Sepertinya hujan
mulai reda. Aku yang sendirian dirumah malam minggu ini merasa sangat bete.
Tapi mau jalan aku males banget. Pasti jalanan basah dan licin mana dingin
lagi, bisa-bisa aku masuk angin. Mendingan dimasukin kontol deh dari pada masuk
angin. Hehehe..
Kak Satria ada
tugas malam ini, mungkin agak malam sedikit datangnya. Jadilah aku si angka
satu didalam kosan kak Satria. Sambil rebahan aku nyalakan TV dan kebetulan aku
juga masih sms-an ama kak Satria.
“Dek, kakak pasti
pulang ntar malem. Adek tungguin kakak yah”. Bunyi sms dari kak Satria.
Aku membalasnya.
“Adek kedinginan nih kak… Kakak cepet pulang dong, adek pengen diangetin…”.
“Sama dek, kakak
juga dingin banget nih ampe punya kakak berdiri tegang. Nggak sabar kakak
pengen pulang N ngentot adek. Siap nggak dek?”.
“Siap Pak!”,
candaku.
Kami asik sms-an
sampai-sampai aku tidak sadar ada suara dua motor dari arah depan rumah. Motor
itu berhenti dan sepertinya memang tamu untuk kosan kak Satria ini.
Salah seorang
mengetuk pintu. “Permisi… Permisi… Bay… Ni kak Ridwan”.
“Hah? Kak Ridwan,
si polisi temen kak Satria? Ada apa ya kesini?”. Dengan masih agak bingung, aku
bangun dan membukakan pintu rumah untuk tamu-tamu tak terduga itu. “Eh kak
Ridwan dan kak Agus. Ada apa kak?”, tanyaku.
“Satria ada bilang
ke kamu nggak?”, tanya kak Ridwan.
“Bilang apa?”.
“Belum ya? Coba
kamu sms Satria dulu”, pinta kak Ridwan.
Kak Ridwan
mengenakan baju kaos berwarna putih dan
kak Agus mengenakan jaket kulit hitam. Mereka sama-sama memakai celana coklat
khas polisi.
“Masuk dulu kak”.
Mereka melepas
sandalnya dan langsung masuk lalu duduk didepan TV. Sementara tanganku mengetik
sms untuk kak Satria. Ih, kak Ridwan dan Kak Agus malam ini cakep banget, bikin
lubang pantatku berdenyut-denyut aja pengen ditusuk pistol dua polisi ini.
“Gimana Bay, udah
dibales?”, tanya kak Agus.
“Belum kak.
Sebenernya ada apa sih? Kenapa musti kak Satria sih yang kasih tahu. Aku jadi
penasaran…”.
Tit! Bunyi sms
masuk di hp ku.
“Oh, Mereka mau
pinjem laptop kakak buat main game. Kasih aja Bay, laptop kakak di dalam tas
deket lemari”, bunyi pesan singkat kak Satria.
Ya ampun, aku
kira ada apaan ternyata Cuma mau pinjem laptop doang. Ngomong kek dari tadi…
“Oh, laptop ya
kak? Tunggu bentar ya… aku ambilin dulu”. aku bergegas mengambil laptop didalam
kamar. Tapi Kak Agus malah mambuntutiku masuk kekamar.
“Nggak usah Bay,
kakak pakai laptopnya dikamar aja. Enak dikamar sambil tiduran”.
“Oh, iya kak
silahkan”.
Tak lama
kemudian, kak Ridwan masuk sambil membawa sebuah kotak yang aku yakini itu adalah
stik untuk bermain game. Sebelum masuk dia mematikan TV. Ih, kok dimatiin sih?
Padahal aku masih mau nonton. Apa mereka pengen aku temenin dikamar ini? Ntar
aku diapa-apain lagi. Tapi nggak apa-apa juga sih, malah itu yang aku harepin.
“Udah, Bayu temenin
kakak main disini aja. Acara TV juga nggak rame. Mending temenin kak Agus dan
kakak main game”, kata kak Ridwan seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan.Ya
sudahlah, lagian mending liatin wajah n tubuh gagah mereka ketimbang nonton
acara nggak penting di TV. Ya nggak?
Triple OMG! Kak
Agus melepas jaketnya dan tampaklah tubuhnya yang masih berotot terbalut
singlet putih yang ketat. Aku hampir saja menyambar tubuhnya dan memeluk kak
Agus erat-erat. Sayangnya aku masih sadar kalau mereka ini temen-temen kak
Satria.
Merekapun mulai
bermain game di laptop. Keliahatannya mereka sangat senang bermain game sepak bola.
Aku hanya senyum dan sesekali menyahuti perbincangan mereka.
“Bay, bisa main
nggak?”, tanya kak Agus.
Aku menggeleng.
“Sini kakak
ajarin. Gampang kok. Nih”, kak Agus menyerahkan stik padaku. Aku akhirnya
mencoba mengotak-atik tombol-tombol yang ada di stik game. Pusing aku dengan
kombinasi-kombinasi tombolnya sehingga dengan mudah aku kalah 2-0 dari kak
Ridwan.
“Hahaha… Gol! Ayo
dong Bay, bisa –bisa jebol tuh gawang kamu kakak masukin terus”, kata kak
Ridwan.
“Ih, susah banget
kak. Aku nggak bisa ah… Biar aja deh jebol, yang penting asik. Hehehe”.
“Sini kakak
ajarin”, kata kak Agus. Dia mendekatiku dan langsung mengambil posisi duduk
dibelakang punggungku. Tangannya seperti memelukku dengan memegangi tanganku
yang masih memegang stik. Jujur aku gugup banget pas kak Agus mengambil posisi
seperti itu. “Oh Bayu, lo harus sadar bahwa dia itu temen BF lo! Kalau sampai
lo kepancing, mampus lo ditembak Satria. Lo sadar Bay!”. Aku memang agak risih
tetapi aku juga menikmati itu. Entah
mengapa disebagian dari diriku aku bahkan mengharapkan hal yang lebih akan
terjadi malam ini namun disisi lain aku juga sadar kalau mereka ini adalah
teman kak Satria, pacarku.
Kaki kak Agus di
kangkangkan sehingga entah sadar atau tidak bagian kontolnya menyentuh
pantatku. Kok sepertinya kak Agus sengaja ngelakuin ini. Buktinya tonjolan diselangkangannya
mulai mengeras dan terasa sekali dia mulai menggesek-gesekan benda kejantanannya
itu.
“Begini Bay,
tekan lalu tahan”, kata kak Agus.
Aku tak bisa
berkata apa-apa karena sebenarnya lidahku telah kaku dan sulit untuk
digerakkan. Sementara entah kenapa kayaknya kak Agus menyadari hal itu sehingga
dia semakin mendekatkan wajahnya kepipiku seolah-olah memperhatikan layar
laptop dengan serius. Aku sekarang ibarat boneka didalam pelukan seorang polisi
gagah ini karena sekarang jari jemarinya yang menggerakan jari-jemariku untuk
menekan tombol-tombol stik. Huh, aku memang seperti boneka! Tapi nggak apalah
yang penting aku bonekanya kak Agus yang perkasa ini.
“Gol!!!”. Kak
Agus berseru didekat telingaku manakala sebuah gol berhasil menembus gawang kak
Ridwan. Aku kaget dan lamunanku buyar.
“Arhhhh sialan
kamu Gus. Udah ah males jadinya main”.
Kak Ridwan melepas stiknya dan mengeluarkan aplikasi game.
“Dek, kita edit
foto yuk! Ajarin kakak ngedit foto buat di upload di FB”, ajak Kak Agus.
“Ok. Tapi foto
yang mana kak? Foto kakak nggak ada di laptop ini kan?”.
“Kita foto-foto
aja dulu”, kata kak Agus.
“Ayuk kita
foto-foto. Mumpung ada laptop nih biar besok pas ke warnet aku upload”, kata
kak Ridwan.
Aku mengatur
laptop dan mulai membuka aplikasi kamera. Tampak jelas dilayar laptop Kak Agus
memelukku sedangkan kak Ridwan duduk disebelah kami.
“Kak lepasin aku
dong, kan main gamenya udah selesai”, pintaku pada kak Agus.
“Nggak, biarin
aja dek. Kamu nggak suka ya? Kan enak diangetin kakak… Hehehe”, jawabnya.
Aku hanya
mengangkat alis tanda aku menerima perlakuan kak Agus. Kini kamera sudah siap
mengambil foto kami. Beberapa pose sudah kami lakukan. Mulai dari yang biasa
sampai yang luar biasa. Tapi tiba-tiba…
“Muahhhhh….!!”.
Crek! Sebuah foto
tak lajim tertangkap kamera. Kak Agus dan kak Ridwan mencium pipiku
bersebelahan secara bersamaan. Aku kaget dong dan lagi foto itu ada dilaptop
kak Satria.
“Kakak?!”,
sentakku kaget seakan tak percaya.
Terpampang jelas
sebuah bidikan kamera laptop 14 inchi itu. Bibir kak Agus dan kak Ridwan
menempel dikedua belah pipiku. Aku berniat ingin men-delete-nya namun buru-buru
dicegah kak Agus.
“Jangan Bay, biar
aja. Buat koleksi kakak. Ntar di cut aja ke flash disk kakak itu biar nggak
ketahuan kak Satria”, ucap kak Agus.
“Tapi kak, kalau
sampai ketahuan gimana? Aku nggak mau ah”. Aku masih berusaha menghapus foto
itu.
Kak Ridwan
memegang tanganku lalu kak Agus membisikan sebuah kata ditelingaku. “Kamu
tenang aja sayang. Kakak janji kakak nggak akan macam-macam kok ama kamu. Kakak
Cuma mau seneng-seneng aja ma kamu malam ini. Boleh ya…??”.
Aku benar-benar
sulit untuk meneguk air ludah. Entah mengapa kata-kata barusan menunjukan bahwa
aku akan diapa-apain oleh mereka berdua malam ini. Walau tadi aku berharap buat
diapa-apain tetapi aku nggak mau kalau sampai kak Satria tahu ini. Aku nggak
sanggup buat kehilangan kak Satria tetapi aku juga tidak bisa melawan
keperkasaan kedua polisi gagah berotot ini.
Kak Agus mulai
menciumi leherku sambil memegang tanganku sementara kak Ridwan memegang kakiku
sambil melepaskan seluruh pakaian dibadanku. Entah bagaimana caranya, kini kami
semua sudah telanjang bulat. Aku yang semula merasa bersalah kini sudah terbuai
oleh perlakuan mereka berdua. Putingku di sedot-sedot oleh kak Ridwan sementara
bibirku diciumi oleh kak Agus. Genggaman tangan di lengan dan kakiku mulai
melonggar dan akhirnya lepas tanpa ada perlawanan dariku. Aku memang begini
adanya kalau sudah dilanda nafsu, lupa segala-galanya.
“Isep dek!
Cepetan nih! Uhhhh”. Kak Agus menyodorkan
kontolnya yang mirip timun itu kearah mulutku. Aku yang saat itu udah
rebahan dipaha kanan kak Agus langsung menyentuh kontolnya dan Hap! Dengan
sekali sergap kepala kontol yang besar itu mampu mengahanyutkanku dalam
keindahan hasrat. Kepalanya berwarna merah muda dan lumayan bagus untuk ukuran
kontol kak Agus yang besar.
Kak Ridwan yang
sibuk dengan putingku akhirnya turun kebawah dan menguak lubangku lebar-lebar.
Entah apa yang aku rasakan saat itu, ketika bibir kak Ridwan sudah mengganas
menyeruput lubangku seperti mengenyot bibir. Uhhhh enak sekali rasanya.
Gatal-gatal nikmat!
Slurpppp! Ahhhh …
Slurpppphhh! Ahhhhh…
“Auhhhhh Ohhhhhh…
Enakhhh Bangetz Wan, isepan anakh inih… Kamu Mustih cobahhhh ahhhh uhhhh”,
racau kak Agus sambil menekan-nekan kepalaku agar bisa memasukan kontolnya yang
besar dan panjang itu kedalam rongga mulutku.
“Gila Gus, lubang
ni anak kok bentuknya bagus banget ya? Aku ngaceng eh, liatnya! Pengen banget
cepet-cepet nusuk dia”. Kembali kak Ridwan mencelemoti lubangku dengan
lidahnya.
Sekarang aku
sudah dalam keadaan nafsu berat dan tanpa sadar aku mengucapkan kata-kata sialan,
“Kak Rid… Entot dedek… Uhhhh”.
“Bener Dek?
Kontol kakak gede lho. Mau?”, tanyanya antusias sambil mengenggam kontolnya
yang besar dan panjang sekitar 20 cm itu.
Aku mengangguk.
Sekarang aku memposisikan diri seperti bayi yang sedang merangkak. Dihadapanku
sebuah kontol sedang menjejal mulut sedangkan dibelakang dengan gagahnya kak
Ridwan mulai mengentoti lubangku. Uh rasanya bener-bener enak…
“Ohhhh…. Isepppp
ahhhh”…
“Gila, lubang
Bayuh Uhhhh Enak banget! Uhhh oh oh ohhh”, racau kak Ridwan sambil mengentoti
lubangku.
Bunyi pantatku
yang dihentak-hentak oleh kak Ridwan semakin menggema memenuhi seisi ruangan.
Sodokan kontol kak Agus juga sampai-sampai menyentuh pangkal tenggorokanku.
Dadaku yang nganggur langsung saja diremas-remas kak Ridwan. Tangannya yang
agak kasar sempat membuat aku merintih-rintih kesakitan namun aku suka dengan
gaya bercinta mereka yang kasar. Aku yang
terus mencaplok kontol Kak Agus yang gede dan super tegang, kini
mempermainkannya dengan mulut dan lidahku yang kata kak Wando memiliki lidah
terenak didunia, Guiness book punya dah... Lubang pistol polisi itu aku
buka-buka dengan ujung lidah dan kadang-kadang
aku kocok naik turun dengan mulutku hingga kak Agus mengerang nikmat
kaya banteng. Kontol kak Ridwan sendiri langsung tegang keras dan terus
menghunjam anusku maju mundur. Mendapat dua penis sekaligus mengisi lubang
depan dan belakangku apalagi kontol mereka gede-gede sekali membuat aku sangat
bernafsu, nafasku udah memburu sedangkan otot anusku semakin ngemot-ngemot
mencoba meremas lebih keras kontol kak Rid. Kadang-kadang aku tak menghisap
penis kak Agus tapi memepetkan kedua telapak tanganku kepenisnya lalu aku gosok-gosok
seperti ingin membuat bara api dari ranting.
Kak Ridwan yang
berotot dan mulai basah kuyup akibat berkeringat itu kini memegegang pantatku
dan langsung menggoyangkannya maju mundur sehingga aku agak kurang konsentrasi mengocok
kontol Kak Agus. Laki-laki perkasa yang mengentoti pantatku itu hanya terdiam
dengan goyangan pada pantatku yang sudah membuat nikmat pistolnya.
Aku bilang,
"Waduuuhhhhh kak Rid uhhhh, sodokhan kakakkkk uhhhh berasa ampehhh dalam
uhhh".
Kak Ridwan
menanggapi ucapanku, "Aku juga tegang bangethhhh nih Dek.. Uhhhh kontol
kakak Enakhhh disedot-sedot dan dipermainkan lubangnya oleh Bayuhhh nihhh. Gus
ayo kita ganti posisi...".
Waduh baru aja
ngegenjot anusku kak Ridwan mau aku sepong juga ternyata. Tapi aku nggak
masalah mau diapain juga yang penting mereka enak dan aku enak. Aku disuruh
tiduran dengan pantat berada di ujung bawah kasur dan kaki tertekuk hingga
dada.
Penis kak Ridwan
langsung saja aku caplok karena aku udah nggak tahan rasanya. Baru beberapa
saat aku melepas penis kak Ridwan aku kembali mengaduh, "Aachh.... Kakkkk!".
Aku melongok ke
bawah karena ternyata kak Agus sedang
sibuk mau memasukkan penis besarnya tapi belum bisa masuk. Gimana mau cepet
masuk wong kelewat besar bendolan kepala kontolnya saat tegang banget itu
kira-kira ada lah kaya terong ungu yang biasa ibuku sayur.
"Sulit
bangettthhh Dekkk.. uhhh susah masuknya
coba kakak beri lotion sedikit
dulu", katanya.
"Masa sih
Gus? padahal sudah kumasukan penisku dan sudah ada precumku, kok masih susah?",
sahut kak Ridwan.
Lalu kak Agus mengambil botol kecil berisi lotion
dan diolesilah kepala penisnya dengan lotion lalu dia mengambil semacam
longsong dari karet dengan bagian dinding luarnya penuh bulu dari karet
kira-kira panjangnya 1 cm. Longsong itu diameternya kira-kira 5 cm. Kemudian
dipakaikan ke penisnya hingga batang penisnya sebagian tertutup dengan longsong
berbulu itu.
"Ini supaya
Bayu mendapat kenikmatan yang lebih hebat. Mau coba ya Bay?", katanya
sambil ditunjukkan ke padaku. Penisnya yang sudah gede dan panjang lagi coklat
itu dilongsongi dengan gelang karet putih berbulu sehingga benar-benar
menakjubkan kelihatannya.
"Waah kayak apa rasanya nanti Kak? aku
belum bisa membayangkan. Tapi pokoknya kakak harus nusuk adek ampe abis air
mani kakak!", pintaku manja.
"Oke
Sayang.." sahutnya.
Lalu kak Agus mengangkat
dan membentang lagi kakiku dan ujung kontolnya ditempelkan tepat di lubang anusku
yang mulai menganga itu dan disentakkan ke dalam.
"Aacch...
Kak, Uhhhh Udah masuk!”, kataku memberi tahu.
Memang kepala
kontol kak Agus sudah masuk lalu digoyang-goyangkan keluar masuk pelan-pelan
kepala penisnya supaya agak terbiasa.
"Uhhhh Ohhhh
Yeahhhhh Aduh Kak, rasanya seret sekali di lobangku. Aku bisa merasakan bentuk
kontol perkasa kak Agus Ihhhh", kataku sambil dengan mata terpejam dan
menggigit bibir. Setelah itu kak Agus baru memasukkan seluruh batang penisnya
yang tertutup gelang bulu itu pelan-pelan.
Setelah terbenam
semuanya, aku mendesis lagi, "Aduhhhh Kakkkk, penis kakak mentok sampai
dalam kepalanya rasanya menyodok ususkuuuuhhh Ohhhh. Enaaknya luar biasa dan
gelinya juga hebat kena gelang bulu itu”.
Dengan penis
tetap terbenam penuh kak Agus mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun sehingga
penisnya menyapu seluruh dinding anusku yang udah kebelet pengen dientot.
Tanganku mulai meremas kain sprei dan seperti lont, aku meminta penis kak
Ridwan untuk aku hisap. Penis kak Rid aku permainkan dengan lidah, lubangnya
aku buka-buka dengan lidah dan rasanya enak luar biasa. Aku sambil melihat ke
bawah, kulihat penis Kak Agus mulai digoyangkan keluar masuk sehingga bulu karetnya
menyentuh lubangku juga. Setelah gampang masuk keluar penisnya, tangan kak Agus
langsung meremas dada dan pentilku.
Baru 12 menit
jalan adegan ini, aku sudah mengaduh, "Aah.. aah, aku mau klimaks,
Kak!".
Benar juga
sekejap kemudian aku memuncratkan spermaku.
"Gila Rid,
pijatan anus Bayu kuat sekali di penisku."
Memang kalau
klimaks anusku akan memijit penis dengan kuat dan tentu nikmat rasanya.
"Kak Rid,
kak Agus, tolong semprotkan semua mani kalian yahhh, aku sudah pengen hangatnya
mani kalian”.
Kak Ridwan
berkata, " Gus, gimana? Kamu suka dek di entot dua pria kayak gini?”.
"Ya Kak, aku
puas banget dan memang enak dan grengnya luar biasa sekaligus melihat, memegang
dan menikmati 2 pistol polisi, apalagi ada yang gede-gede. Adek jadi kepingin
terus", sahutku.
Lalu kak Agus
sudah mulai menggenjot lagi anusku dengan penisnya dan penis Kak Ridwan aku
hisap lagi sambil dibantu ku kocok dengan tangan.
"Ayo Rid,
sekarang kita puaskan Bayu dengan semprotan mani kita secara berbarengan."
Kak Agus mulai
menggerakan lagi keluar masuk dan kadang memutar sehingga aku sering
menggelinjangkan tubuh dan penis kak Ridwan mulai dihisap lagi sambil
kadang-kadang dikocok dengan tangan, sedang putingku tetap menjadi bagian dari
tangan kak Agus yang tak bosan-bosan memilin-milinnya. Makin lama kak Agus
semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke liang pelepasanku dan
mulai mendengus-dengus seperti sapi. Melihat itu aku semakin bernafsu dan penis
kak Ridwan terus ku kocok hingga air mani kak Ridwan tak tertahan lagi.
“Ohhhh Dekkk
Uhhhh Owwwhhh Ohhhhh Auhhhh!”.
Creet....
creet.... cret, mani kak Ridwan menyemprotkan sperma gurihnya masuk ke mulutku.
Mani kak Ridwan cukup banyak dan kental juga sehingga mulutku penuh dengan mani
yang putih seperti cendol itu. Lalu penis kak Ridwan kukeluarkan dari mulut dan
mani yang masih menetes dari lubang penisnya kugeser-geserkan ke bibirku dan
langsung ku telan semua maninya.
Baru saja habis
menelan mani polisi Ridwan, terdengar suara mengaduh dari temannya, kak Agus,
"Uuuuuh.... uuuuhh.... uuuhh Uhhhh Arggghhhh", sambil menekankan
kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke anusku. Dan tiap kali kak Agus mengaduh
aku pun ikut mengaduh,"Aaah Kakkkkk.. aahh.. aah Ohhhh”.
Tiap kali
semprotan mani kak Agus terasa sekali nikmatnya olehku. Kak Ridwan lalu tiduran
disebelahku dan kak Agus juga langsung rebah menindih tubuhku.
Walaupun dengan
nafas yang masih memburu tangan kak Agus tetap masih memainkan putingku.
Kemudian tubuh kak Agus aku peluk dan kakiku pun kulipatkan erat-erat ke
pinggang kak Agus dengan maksud agar penisnya jangan buru-buru dicabut dari
lobang pantatku. Kira-kira sampai 5 menit kami bertiga terdiam tanpa kata-kata
hanya dengan nafas tersengal-sengal, baru kemudian kak Ridwan turun menuju kamar
mandi untuk cuci dan ternyata kak Agus dengan merangkulku juga ikut ke kamar
mandi untuk cuci bersama. Untuk mencuci penis-penis polisi itu, aku yang
bertugas. Karena kepunyaan kak Agus yang banyak belepotan maninya maka penisnya
yang dicuci dulu. Rasanya dari anusku meleleh sedikit mani yang keluar menuju
paha.
"Yah kak
Rid… anusku sakit dan merah. Itu gara-gara penis temanmu itu toch yang seretnya
bukan main mulai dari bibir anus sampai dinding dalam seret terus, sehingga
lobangku bisa merasakan lekuk-lekuk penisnya”, ucapku.
"Tapi enak dan
nikmat toch sayang?" balas Kak Agus.
Aku Hanya tertawa
tanda setuju, sambil terus mencuci penis kak Agus dan kemudian penis kak
Ridwan. Setelah itu giliran aku yang anusnya mau dicuci oleh kak Ridwan, aku nungging
dengan bertumpu di closet dan pantat terbuka lebar kemudian anusku dicuci dan
jari tengah kak Agus dimasukkan pelan-pelan untuk mengambil mani yang menempel
di dalam dan ternyata ada sedikit dan ditunjukkan ke aku.
"Wah Kak,
maninya kak Agus numpuk dalam anusku nih sebab tadi semprotannya banyak dan
sampai tiga kali tapi yang keluar sedikit sekali. Mungkin masuk ke usus sebab
dalam perutku masih terasa hangat dan saat nyemprot ujung lubangnya benar-benar
disodokkan sampai rasanya masuk ususku".
"Tenang saja
dek, lama-lama kan keluar sendiri, sekarang dikeluarkan percuma nanti malam
kamu kan masih akan disemprot lagi."
"Bukan malam
ini saja mungkin sampai besok pagi akan kusemprotkan sampai habis maniku ke
anusmu", sahut kak Agus
Gila nih polisi,
kalau kepergok kak Satria bisa gawat! Udah ah, mendingan aku masuk kedalam
kamar terus tidur daripada ngelanjutin acara persenggamaan dan ketangkep kak
Satria. Aku pun keluar kamar mandi lalu mengenakan pakaian kemudian siap-siap
tidur.
Kak Ridwan dan kak
Agus sepertinya masih mau ngelanjutin acara main game mereka yang tertunda
tadi.
Terserahlah yang
penting sekarang aku udah ngerasain pistol mereka berdua.
Bay....
BalasHapusBoleh kenalin aku g sama kak agus sama kak ridwan....
Siapa tau aja mereka butuh BF....
Ne pin bbku 324255ca
Nmrku/whatsappku 088807115220