan ritme cepat mengurut-urut kontol besar milik bang Wando menggunakan lubang anusku yang merah, lembut dan berbulu. Anusku memiliki lubang yang berwarna pink jika sedang ditusuk oleh kontol. Disekitar anusku terdapat bulu-bulu yang tumbuh tidak terlalu lebat. Anus ku yang hangat itu didukung oleh pantatku yang gempal dan berisi penuh. Kontol bang Wando yang besar dan panjang itu menjejal paksa lubang anusku yang indah itu sehingga aku merasa kadang-kadang lubangku tertarik dan tertekan kedalam.
Clok-clok-clok! Kontol besar milik bang Wando memaksa masuk dengan cepat kemudian dia tekan dalam-dalam keliang anusku sampai menyentuh ususku lalu di tarik perlahan dengan penuh perasaan hingga lepas dari luang anusku. Plop! Setelah itu dia masukan kembali secara cepat dan dia tarik perlahan hingga keluar dari anusku. Kegiatan itu dia ulangi hingga beberapa kali sebelum dia kembali menghajar anusku dengan entotan yang kencang dan bertenaga.
“Arhhhh ahhh ahhhh ohhhhh hangat sekalihhh sayang… lobangmu lembuthhhh bangethhh ohhhh sayanghhhh abangggghhhh sayanggggg bayuhhhhh uhhh ohhh”.
“Adek jugahhh sayang abanghhhh auuuhhh”.
“Lagih? Yeah? Lagiiii?”.
“Lagiiiii ihhh ihhhh ohhhhh ohhh ahhhhhh”.
Sekarang giliranku yang mengoyangkan pantatku seperti seorang koboi yang sedang menunggangi kudanya. Aku yang bergelantungan pada leher bang Wando dengan mudahnya mengendalikan permainan panas ini. Pinggulku aku gerakkan seperti gaya ngebor lalu aku maju-mundurkan kembali.
Puas dengan gaya itu, aku menyuruh bang Wando duduk diatas pasir dan bersandar dikayu sedangkan kontolnya masih menancap sempurna didalam anusku. Layaknya kodok duduk, aku kembali menurun naikan pinggulku memuaskan kontol polisi kekasihku tersebut. Bibir bang Wando aku cium mesra sambil aku sedot bagian bibir bawahnya selembut mungkin. Sementara tangan nakalku kembali memilin dan memelintir putting susu bang Wando yang melenting karena saking horny-nya. Rambut dan tubuh kami sudah basah kuyup diterpa guyuran hujan tetapi aku belum merasa dingin karena pergumulan ini mampu menaikan suhu tubuhku. Genjotan anusku kepada kontol bang Wando kian cepat dan bertenaga. Kenyotan dari lubang anusku memberikan kontol bang Wando surga dunia yang paling dia idam-idamkan selama ini. Walau pipi duburku telah memerah akibat gesekan kontol bang Wando tetapi nikmatnya daging kenyal polisi itu mampu menerbangkan aku keatas awan dan bintang-bintang.
Aku belai pungguung kekar bang Wando sambil bibirku terus menciumi bibir seksinya. Aku rasakan setiap gerakan anusku mengemot-ngemot kontol bang Wando yang besar dan penuh didalam anusku sehingga inilah saat yang aku inginkan sejak dulu. aku menikmati acara persenggamaan dibawah guyuran hujan kali ini dengan penuh semangat dan gelora ingin bercinta. Anusku sudah capek mengocok kontol perkasa bang Wando yang belum ngcret-ngecret juga.
“Bang… capek adekkkkk”.
“Kasian pacar kakak. Kakak yang genjot yahhhhhh ahhhhh….”.
Bang Wando menyuruhku merangkak. Dia juga melakukan hal yang sama dan melakukan penetrasi dari arah belakang. Sodokan kontol perkasanya sungguh terasa sekali menyentuh prostat dan ususku. Dia hentakkan kontolnya dalam-dalam kemudian dia goyangkan. Uhhhh enak sekali rasanya. Tangannya yang rada kasar menggerayangi dadaku dan meremas-remasnya. Tak sampai disitu saja, lidah bang Wando juga nakal menjilati daun telingaku lembut. Dia kilik-kilik lubang telingaku dan kadang kala dia emut juga. Aku memang beruntung memiliki pacar seperkasa bang Wando. tubuhnya yang berisi ditopang perawakannya yang tampan semakin membuat aku menikmati coblosan kontol bang Wando dianusku. Nafasnya terdengar berat yang menandakan dia memiliki hasrat yang besar padaku. Pasir pantai sudah memenuhi sebagian dada, punggung dan kaki-tangan kami berdua. Untunglah air hujan membantu butiran pasir itu turun dan meninggalkan ketelanjangan kami berdua. suara dedaunan pohon yang tertimpa hujan dan tertiup angin menyamarkan erangan kenikmatan yang keluar dari mulut kami berdua sejak tadi. Mungkin jika ada orang yang kebetulan lewat dipantai, mereka pasti dapat melihat dan mendengar erangan erotis kami yang terbakar nafsu birahi.
Entah apa yang bang Wando pikirkan, dia memaksa satu telunjuknya untuk menjejal anusku yang masih sibuk merasakan gesekan kontol besarnya.
“Aduhhh duhhh duhhhh… apa itu banggggg??”, tanyaku.
Dengan berbisik ditelinga kananku bang Wando menjawab, “Adek dia sajahhhh yahhhh Uhhhh makin sempit dekkkkhhh ahhhhh Oh oh oh ahhhhh ahhh”. Kembali bang Wando mengentoti lubang pantatku dengan cepat.
Hentakan demi hentakan pinggulnya membuat aku berguncang. Bang Wando mencabut telunjuknnya kemudian dia peluk tubuhku dan dibawanya aku berbaring dipasir basah. Kini bang Wando sedang telentang dibawahku dan aku telentang diatas bang Wando. Kontol besarnya masih mentok dianusku yang mulai ngilu akibat gesekan kontol polisi itu. Posisi seperti ini sebenarnya kurang tepat kami lakukan mengingat hujan sedang turun dan tetesan air hujan akan masuk kemata atau hidung kami namun mensiasati itu bang Wando mengajak aku berciuman. Tangan besarnya memegang kakiku agar terangkat dan mengekspos anusku lebih nikmat lagi. Setelah itu kembali dia menghujamkan pistol surganya menusuk-nusuk anusku dengan tenaga kuda. Aku merasa enak banget dalam posisi ini. Aku merasakan sentuhan surga yang membawaku masuk lebih jauh kedalam ruangan hasrat. Plak! Plak! Plak! Plak! Bunyi pertemuan selangkangan bang Wando dengan pantatku. Kontol bang Wando yang bengkok keatas sangat nyaman menggenjot anusku. Dia putar-putar dan dia hentakan dalam-dalam hingga aku benar-benar menikmati sodokan bang Wando.
Bang Wando menghentikan sodokannya sejenak dan melepaskan ciumannya.
“Host-host-host… Abang istrihat dulu ya dek… capek abang ngentot kamu…”.
“Iyahhhh banggg.. adek juga capek…”.
Kakiku diluruskan sejajar dengan kaki bang Wando dengan kontolnya yang masih tertancap sempurna dianusku. Bang Wando memelukku erat sambil memejamkan mata seolah-olah menikmati tetesan hujan. Aku melakukan hal yang sama dan menggenggam erat tangannya. Kami terbuai dengan rintik hujan dan suara air langit yang jatuh keatas pasir tersebut.
“Dek… Abang nggak mau kehilangan kamu. Kamu mau kan selamanya ma abang?”.
Aku terdiam sebentar. “Tapi apakah abang akan begini terus sampai anak abang besar?”.
Kini bang Wando yang terdiam dan berfikir sejenak. “Abang memang aneh… disatu sisi abang merasa ini adalah terlarang tetapi abang juga membutuhkan ini untuk kepuasan abang. Dari dulu abang sadar kalau abang ini sebenarnya ada rasa dengan cowok namun baru dengan kamu abang lakukan hal semacam ini. Jujur abang begini Cuma ingin memuaskan nafsu birahi abang yang tidak bisa abang kendalikan. Abang buth semacam ini…”.
Kami diam.
Aku berbalik badan dan menduduki selangkangan bang Wando. setelah itu aku rebahkan kepalaku yang basah kuyup keatas dada bidang bang Wando. bang Wando memeluk punggungku mesra sambil dia ciumi ubun-ubunku.
“Bang… Walau kita mungkin tidak akan selamanya bisa seperti ini tetapi adek mau kalau selama kita masih bisa seperti ini, kita lakuin saja seindah mungkin. Karena mungkin saja ini adalah persenggamaan kita yang terakhir, kita tidak tahu itu”.
“Kok adek ngomong gitu? Nggak dong sayang… pokoknya abang janji bakalan rutin nusuk lubang kenikmatan adek. Biar sampai kapanpun…”.
Bang Wando kembali mengerakan kontolnya menusuki anusku. Aku menatap wajah tampannya dan memberi isyarat biar aku saja yang kali ini menggerakan pantat dan bang Wando terima beresnya saja. aku mulai memompa naik turun kontol bang Wando dengan anusku. Aku resapi rasanya yang hangat dan licin hingga aku terbuai akan nikmatnya percintaan ini. Aku belai wajah tampan bang Wando dan aku celemoti bibirnya semesra mungkin.
Beberapa menit kemudian aku percepat hentakan anusku hingga membuat kontol bang Wando menegang keras dan tampaknya akan memuntahkan cairan kental, putih dan anyir dari dalam kontolnya.
“ARGGGHHHHH SAYANNGGHHHH AHHHH OHHHH.. ABANGGGG MAUH KELUAR!!! AHHHHH AHHH ARGGGHHHH”.
Crooottt… crooottt… crooottt… croooottt….
Ya ampun, banyak banget pejuh bang Wando. meskipun cairan kelelakiannya sudah mengisi penuh anusku tetapi dia masih kuat menggenjot lubangku seolah-olah ingin mengaduk-aduk pejuhnya hingga tercampur rata dan pulen.
“Banggggg udahhh ahhhh udahhh bangggg!!!”.
“Yeahhhh ahhhh Ohhhh enakkkhhh ahhhhhh”.
Kontol bang Wando mengecil dan dia berhenti menggenjotku. Kami terpejam dan berusaha menarik nafas untuk memulihkan kondisi paru-paru.
Jam sudah menujukan pukul 3 sore. Hujan mulai reda dan kami membereskan tubuh kami yang kotor oleh pasir selepas bersenggama diatasnya. Dengan keadaan telanjang bulat, kami menceburkan diri kelaut dan mandi. Setelah bersih kami kenakan pakaian dan bergegas pulang.
Sepanjang perjalanan aku semakin erat memeluk perut bang Wando dan sesekali aku usap kepala kontolnya pertanda aku sayang dengan benda besar milik polisi itu.
Senja yang cantik mengiringi gesekan roda motor matic bang Wando dengan aspal menuju rumahku. Tit-tit… suara hape berbunyi. Ada sms masuk nih. Aku baca sms itu dan….
“Dek… Mas kepengen malam ini main ma adek. Kita ML yuk dirumah mas… Please sayang… Mas tunggu ya… dek…
**ArifCUKFBayu4Ever**”, bunyi sms dari mas Arifku.
Waduh, patah deh pinggangku hari ini. Aku balas sms mas Arif, sang Polisi Duren dengan singkat…
“OK”.



Rabu, 12 Desember 2012

Insert: main cabul dengan security

USAHA MENDAPATKAN MAS BOBBY

Umumnya para selebriti (celebrity) yang sudah mapan mulai melengkapi timnya dengan body guards atau security officer.

Tujuannya adalah untuk melindungi diri mereka dari "gangguan" para fans yang bertindak terlalu jauh, media masa pengejar berita infotainment dan kalau di negara-negara barat juga melindungi mereka dari para paparazzi - yaitu tukang foto atau juru foto yang mengambil momen eksklusif, pribadi, sensual, tendesius sampai yang cabul dari para selebriti untuk dibuat foto kemudian dijual mahal kepada media masa!

Sebagai seorang Satpam dari suatu Production House tentu saja aku sering sekali berhubungan dengan para body guards dan security officers dari para selebriti ini. Baik waktu mereka mengawal bos mereka ke kantorku untuk mengurus kontrak dan honor atau waktu mereka mengawal bos mereka saat sedang shooting di lapangan.

Aku sangat tertarik pada para body guards dan security officer ini. Terutama karena sebagai body guards atau security officer, tentu mereka harus bisa main keras dan main kasar dan hampir pasti mereka itu adalah laki-laki yang bertubuh atletis, berotot ketat dan jantan sekali.Tidak sedikit di antara mereka yang berwajah tampan, menawan dan enak dipandang dan nikmat dilihat.

Selain body guards dan security officer, maka ajudan para pejabat juga banyak yang berwajah tampan, berpenampilan jantan dan amat menawan.

Sehingga banyak di antara mereka yang wajah dan tubuhnya aku jadikan alat atau instrumen untuk berkhayal berfantasi sewaktu memuaskan syahwatku dengan cara merancap atau bermasturbasi [onani, coli, ngeloco, ngocok kontol].

Kalau aku jumpa body guard atau security officer [juga ajudan] berwajah tampan, jantan, menawan, bertubuh atletis ketat berotot dengan pandangan mata yang tajam,keras dan acuh tak acuh, apalagi dengan biseps yang kekar dan indah, maka keruan saja terbit air liurku! Kontolku jadi ngaceng, jantungku berdegup keras dan aliran darahku ber-desir-desir akibat disuguhi keindahan laki-laki yang sejati yang indah dan sempurna itu!

Mereka ini ada berbagai jenis dan tipe.Ada yang profesional dan anggota dari suatu security agency, ada aparat yang masih aktif, ada juga yang bekerka lepas atau sekedar preman dan orang sembarangan.

Di antara sekian banyak body guards, security officer dan ajudan yang datang pergi ke kantorku ada yang aku kenal dekat, yaitu Mas Bobby!

Mas Bobby adalah seorang aparat aktif dari suatu instansi. Orangnya ramah dan pandai bergaul dan yang paling penting dan yang aku sukai ada lah wajahnya tampan,tubuhnya atletis ketat berotot, berotak cerdas dan penampilannya tangkas!

Jika Mas Bobby datang ke kantor ku, aku selalu berusaha keras agar aku bisa melakukan PDKT [pendekatan] dengan Mas Bobby - supaya dia mau berteman denganku. Tentu saja semuanya itu aku lakukan dengan cara-cara yang elegan dan tidak mencolok,tidak kampungan dan tidak over acting. Ta'i!

Meskipun [kata orang] aku punya tampang lumayan dan bentuk badan meyakinkan dan sering juga jadi perhatian orang, tapi statusku yang hanya Satpam tentu merupakan penghambat dan kelemahanku!

Tapi dengan ketekunan dan bakatku PDKT kepada sesama jenis [laki-laki] dan tentu saja dengan modal sekedarnya - seperti memberikan suprise-suprise kecil - pada Mas Bobby akhirnya aku berhasil juga diterima sebagai teman oleh Mas Bobby.

Tentu saja perjuanganku belum selesai, karena sasaranku [goal] adalah menikmati tubuhnya yang atletis ketat berotot, mengisap kontolnya dan menelan pejuhnya! Syukur-syukur kalau dia mau mengentoti bo'olku dengan kontolnya yang pasti besar itu atau sapa tahu aku diizinkan merojok lobang pantatnya dengan kontolku yang berukuran besar dan tidak kalah besarnya dengan ukuran kontol kuda Arab! Demikianlah khayalanku yang liar dan cabul! Ta'i!

BERTEMAN DENGAN MAS BOBBY

Demikianlah, sejak hubunganku dengan Mas Bobby sudah mencapai taraf pertemanan maka aku makin leluasa menikmati Mas Bobby.Meski pada awalnya aku hanya bisa menikmati keberadaanku dekat Mas, ngobrol atau makan bareng.

Aku selalu siap dengan beberapa bungkus rokok kesukaan Mas Bobby di kantor dan kalau Mas Bobby datang ke kantorku mengawal bos-nya - aku selalu menghadiahkan sebungkus rokok buat Mas Bobby.

Begitu juga kalau tiba jam makan siang dan Mas Bobby kebetulan sedang berada di kantorku - aku selalu mengajak Mas Bobby makan siang bareng bersama dengan partnernya sesama body guard atau security officer,

Ketampanan, kejantanan dan keindahan Mas Bobby memang sangat menawan jiwa ragaku. Tidak heran jika Mas Bobby masuk dalam daftar instrumenku untuk berfantasi tentang laki-laki waktu onani !

Yang sangat aku sukai adalah melirik lengannya yang kekar dan tangannya yang kuat berotot,amat merangsang!Kontolku selalu ngaceng kalau berada dekat Mas Bobby - agaknya aura sexualnya amat kuat mempengaruhi gairah dan nafsu berahiku!

Berdasarkan perhitunganku pada ukuran-ukuran tubuhnya, baik tinggi badan, berat badan dan ukuran bagian tubuh Mas Bobby yang lain, juga bentuk wajah dan ukuran jemarinya, aku berasumsi bahwa kontol dan biji peler Mas Bobby berukuran besar dari rata-rata, sekurang-kurangnya sama dengan ukuran kontol kuda Australia atau paling tidak sama besar dengan kontol Ricardo Gelael yang terkenal sebagai kontol paling besar di ibu kota itu! Ta'i!!

Aku juga mereka-reka kelebatan jembut dan bulu keteknya serta bentuk puting susunya. Tentu saja aku berharap agar rambut dan bagian-bagian tubuh Mas Bobby sebelah dalam itu sama indahnya dengan bagian luar tubuhnya yang menawan!

Pertemananku dengan Mas Bobby sudah makin erat dan berkembang ketika aku mulai bisa mengajak dia nonton dan makan di luar - waktu dia sedang off. Tentu saja aku harus mencuri-curi waktu dan melakukannya sembunyi-sembunyi, agar perbuatanku tidak ketahuan oleh Kolonel Teguh ["Pemilik"-ku alias "Master'-ku]. Untunglah acara yang aku ciptakan cukup berhasil, karena Mas Bobby cukup senang.

Kemudian, aku juga mengajaknya berenang, karena katanya Mas Bobby hobby berenang. Aku pilihkan suatu resort yang bagus sehingga Mas Bobby puas dan menikmati acara berenang itu! Resort itu berada dekat villa Mas Teguh dan kebetulan Mas Bobby yang menawarkan agar gantian dia yang bawa mobil sendiri. Sehingga aku lebih mudah mengatur waktu tidak meninggalkan villa terlalu lama!

Sesudah berenang kami membilas badan bareng dan itu lah pertama kalinya aku melihat bagian dalam tubuh Mas Bobby secara lengkap dan kami bertiga [dengan Alex sesama Satpam kantor] telanjang bulat sempurna.

Semua asumsiku tepat,baik asumsi tentang bentuk dan ukuran kontol, biji peler dan puting susunya maupun asumsi-asumsiku tentang kelebatan dan pola pertumbuhan jembut dan bulu keteknya. Ta'i!

DIENTOT MAS BOBBY

Akhirnya datanglah saat yang aku tunggu-tunggu. Suatu kali ada shooting di luar kota dimana aku bertugas ikut mengawal. Sementara itu Mas Bobby pun mengawal bosnya yang juga akan ikut main sinetron. Aku berharap agar : the dream comes true. Paling tidak aku bisa menginap bareng Mas Bobby - satu kamar. Aku tidak dientot Mas Bobby juga tidak apa-apa asal bisa tidur sekamar. Oleh karena itu aku kontak dengan seksi akomodasi.Aku sengaja membayar sewa kamar hotel sendiri dan bahkan aku juga minta agar diatur sekamar dengan Mas Bobby.Lama shooting sekitar 5 hari dan kelak aku merasa bahwa usahaku itu tidak sia-sia!

Seksi akomodasi tidak keberatan [dan juga tidak curiga], apalagi aku bayar kamar sendiri. Yah, kalau mau ngentot tentu harus bermodal: There is no free lunch - kata orang Amerika!

Perjalanan kelokasi makan waktu cukup lama. Kira-kira jam 22:00 kami baru tiba di hotel. Setelah Mas Bobby selesai mengurus bosnya dan bagi tugas dengan partnernya, kami masuk kamar hotel. Aku segera masuk kamar mandi,karena aku ingin tampak rapi di hadapan cowok pujaanku itu.Selesai mandi aku menutup auratku dengan handuk dan keluar kamar mandi.

Kulihat Mas Bobby sedang berbaring terlentang di atas tempat tidur.Dia mengenakan kancut minim dengan label Calvin Klein - hampir telanjang bulat! Darahku menggelegak disuguhi pemandangan indah dan kelaki-lakian seperti itu oleh Mas Bobby!

Untuk basa-basi dan sopan-santun aku mengambil posisi di balik lemari untuk mengenakan pakaian dan aku menghadapkan tubuhku ke tembok. Ketika aku akan mengenakan kancutku,tiba-tiba Mas Bobby sudah di belakangku dan dia merenggutkan handuk dari auratku sehingga aku telanjang bulat. Aku tak melawan.

Segera saja aku merasakan pelukan Mas Bobby dari belakang. Mas Bobby pun sudah telanjang karena aku merasakan gesekan kontol dan jembutnya di belahan pantatku!Aku juga bisa merasakan gesekan tubuh bagian depannya yang keras dan ketat di punggungku - aku merasakan gesekan kedua puting susunya yang tegang dan melenting di punggungku. Aku merasa amat nikmat, bahagia dan terhormat - karena seorang lelaki yang tampan jantan dan sempurna mau menikmati tubuhku secara fisik!

Tidak lama,Mas Bobby mengesek-gesekkan tubuhnya ke tubuhku. Kemudian aku dibimbing ke tempat tidur, lalu ditindih dari depan. Aku bagaikan akan disetubuhi dari depan bagaikan aku seorang perempuan.Aku terpejam dan aku merasakan lumatan bibir Mas Boby di bibirku.Lalu aku merasa kedua tangannya memainkan kedua puting susuku. Nikmat! Kemudian kontolnya digesekkan ke jembut dan juga perutku.

Selanjutnya Mas Bobby berusaha membalikkan tubuh-ku. Aku tahu dia mau menyodomi lobang pantatku! Tapi aku bertahan! Maka terjadi lah pergumulan seru yang terasa amat kelaki-lakian antara aku dan Mas Bobby.

Aku bisa merasakan tenaga kuat Mas Bobby yang berusaha memaksa tubuhku berbalik. Aku bertahan keras dan dia berusaha keras,keringat kami mulai keluar dan tubuhku kami bergesekkan licin dan nikmat!

Supaya, Mas Bobby tidak kecewa, aku mengalah sehingga dia berhasil membalikkan tubuhku, lalu memiringkan tubuhku dan akhirnya dia berhasil merojok lobang pantatku dengan kontolnya.Dengan kasar Mas Bobby menyodokkan kontolnya ke bo'olku berkali-kali,sakitnya bukan main! Meskipun lama kelamaan nikmat juga ketika kontolnya menggesek kelenjar prostatku di bagian depan poros usus! Ta'i!

Beberapa kali Mas Bobby memkasa aku merubah posisiku supaya dia mudah menyodok bo'olku. Aku tetap bertahan, sehingga Mas Bobby mulai main kasar!Dengan otot body guardnya dia menggampar kedua belah bokongnku dengan amat keras PLAKK! PLAKK! PLLAKK! PLAKK!. Aku kaget tapi bahagia karena Mas Bobby telah memaksa aku agar dia bisa menikmati tubuhku [bo'olku].Itu satu kehormatan bagiku.Aku bangga,aku bahagia telah diperkosa!

Rupanya Mas Bobby tidak marah, karena setelah aku mengubah posisi, dia masih mau mencari-cari kontolku dengan tangannya untuk dikocok. Lalu dia mensikronkan gerakan kocokannya di kontolku dan gerakan "pompanisasi" di boolku : maju-maju, mundur-mundur, maju-maju, mundur-mundur! Begitu terus makin cepat makin cepat... dan akhirnya pejuh Mas Bobby dan pejuhku berhasil muncrat bareng ... CROOOOOOOOOOOOOT!CROOOOOOOOOOOOOOOOT! Terus keluar seakan tak henti-hentinya sampai akhir nanti!

Setelah pejuh kami keluar semua, kami berdua tergelimpang terlentang dan telanjang di atas tempat tidur.Pebuatan itu kami ulang-ulang tiap malam selama lima hari sampai kami pulang! Ta'i!

Berbagai variasi hubungan sex sejens dicobakan ke tubuhku oleh Mas Bobby. Suatu kali dia paksa aku mengisap kontolnya, lain kali dia setubuhi aku dari depan dan menyuruh aku menjepit kontol-nya dengan pahaku. Pada kesempatan lain kami main gaya 69.Pendeknya selama lima hari itu aku merasa seperti pengantin baru yang berbulan madu!

Sayang sekali, kontrak Mas Booby dengan bos-nya berakhir. Karena artis bintang sinetron yang dikawal Mas Bobby menikah dan dia menggunakan body guard dari security agency lain yang biasa dipakai suaminya. Sejak "bulan madu" dengan Mas Bobby itu, aku tidak pernah jumpa dia lagi dan kami sama sekali tidak pernah kontak. Aku coba telpon dan sms di HP-nya tapi tidak pernah bisa tersambung. Entah dimana Mas Bobby sekarang!

[JEMBUT]

Sumber: http://trick-gis.blogspot.com/2012/02/main-cabul-dengan-security.html

Intermezzo: Polisi Durenku

Musim duren tahun ini membuat aku pusing. Gimana nggak pusing? Saking banyaknya yang jual duren di pinggir jalan, dari arah sekolah sampai gang dekat rumahku semuanya bau duren. Walau aku sebenernya suka duren tapi kalau kelamaan mencium udara yang terkontaminasi aroma duren juga nggak enak, tapi malah enek! Untung aku terbantu dengan masker yang sengaja aku bawa untuk mengurangi debu yang masuk ke hidung jadi sedikit berkurang beban hidung mancungku ini. Pokoknya kalau bule-bule lewat jalanan ini pasti mereka muntah deh.
Musim duren memang menjadi berkah tersendiri bagi penjual duren tetapi musim duren kali ini tidak hanya menguntungkan bagi mereka namun juga menjadi berkah tersendiri buatku.Kok bisa ya? Kasih tau nggak yahhhhh???? Hehehehe.. Karena pada cerita kali ini, semua ada hubungannya dengan buah duren dan “duren”,duda keren. Nah lho duda keren toh? Huh… Pantesan. Duren yang aku temui ini bukan sembarang duren. Dia adalah seorang duren dan juga seorang polisi dan yang paling anehnya lagi hubungan kami berawal dari buah duren. I Love Duren!
Aku ingat, hari itu jum’at sore. Aku yang dari tadi main PS sendirian di rumah tiba-tiba dipanggil ibu.
“Bayu… Cepet kemari…”, panggil ibuku dari arah dapur.
Padahal aku lagi asik main game tempur. “Bentar… lagi nanggung nih bu”, tolakku. Aku dengan cekatan menekan-nekan tombol di stik.
“Cepet Bay… Ini ada pesen dari tentemu!”, desak ibu.
Ih… Ibu nggak asik banget sih. Akupun bergegas mendatangi ibu dan langsung mematikan PS beserta TV.
“Ada apa sih Bu?”, tanyaku ketus.
“Tantemu mau dibeliin duren katanya. Tadi telepon ibu. Kamu carikan duren yang enak gih. Ambil uangnya di tas ibu didekat lemari”. Ibu tampak sedang sibuk menyiangi sayur.
Aku dengan agak cemberut bertanya, “Berapa buah bu?”.
“Bawa uang 50. Kalau ada yang 25, beli dua tapi kalau lebih dari dua lima beli satu aja. Kamu cariin yang manis lho Bay. Kamu tau kan gimana ciri-ciri duren yang manis?”.
“Iya, tenang aja”. Dengan masih agak malas aku menuju kamar ibu dan mengambil uang selembar 50 ribuan.
Tanteku itu memang nyebelin banget. Beliau sedang hamil muda dan ngidam. Kenapa nggak suruh suaminya aja yang beliin eh malah aku yang disuruh. Mentang-mentang aku deket sama pedagang duren, dia seenaknya nyuruh mama beliin dia duren. Otomatis kalau mama sibuk aku deh yang musti menuhin permintaannya. Kenapa nggak kesini aja sih, kan aku nggak repot kayak gini.
Aku menghidupkan motor matic-ku lalu bergegas menuju tempat orang jualan duren. Sengaja aku berkeliling kota sebentar supaya nggak cepet balik ke rumah, itung-itung cari angin segerlah.
“Duren-duren-duren… 20 ribu!”, teriak salah seorang pedagang buah dipinggir jalan berusaha menawarkan dagangannya.
Nah, murah tuh. Aku menepi dan turun dari motor.
“Duren dek?”, tanya pria itu.
“Berapaan bang?”.
“20 aja. Manis-manis lho ini. Kami jual murah hari ini soalnya kami mau segera pulang”.
“Boleh pilih nggak?”.
“Boleh. Tentu boleh. Silahkan adek mau yang mana? Semua 20 ribu saja”.
Aku mulai memilih-milih dengan teliti pada duren yang aku yakini bercita rasa manis dan legit. Aku cium-cium buah duren itu dan aku perhatikan setiap tangkainya. Tiba-tiba…
“Permisi mas. Berapaan durennya?”, tanya orang itu pada tukang buah.
“20 aja pak. Manis-manis itu”, jawab tukang buah.
Aku awalnya tidak memperhatikan calon pembeli disampingku ini karena aku masih sibuk dengan mencari-cari duren yang enak.
“Ini kayaknya manis dek”, tegurnya sambil memegang duren didepanku.
Aku menoleh kesumber suara itu. Bruak! Hampir saja aku jatuh kearah tumpukan duren, ternyata orang yang ada disampingku ini adalah seorang polisi berpangkat IPTU dan ku taksir umurnya sekitar 30 tahunan, Kulitnya coklat terbakar, tubuhnya tegap berisi dan senyumnya itu lo yang bikin aku mau ambruk, manis sekali karena dia memiliki bibir yang tipis. Tulisan Panji Arifin tertera jelas di dadanya.
“Memangnya kaya gimana duren yang manis pak?”, tanyaku pura-pura nggak tahu. Sebenarnya itu Cuma modus agar dia mau memilihkan aku duren. Hehehe ;>
“Pertama liat tangkainya, kalau rata berarti itu dipotong sebelum matang. Terus aromanya jelas tercium, bukan samar-samar…”.
Aku nggak memperhatikan ucapannya tapi aku lebih tertarik buat perhatiin cara dia menjelaskan.
“Bapak pilihin aku dong. Takutnya nanti aku salah pilih”, pintaku.
Dengan senang hati dia memilihkan tiga biji duren yang paling baik.
“Punya bapak kok dua saja?”, tanyaku ketika melihat dua buah duren yang dia sisihkan untuk dibelinya.
“Dua aja nggak abis…”.
Dia kembali tersenyum manis. Ini polisi kok cakep banget ya… Andaikan aku bisa kenal lebih jauh dengan dia.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ketika duren yang ada didepanku sudah cukup meyakinkan. Aku sebenernya ingin menawar 3 buah duren itu dengan harga 50 ribu pada abang tukang buahnya. Kali aja aku berhasil.
“Berapa bang punyaku?”.
“60 dek”.
“3, 50 ya bang?”.
“Nggak bisa dek, itu sudah harga murah lho. Mana ada yang jual duren 20 ribu sekarang”, tolaknya.
“Duren yang inikan kecil bang, jadi 3 biji 50 ya?”, rayuku lagi.
“Maaf dek. 50 dapet dua aja”.
Ini abang pelit banget. Ya sudahlah…
“Adek mau beli 3 biji?”, tanya pak Arif padaku.
“Iya pak, maunya sih begitu tadi tapi nggak bisa ditawar-tawar lagi”.
“Bang, punya saya berapa?”, tanya pak Arif sambil mengangkat dua buah  duren yang sudah terikat tali ditangannya.
“40 pak”.
“Sekalian dengan punya adek ini ya”.
“Yang bener pak? Makasih ya pak”, ucapku senang.
“Iya sama-sama…”.
Aku buru-buru membawa tiga buah duren itu pergi dan manghidupkan motor setelah menyerahkan uangku pada abang penjual buah. Jujur perasaanku saat itu gugup, seneng dan gemetar. Aku takut kebablasan buat memeluk tubuh pak Arif kalau aku telalau lama dekat beliau. Tanpa aku sadar…
Tit-Tit-Tit… suara klakson motor mengagetkanku dari arah belakang. Aku yang sudah memasuki gang menuju rumahku akhirnya menghentikan laju kendaraan dan menoleh. Tampak dibelakangku seorang polisi yang aku yakini sebagai pak Arifin, polisi yang membantuku di tempat pedagang duren tadi, sedang menuju kearahku menggunakan motor gedenya.
“Tunggu dek. Hape-mu jatuh tadi didekat tumpukan duren. Untung saya sempat mengejar kamu”. Dia mengeluarkan hape saya dari kantung celananya dan menyerahkan barang itu padaku.
“Waduh jadi ngerepotin bapak. Makasih ya pak, aku nggak sadar tadi hapeku jatuh. Untung ada bapak...”. aku mengambil hapeku dari tangannya.
Langit memang punya rencana lain. Tibe-tiba saja hujan lebat turun dan kontan saja aku langsung mengajak pak Arif singgah dirumahku. Pak arif menyetujuinya dan setelah sampai didepan rumahku, dia aku persilahkan masuk.
“Duduk dulu pak. Saya mau menaruh duren dulu sebentar”.
“Makasih dek. Iya silahkan”, ucapnya. Baju coklat dan celana coklatnya agak basah karena terkena hujan lebat kemudian dia mulai duduk di kursi tamu.
Tak lama kemudian aku keluar dengan membawakan segelas air teh hangat untuk mengurangi efek dingin pada tubuh berisinya.
“Wah, pakai acara repot-repot segala…”.
“Nggak apa-apa pak. Bapak juga sudah menolong saya tadi. Silahkan diminum tehnya pak, mumpung masih anget”.
Aku duduk disamping pak Arif.
“Oh iya dek, dari tadi kita ngomong tapi bapak belum tau nama kamu”.
Aku menjulurkan tangan dan menjabat tangan pak Arif. “Saya Bayu, pak. Kalau bapak?”.
“Panggil saja saya pak Arif”.
Setelah itu kami ngobrol panjang lebar dan aku baru tahu kalau dia itu seorang duda yang ditinggal istrinya meninggal karena kecelakaan. Walaupun dia duda tetapi dia belum mempunyai anak. Pernikahannya selama enam tahun dengan mendiang istrinya belum juga membuahkan keturunan. Apa mungkin dia mandul? Atau istrinya yang mandul? Wah, pas banget nih aku kenalan dengan “duren”.
Istrinya sudah hampir setahun meninggal dan dia masih belum kepikiran untuk mencari pengganti sang istri karena dia masih merasa sangat kehilangan. Dia tinggal dirumahnya sendirian sehingga aku mengerti kenapa dia bilang makan duren dua biji saja dia tidak habis ternyata dia memang makan duren itu sendiri. Suatu saat aku mau nolongin pak Arif ngabisin durennya.
Dia memberi tahuku alamat rumahnya dan dia mempersilahkan kapan-kapan aku bisa mampir kesana. Kebetulan daerah tempat tinggal rumah pak Arifin, sering aku lewati kalau mau ke pasar bersama ibu.
Hujanpun reda dan beliau berpamitan untuk pulang. Sebenernya aku mau menahan beliau untuk tidur dirumahku tapi apa mungkin? Hahahaha.. Dasar Bayu!
Semenjak saat itu aku sering mencari alasan buat kerumah dia. Entah Cuma lewat atau kebetulan lagi suntuk dan pengen jalan-jalan kerumahnya. Aku ketempat mas Arif ketika sore hari atau saat beliau ada dirumah, malam harinya. Aku dan dia sudah seperti saudara dan dia tidak sungkan untuk membawa kau kekamar ketika aku main kerumahnya. Akupun tidak lagi manggil dia dengan sebutan pak Arif tetapi dengan panggilan manja, mas Arif.
Hubungan kami semakin dekat dan aku menikmati itu. Sampai suatu ketika, aku berkesempatan untuk memancing nafsu birahi mas Arif.
Aku saat itu memiliki alasan yang tepat buat nginap dirumahnya karena dirumahku lagi ada keluarga dan kamarku dipakai untuk tempat tidur sementara mereka. Dia tidak keberatan dan mempersilahkan aku menginap dirumahnya untuk beberapa hari. Kalau kesempatan nggak boleh disia-siakan.
Hari pertama biasa-biasa saja dan tidak ada kejadian apa-apa tetapi hari kedua, barulah terjadi hal yang selama ini aku impi-impikan.
Mas Arif mempercayakan satu buah kunci serep rumahnya padaku. Aku yang baru saja pulang dari ekskul disekolah langsung kerumah Mas Arif. Pintu rumahnya aku buka lalu kemudian aku kunci dari dalam dan aku cabut kuncinya. Kalau dia datang, dia tidak akan tahu jika aku sudah berada didalam. Jam sedang menunjukan pukul setengah enam sore, biasanya mas Arif sudah pulang dari kantornya. Aku mulai bergegas menjalankan rencanaku dan masuk kekamar mandi tanpa menguncinya. Aku lepas seluruh pakaian yang melekat ditubuhku dan mulai berendam di bak mandi. Aku sengaja menarik tirai penyekat bak mandi supaya pas nanti mas Arif masuk dia tidak menyadari kalau aku ada didalamnya.
Dua puluh menit kemudian, rencanaku berjalan mulus. Sesosok tubuh tinggi 176 cm dan berat 70 kg masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya. Dia langsung melepas seluruh pakaian yang melekat ditubuh padatnya yang masih terlihat berotot dan langsung menyibak tiraiku.
“Eh ada mas Arif…”. Aku seolah-olah malu dan menutupi kontolku dengan telapak tangan.
“Bayu?! Aku kira kamu belum pulang karena pintu terkunci tadi”.
Nih polisi sengaja apa ya? Dia masih tegap berdiri dengan kontolnya yang masih lemes tergantung dihadapan mataku. Apa dia tidak risih?
“Tadi aku sengaja mas. Soalnya takut ada yang masuk pas aku lagi mandi”. Untung motorku aku taruh disamping rumah, jadi dia nggak ngeliat motorku.
“kalau gitu kamu mandi saja duluan. Mas keluar aja”.
Buru-buru aku mencegahnya. “Nggak perlu mas. Mas mandi aja di shower. Atau aku saja yang di shower dan mas disini. Gimana?”.
Dia berfikir sejenak lalu beranjak menghidupkan shower. Uh, kayaknya rencanaku berjalan mulus kali ini. Sebenarnya kontolku mulai ngaceng jadi aku tak berani menunjukan kontolku di depan mas Arif. Takut dia curiga! Aku kan belum tahu kalau dia suka ama aku atau tidak. Sebagai jaga-jaga saja sih sebenernya.
Entah kenapa tiba-tiba aku menangkap kalau kontol mas Arif juga mulai ngaceng. Mungkin kah dia lagi horny?
“Dek, tolong usapin punggung mas dong”, pintanya.
“Hah? Apa mas?”, aku tersadar dari lamunanku.
“Gosokin punggung mas. Mas nggak nyampe nih”.
Duh, gawat nih. Kontolku udah ngaceng berat lagi. Tapi kalau aku nolak nggak enak juga. Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir didalam hidupku. Aku pun bangkit dan sepertinya mas Arif memperhatikan kontolku yang sudah ngaceng.
“Punya Bayu ngaceng tuh. Pengen pipis ya?”.
“Ermmmppp iya kayaknya mas”, kelitku.
Aku mulai mengambil penggosok tubuh dan menyabuni punggung mas Arif. Setelah selesai menyabuni punggungnya, aku diminta untuk menyabuni dadanya sekalian. Mas Arif membalikan badan dan menghadap kearahku. Dug! Ya ampun… Kontolnya gede amat…. Ngaceng lagi. Pantesan dia memunggungi aku dari tadi. Kontolnya yang panjang  mulai menyentuh pusarku sehingga menimbulkan gesekan-gesekan yang semakin membuat kami ngaceng.  Sengaja atau tidak sebenarnya aku menikmati gesekan kontol besar dan perkasa milik mas Arif.
Aku tahu bahwa dia sudah lama tidak menyalurkan hasratnya pada lubang. Tapi apakah dia bener-bener suka cowok? Mungkinkah dia sedang mabuk atau kerasukan setan “Gay”? Arkhhh! Bodo! Aku kemudian menatap mata mas Arif, berusaha mencari arti dari perbuatannya ini dan ketika tatapan mata kami bertemu.
Cup!!! Dia menunduk dan menciumi bibirku dengan lembut. Aku seperti mendapat duren runtuh rasanya. Aku benar-benar tidak menyangka bakalan segampang ini menakhlukan sang duren polisi.
Aku membalas ciumannya sambil tanganku mulai berani mengocok kontol ma Arif. Wuih… Hangat dan gede sekali digenggaman tanaganku… Bibirnya yang tipis memilin bibirku yang merah sensual. Matalu terpejam dan lidahku mengganas untuk bertarung dengan lidah mas Arif. Rasa lembut dan penuh kepasrahan merasuki tubuhku. Aku benar-benar menikmati ciuman Mas Arif. Inilah yang aku suka dari pria yang telah berpengalaman, mereka sangat lihai memperlakukan pasangannya.
Aku mendorong dada bidang mas Arif. “Mas, kita mandi dulu ya. Adek mau kita ngelakuin ini dengan keadaah siap”. Aku ini bodoh atau dungu sih? Kok bisa-bisanya aku menunda hal yang sudah aku inginkan sejak dulu.
“Yah adek…. Mas udah tegang banget nih. Adek harus tanggung jawab ya? Mas udah lama nggak keluar…”, rengeknya sambil berusaha menciumi bibirku kembali.
Aku mengecup bibir mas Arif dan kemudian mandi sampai bersih bersamanya.
Setelah kejadian dikamar mandi, kami sungguh berbeda. Mas Arif mulai lepas dan memperlakukan kau seperti kekasihnya. Di meja makan aku yang duduk di pangkuannya merasakan tonjolan diselangkangan mas Arif menusuk-nusuk pantatku. Kami makan sambil bersuap-suapan dan sesekali berciuman. Mas Arif bener-bener bisa banget bikin aku terklepek-klepek.
Selesai makan dan gosok gigi kami langsung masuk kamar. Motor kami sudah dimasukan dan pintu rumah telah terkunci sempurna padahal jam masih menunjukan pukul delapan.
"Bagaimana dek, mau langsung?" tawar mas Arif.
Pake acara ditanya segala. Aku pikir aku nggak perlu menjawabnya dan lebih baik langsung mendekati mas Arif, kemudian aku mulai mengelus-elus tonjolan di celana bagian depannya
 "Dek… Mas mau dienakin ama kamu. Tapi mas nggak mau ngapa-ngapain kontol kamu. Nggak papa kan?" tanya mas Arif sang TOP sejati
 Aku menjawab hanya dengan anggukan kepala sedangkan tanganku terus mengusap-usap tonjolan kontolnya yang besar itu. Kemudian aku buka baju kaosnya dengan mesra. Aku sangat suka sekali melihat badannya yang tegap dan berisi apalagi saat dia mengangkat tangannya saat aku membuka bajuya, kedua tangannya itu terlihat kekar dan keras sekali dan ketiaknya penuh dengan rimbunnya bulu, jujur aku nggak terlalu suka bulu ketiak yang lebat dan biasanya membuatku agak sebal, tapi wajah ganteng dan dada kekarnya membuat semua itu nggak penting buatku. Dadanya terbentuk meski bukan sepeti binaragawan. Dadanya bidang dan bersih dari rambut dengan kedua pentil yang kecil tapi menonjol dan sekeliling pentilnya tumbuh rambut-rambut. Lalu aku melihat ke pusarnya dan disana banyak di tumbuhi rambut yang aku yakin tumbuh menyemak di pangkal kontolnya.
Aku langsung memegang kedua pentilnya dan pelan-pelan memilin-milinnya, lalu tiba-tiba aku mendengar dia mendengus agak keras.
“Argggghhh Dekkkkk!”. Tampaknya dia sangat suka kalau kedua pentilnya dimainkan dan itu membuatku semakin semangat. Dia kusuruh duduk dipinggir tempat tidur dan aku mulai menjalankan aksiku. Aku menghisap-hisap pentilnya seperti bayi yang sedang menyusu, dan pentilnya semakin menonjol serta kian keras. Dia mulai meracau pelan saat aku menyesapi pentilnya dan semakin keras gumamnya saat ujung pentilnya aku jilati juga dengan ujung lidahku sementara tanganku mengusap-usap dada kekarnya yang sudah terbentuk karena latihan itu.
 Pentil kerasnya kugigit-gigit pelan sambil aku tarik-tarik kemudian aku hisap dengan kuat. Rasa nikmat dan sensasinya luar biasa! Dia terus mendesah dan bergumam keenakan. Lalu tanganku mulai bergerak ke bawah dan mengusap bulu-bulu yang tumbuh disekitar perutnya dan pelan-pelan membuka ikat pinggakancing celananya sambil mulutku terus mengeyot pentilnya. Nampaknya sensasi kenyotanku di pentil dan gerakan tanganku yang membuka celana panjangnya pelan-pelan sampai dia hanya memakai celana dalam saja membuat dia semakin bergairah. Beberapa kali dia dengan sengaja menumbur-numburkan kontolnya yang masih di dalam kolor ke badanku.
Aku berdiri dan melepas semua pakaianku sampai telanjang bulat. Kontolku sudah ngaceng berat dan dia tersenyum melihat keadaanku itu. Cowok sakit mana yang nggak tertarik melihat tubuhku yang sensual ini…
"Gede juga kontol adek." pujinya kemudian.
"Tapi kontol mas lebih besar dari punya adek" kataku.
"Adek suka kan kontol mas yang gede ini?”.
Aku perhatikan dia yang sekarang tidur terlentang dengan celana dalam hitamnya sebentar. Badannya benar-benar luar biasa, sepertinya dia diberi waktu lebih banyak saat dibuat dulu sehingga dia lebih mempesona dari laki-laki kebanyakan.
Kakinya berbulu lebat dan pahanya meski tidak terlalu besar tapi kekar sekali dengan aksen bulu-bulu yang membuat bagian bawah perutnya ini menjadi seksi sekali. Aku berjongkok di lantai, lalu membuka kedua kakinya pelan-pelan hingga terbuka lebar. Seksi sekali melihat pemandangan itu dari sudutku berada. Aku merapatkan kedua kakinya sementara wajahku berada ditengah-tengah kedua pahanya dan menjilat-jilat mulai dari dengkul kirinya dan bergerak pelan ke selangkangannya. Lalu lidahku memutar-mutar di paha bagian dalamnya dan tangan kiriku mengusap-usap paha atasnya yang berbulu itu.
Sampailah ujung lidahku tepat di celana dalamnya bagian bawah. Aroma laki-laki segera tercium olehku. Aku cium-cium pelernya yang masih terbungkus dengan bibirku, aku menggerak-gerakkan bibirku nggak keruan di pelernya. Aku tarik keatas pinggiran celana dalamnya dan menarik satu biji pelernya keluar. Biji pelernya besar dan berbulu lebat, pasti banyak pejuh yang tersimpan disana. Aku membayangkan semprotan pejuhnya pasti banyak kalau pelernya seperti ini, pasti enak dan banyak sekali kalau aku telan pejuh Mas Arif.
Mas arif masih tidur terlentang saat aku mulai mengemoti biji pelernya yang aku keluarkan satu itu. Aku kemot pelan sekali dan bagian bawahnya aku jilati. Kadang aku kesulitan juga karena bulu yang tumbuh di biji pelernya suka rontok dan mengganggu lidahku. Setelah puas aku masukkan lagi biji pelernya itu dan aku melihat dia sedang menggigit ujung bantal, aku yakin dia pasti ngerasa enak sekali.
Dia menatapku saat kedua tanganku memegang pinggiran karet celana dalamnya dan pelan-pelan mulai kuturunkan. Bulu jembutnya tidak terlalu banyak sepertinya dia mencukur jembut itu beberapa hari yang lalu. Tapi kontolnya membuatku sangat kegirangan. Kepala kontolnya yang berwarna merah keunguan sudah menyembul dengan gagahnya dilengkapi ujung lubang kencingnya yang sudah basah!
Aku paling suka kontol seperti milik mas Arif ini dan aku menjadi begitu bergairah.
"Gila gede banget mas," kataku.
"Kenapa, takut ya dek?" tanyanya.
"Aku suka banget mas. Jadi nggak sabar deh". Dan tanpa membuang-buang waktu segera aku menjamah kontolnya yang sudah super ngaceng itu. Kontolnya besar dan panjang banget dengan kepala kontol yang lebih gede dari batangnya sehingga menambah seksi tubuh IPTU Arifin.
Aku gigit-gigit pelan ujung kontolnya lalu turun lagi kearah batang bawah kontolnya dan dia rupanya sangat suka juga dibegitukan. Dia menggigit lagi ujung bantalnya. Lalu giliran batang kontolnya menjadi sasaranku berikut. Aku pegang batang kontolnya dan aku tempelkan diperutnya, lalu lidahku menjalari di seluruh batang kontol bagian bawah sampai aku berhenti di lubang kencingnya dan lidahku kuputar-putar disekitar pinggiran kepala kontol bagian bawahnya itu.
Dia menyentak-nyentaknya kedua kakinya saat aku melakukan jilatan di pinggir kepala kontolnya itu dan sentakannya semakin keras saat ujung lidahku bermain-main menggeliti lobang kencingnya yang terus menerus ngeluarin cairan bening. Wajahnya terlihat merah dan terlihat berkerut seperti menahan sesuatu yang luar biasa. Dia bangun dan gerakan tangannya menyuruhku berhenti. Badannya kini terlihat memerah dibagian atas dan dia tersengal-sengal mengatur nafas sambil sesekali menggelengkan kepalanya.
"Kenapa mas. Mas nggak suka ya?".
Dia menatapku, "Mas hampir keluar tadi. Adek lihai bangetsih, semua yang mas pengen tadi kamu lakuin" ujarnya.
Aku tersenyum senang.
"Mas entot kamu sekarang aja ya?"
"Tapi kontol mas kan belum adek isep”.
 "Nggak perlu dek, mas udah nggak kuat. Nanti mas keburu muncrat, mas mau ngerasain ngentot cowok nih."
Aku setuju dan tadinya dia mau cari-cari sesuatu buat ngebasahin batang kontolnya.
"Nggak usah mas, sini adek jilat aja. Aku suka dientot kering aja, soalnya gesekan batang kontolnya berasa banget."
"Nanti adek sakit lagi", kata mas Arif.
"Nggak ko mas. Mas tenang aja. Aku suka kok, malahan enak banget." ujarku menyakinkannya.
Dia mengangkat kedua bahunya tanda terserah padaku.
"Mau posisi bagaimana mas?" tanyaku.
"Enaknya adek gimana?" dia balik bertanya.
"Mas pernah ngentot posisi mas di bawah nggak?"
Dia menggeleng.
"Ya udah kita coba gaya itu aja. Ya mas… Biar mas tahu gaya ini enak banget", rayuku.
 Dia merebahkan kepalanya di kasur dan aku mengangkangi kontolnya. Aku turun pelan-pelan dan saat ujung kepala kontolnya yang aku pegangin itu menyentuh lobang anusku aku berhenti sebentar untuk menarik nafas, ini sesuatu yang paling aku tunggu. Dia menatap ke arah kontolnya dan aku pelan-pelan memasukkan kepala kontolnya sedikit demi sedikit. Aku meringis dan menggigit bibir bawahku saat kepala kontolnya yang besar itu mulai masuk setengahnya. Lobangku mulai terbuka sangat lebar, karena kepala kontolnya salah satu yang paling besar yang pernah masuk ke lobang anusku.
Aku meringis dan mengeluarkan suara tanda aku sedikit kesakitan karena memang kontolnya masuk dalam keadaan kering tanpa pelumas. dan PLOPP...!!! masuklah semua kepala kontolnya dan aku mendesah lega. Saat aku membuka mata dia sedang menatapku dengan muka yang mengernyit seperti merasakan sesuatu yang aneh.
"Sakit yadek?" tanyanya.
"Nggakk.. hhh ... enakkkk. Mashhhh Uhhhhh" Aku mulai menaik turunkan pantatku dan dia terlihat mulai menikmatinya, terbukti dia mulai semakin banyak menggeram. Bahkan setelah beberapa lama ketika aku menaikkan pantatku dia menghujamkan batang kontolnya ke atas pertanda dia ingin terus mengocok lobang pantatku.
“Ah ah ah ah ahhhhh uhhhh enak dekkhhh uhhhh pantat muh uenak bangettttt!”.
 Aku istirahat sejenak di atas perutnya dan menggeol-geolkan pantatku untuk memutar-mutar batang kontolnya dan dia menggeram keras lalu dengan sekuat tenaga menghujam-hujamkan kontolnya sampai aku hampir jatuh. Melihat dia semakin ganas, aku memutuskan berganti gaya yang biasa. Posisi aku dibawah dengan memberikan bantal tipis dipantat biar lobang pantatku agak naik dan memberikannya kesempatan mengentot lobangku sekuat yang dia bisa.
Kedua kakiku kutekuk dan dia membimbing batang kontolnya masuk kembali ke lobang pantatku lalu menekannya kuat. Aku mengeluarkan suara seperti hendak buang hajat saat dia memasukkan batang kontolnya, rasanya sakit sekali karena dia memasukkannya dengan paksa dan sekuat tenaga. Dia sepertinya kesetanan dan menjadi buas sekali. Tanpa memberiku kesempatan untuk mengatur nafas, dia mulai memompa lobang pantatku sekuat tenaga. Mukanya mengernyit menahan enak dengan suara geraman dia pompa lobang pantatku dengan batang kontolnya dalam tempo yang sangat cepat.
Posisi seperti ini membuatku sangat nyaman, batang kontolnya yang panjang membuat ujung kontolnya dengan mudah menyentuh sesuatu di dalam lobang pantatku yang membuatku merasa begitu keenakan. Wajahnya memerah serta keringat menetes banyak sekali dan dia menggeram keras sambil terus mengentotin pantatku tanpa henti. Sensasinya luar biasa dan dia sudah begitu kesetanan dengan liarnya ngentotku sampai tempat tidurnya berderit-derit.
Nggak banyak gaya yang bisa aku buat karena dia sudah begitu liar, tapi itu nggak penting karena aku sudah merasa enak. Semakin lama erangannya semakin keras dan mulutnya terbuka lebar serta tusukan kontolnya semakin kuat, pantatku dipukul-pukul oleh pelernya. Aku sudah nggak tahan lagi, apalagi saat melihat ekspresi muka gantengnya yang keras itu saat mengentotku liar dan menahan enak membuatku ... CROTT ... CROTTTTT... CROOTTTT... Pejuhku tumpah ruah keseluruh badanku dan ke kasur, banyak sekali. Ini pasti pejuh terbanyak yang pernah aku semprotkan.
"Keluarin dimuka adek aja mas." kataku saat melihat dia semakin terengah-engah.
Dia menarik batang kontolnya dan mengarahkan dimukaku. "ARGHHHHHH ... Shhhtttt ahhhh Arggghhh!" geramnya sambil memukul-mukulkan batang kontolnya di wajahku, sakit tapi enak sekali. Lalu ... kembali CROTTTTTTTT ...CROTTT...CROTTT....CROTTTTTTTT Semburan panas keluar dari lobang kencingnya membasahi seluruh wajahku. Dia teriak keenakan meski suaranya ditahan biar tidak didengar orang. Seperti juga aku, pejuhnya bahkan beberapa kali lebih banyak menyemprot dari pada pejuhku.
Dia selesai menyemprotkan pejuhnya dan mengatur nafas. Aku memegang batang kontolnya dan menjilati sisa pejuh yang masih mengalir dari lobangnya. Kadang aku poleskan ke seluruh pipi dan bibirku jika masih ada sisa pejuhnya yang meleleh. Dia kemudian bangun dan duduk selonjor di kursi plastik, dan kedua kakinya terbentanglebar di atas kasur membuat pemandangan yang indah buatku.
"Gimana mas enak kan?" tanyaku.
"Enak banget dek. Makasih ya sayang" Dia terdiam kecapean begitu juga denganku.
"Nanti kita ngentot lagi yah, malam ini mas mau puasin sama adek" katanya.
Aku tersenyum dan mengangguk senang. Akhirnya malam ini aku akan dientot abis-abisan oleh mas Arif…