Perkenalkan, namaku Dendy (20 Tahun).
Aku adalah seorang gay dan tipe pria idamanku adalah pria-pria mature alias Om-om. Hehhehe. Aku
menyadari adanya perbedaan dalam orientasi seksualitasku sejak masa SMP. Kala
itu entah kenapa aku suka memperhatikan guru olahragaku yang begitu gagah dalam
balutan celana training dan kaus ketat. Aku pikir awalnya hanya perasaan kagum
saja, tapi lama kelamaan bayangan guru olahragaku itu hadir dalam wujud mimpi
basah anak ABG. Dan ketika itulah aku menyadari kalau aku adalah seorang gay.
Aku sama sekali tak menyukai perempuan. Biarpun temanku menunjukkan gambar
wanita cantik berbalut bikini, aku sama sekali nggak tertarik. Aku bisanya
cuman pura-pura suka saja sama perempuan, takut teman-temanku tahu kalau aku
adalah gay. Tapi jangan tanya bagaimana reaksiku kala melihat cowok ganteng,
cowok telanjang, atau cowok yang pamer badan. Agrhhhh, dalam sekejap kontol aku
langsung nganceng. Hehehhe.
Biarpun udah 20 tahun, aku masih belum
punya kekasih. Maksudnya pacar cowok ya! Aku juga agak takut masuk ke dunia
gay, seperti mendatangi tempat-tempat dimana para gay kotaku bekumpul,
berkenalan dengan sesama gay di dunia maya, dan menjalin pertemanan. Aku hanya
merasa kalau hal itu beresiko besar. Aku takut ketahuan. Karena jomblo, aku juga
jablay, dan desperate banget soal
seks dengan sasama laki-laki. Aku mendambakan bagaimana rasanya bercinta dengan
sesama lelaki. Bagaimana rasanya kontol saat masuk ke dalam mulut itu?
Bagaimana rasanya lubang anus ditusuk oleh kontol tegang? Itu semua hanya
menjadi mimpi buatku. Tapi semua penantian dan impian itu akan segera
berakhir...
****
Sore itu sehabis pulang dari warnet, aku menemukan kedua
orang tuaku sedang menyambut seorang tamu di ruang keluarga. Dari depan rumah
aku bisa melihat sebuah motor Honda Tiger
yang sepertinya aku kenal. Ibu langsung tersenyum begitu melihatku masuk ke
ruang keluarga, dan sosok pria berbadan tegap yang kala itu posisinya
membelakangiku, menoleh. Deg!
“Om Tyo!” Seruku dengan wajah sumringah.
Yang bernama Om Tyo lantas tersenyum.
Aku pun langsung menelan ludah. Om Tyo, begitu aku memanggilnya. Iptu Ikhsan Prasetyo (33
Tahun) dengan wajah berbentuk persegi yang saat itu sedang ditumbuhi brewok ala goatte – kumis yang menyambung
dengan janggut, dengan sambungan di bagian samping mulut. Janggutnya pun tidak
panjang, dan tidak sampai area leher. Hanya menutupi dagu. Seperti Fred Durst
vokalis Limp Bizkit.
Gila!
Seksi banget! Seruku dalam hati. Kepribadianku sebagai
seorang gay langsung bereaksi melihat pemandangan indah sosok Om Tyo yang
selama ini menghiasi alam imajinasiku kala beronani. Yah, tahu lah... setiap
gay pasti punya imajinasi dalam mengantarkan mereka menuju orgasme. Banyak yang
memilih sosok-sosok selebriti yang ganteng dan seksi, tapi buat aku, Om Tyo adalah
salah satu imajinasi terindah.
Selain karena dia tipeku, dia juga sangat perfect dimataku sebagai seorang
anggota Kepolisian.
“Sini duduk di sebelah, Om!” Seru Om
Tyo sambil menepuk-nepuk sofa kosong di sebelah pantatnya yang saat itu sedang
dibalut celana jins.
Gila!
Ganteng banget... Aku kembali membatin dalam hati
sambil dengan malu-malunya duduk di sebalah Om Tyo.
“Kamu dari mana?” Tanya Om Tyo.
“Dari warnet, Om! Biasa update
facebook!”
Om Tyo langsung tersenyum mendengar
celotehanku barusan, yang sontak membuat seluruh tubuhku meleleh karena
terpesona melihat senyumannya. Agrhhhhh!
Ingin sekali rasanya aku melumat bibir kecokelatan yang tebal itu.
“Kerjaannya cuman ke warnet terus,
kapan cari kerjanya!” Celetuk Mbak Ratih – kakak perempuanku yang masih berumur
24 tahun.
Aku langsung memasang tampang ketus
karena nggak suka topik pembicaraan yang Mbak Ratih lontarkan barusan. Masalah
PEKERJAAN. Aku sudah 20 tahun, nggak kuliah, tapi juga nggak kerja. Aduh,
gimana bisa dapet kerja kalau aku cuman lulusan SMA. Paling-paling juga jadi store crew minimarket, atau paling banter, jadi cleaning service, dan sales. Aku
bukannya malas mencari kerja, tapi setiap kali mengirimkan lamaran, tak satupun
perusahaan yang memanggilku untuk wawancara. Aku jadi putus asa, dan lebih
banyak menghabiskan waktu membantu Ibu berjualan di warung. Mungkin belum
rejeki aku bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan tetap.
“Om Tyo tumben main-main kemari?”
Tanyaku, yang ingin segera mengalihkan topik pembicaraan.
Sedikit info, neh. Om Tyo baru saja
bercerai dari Istrinya tiga bulan yang lalu. Tante Niken, yang selama ini aku
hormati itu telah mengecewakan Om kesayanganku. Juih! Tante Niken tega-teganya
selingkuh dengan rekan kerjanya. Saat mendengar berita perceraian Om Tyo dan
Tante Niken, jujur aku marah besar, dan sampai membuat status penuh makian
kepada Tante Niken di facebook. Biar, deh! Biar semua orang tahu kalau dia
wanita murahan yang tega mengotori janji suci pernikahannya di depan Tuhan.
Aku kasihan melihat Om Tyo. Sepertinya
dia terpukul dengan perceraiannya. Meskipun selama lima tahun pernikahan
mereka, Om Tyo dan Tante Niken juga belum dikarunai seorang anak. Om Tyo sangat
mencintai Tante Niken, dan butuh waktu sekitar tiga bulan lebih, mungkin sampai
sekarang, untuk menenangkan diri dan kembali move on.
“Om dipindah tugaskan ke kota ini.” Jelas Om Tyo. Selama
ini Om Tyo tinggal di Makassar
bersama Tante Niken.
Makasar dan Sukabumi, adalah dua kota
yang jelas berbeda. Aku saja nggak bisa dapet pekerjaan kota ini. Emang enak sih kalau jadi pegawai, kerjaannya
pasti dan gajihnya juga mulai terjamin dan ada tunjangannya. Sebetulnya, dulu, aku pengen sih merantau. Pengen hidup mandiri, tapi aku kok nggak bisa
meninggalkan kampung halamanku. Aku nggak bisa meninggalkan kedua orang tuaku,
Mbak Ratih meskipun suka resek, dan aku juga punya teman-teman yang baik di
sini. Apa yang melatar belakangi Om Tyo mau pindah tugas dan tinggal disini?
“Om’mu mau menginap di sini.” Jelas
Bapak.
“Gimana, Den? Om boleh numpang nginep
di rumahmu?”
Aku jadi kikuk. Kok, pakai acara minta
izin segala, sih. “Ya, boleh dong, om!”
“Kalau begitu ajak Om Tyo ke kamar
kamu, ya, Den!” Seru Bunda.
Hah?
Setelah mencerna perkataan Ibu
barusan, aku baru menyadari sesuatu. Di rumah hanya ada tiga kamar. Kamar Bapak-Ibu,
kamar Mbak Ratih, dan tentunya kamarku. Jadi untuk tiga minggu ke depan, Om Tyo
akan tidur bersamaku, di kamarku. OH MY
GOD! Tak kuasa dada ini menahan debar jantungku yang mulai berdegup
kencang. Membayangkan akan tidur satu kamar dengan Om Tyo, berbagi ranjang dan
selimut, mungkin adalah sebuah keajaiban. Ini namanya kejatuhan durian. Gay
seperti aku akan sangat senang kalau mendapatkan kesempatan untuk berdekatan
dengan sosok yang selama ini dikagumi, dipuja-puja, dan digunakan untuk obyek
fantasi kala beronani.
“Aku
bisa tidur di sofa, kok Mbak! Nggak enak sama Dendy, dia kan butuh privasi...”
Celetuk Om Tyo kepada ibuku, yang adalah kakak perempuannya.
“Halah! Privasi apa?! Kamu tidur sama
Dendy saja. Kalau tidur di sofa mana nyaman. Nanti punggungmu malah bermasalah
dan menganggu tugasmu sebagai
seorang Polisi.”
Aku mengangguk-angguk membenarkan
perkataan Ibu. “Betul, Om! Lagian tempat tidur Dendy bisa muat dua orang. Nggak
apa-apa! Om Tyo kan juga butuh privasi. Kita bagi privasinya bersama, orang
sama-sama cowok juga.” Aku pun langsung tertawa sambil berjalan menuju kamarku
yang nggak jauh dari ruang tengah.
Om Tyo ternyata mengekor di
belakangku. Jantungku tak berhenti berdetak kencang. Pikiranku terlalu sibuk
membayangkan apa yang akan terjadi kalau aku tidur satu kamar dan satu tempat
tidur bersama Om Tyo. Biasakah aku melewati godaa-godaan dalam menjalani hari-hariku ke depan? Bisakah aku akhirnya memenuhi segala imajinasiku tentang Om
Tyo? Melihat tubuh telanjangnya? Merasakan kulit kami bersentuhan, dan mengecup
bibir seksinya itu? Agrhhhh! Pikiran ini terlalu jauh melayang. Kacau rasanya.
Haruskah aku merasa senang, atau tersiksa dengan masuknya Om Tyo ke dalam
kamarku?
****
Satu minggu telah berlalu. Satu minggu
yang ternyata begitu menyiksa jiwa dan ragaku sebagai seorang gay. Setiap malam
aku harus menahan hasrat ingin menyentuh tubuh Om Tyo, yang ternyata kalau
setiap akan tidur malam, Om Tyo selalu telanjang dada dan hanya mengenakan
sarung. Entah apa yang ada di balik sarungnya itu? Apakah Om Tyo hanya menutupi
benda pusakanya itu dengan selembar kain tipis itu? Tak tahan mulut ini
membendung air liur yang siap menetes saat kedua mataku menatap dada telanjang
Om Tyo yang bidang. Kulitku rasanya berdesir saat dua puting kecokelatan di
dadanya itu berada cukup dekat dengan tubuhku saat Om Tyo berbaring tidur di
sampingku. Ingin sekali tanganku ini mengusap perut ratanya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus, membentuk segaris bulu hitam yang cukup lebat di bawah pusar
dan menghilang di balik gulungan sarung di pinggangnya. Ahhhh, aku tahu kemana
berakhirnya bulu-bulu itu. Area intim Om Tyo pastinya berbulu. Ingin sekali
hidung ini menghirup aroma kelamin yang khas itu.
Aku tersiksa. Benar-benar tersiksa.
Setiap malam aku terjaga karena perasaan gelisah. Kontolku selalu tegang, tak
bisa diajak untuk berkompromi. Tiap malam aku memandangi wajah Om Tyo yang
begitu ganteng, dan aku selalu berimajinasi, membayangkan hal-hal diluar
jangkauan nalar. Aku benar-benar ingin bercinta dengan Om Tyo.
****
Pada hari selasa di minggu kedua, aku
hanya berdua dengan Om Tyo di rumah.
Kebetulan Om Tyo sedang tidak masuk dinas dan Kedua orang
tuaku sedang pergi berbelanja keperluan dan stock barang di warung di pasar,
sedangkan Mbak Ratih pergi bekerja. Berdua saja bersama Om Tyo benar-benar
menganggu diriku, apalagi selama di rumah, Om Tyo hanya mengenakan celana
pendek dan kaus singlet yang memamerkan lengannya yang berotot, dan ketiaknya
yang berbulu lebat. Belum lagi aroma axe
perfume menguar dari tubuhnya. Berulang kali lidah ini membasahi bibirku
yang kering karena tak kuasa membendung pemandangan sensasional yang mampu
memicu gairahku sebagai seorang gay dalam sekejap.
“Den, kamu laper?” Tanya Om Tyo di
sela-sela kami menonton acara televisi di ruang tengah.
Aku mengangguk. “Tapi, lagi males
makan masakan Ibu. Siang-siang mana enak makan sayur asem. Aku lagi pengen nasi
goreng, Om!”
“Om buatin mau?”
“Hah? Emangnya Om bisa masak?!”
“Kamu ini gimana? Tiga bulan nggak ada
yang ngurus, jelas Om harus hidup mandiri. Masak masak sendiri, cuci baju
sendiri, kayak lagu dangdut itu!”
“Hahahahahhahahaha! Kasihan sekali
duda ganteng satu ini...”
“Ganteng?! Ah kamu bisa saja, Den!” Om
Tyo lantas ikut tertawa karena mendengar pujianku. Emang betul kali. Om Tyo
emang ganteng, tapi sayangnya nasib
pernikahannya kurang beruntung.
Om Tyo segera beranjak menuju dapur
dan memulai aksinya. Dalam sekejap Om Tyo sudah menyiapkan bahan-bahan untuk
membuat nasi goreng. Aku sendiri hanya sibuk memperhatikan, dan sesekali
membantu kalau diminta. Om Tyo ternyata jago masak. Tangannya lincah dalam
memainkan pisau. Bagaimana kalau tangan
itu sedang memainkan kontol? Segera pertanyaan itu muncul di dalam
kepalaku. Hah! Apa-apaan, sih? Bisa-bisanya punya pikiran ngeres di kala perut
lagi kosong begini.
Dalam lima belas menit nasi goreng
dalam bentuk dua porsi – satu untukku, dan satu lagi tentu saja untuk Om Tyo,
tersaji di meja makan, lengkap dengan telur ceplok buatanku.
“Di coba nasi gorengnya!” Perintah Om
Tyo.
Aku langsung mengambil sendok dan
melahap sesuap nasi goreng. Glek! “WAH! ENAK! PEDES! WAH! WAH!” Akhirnya
dua-tiga kali suapan menyusul.
Kami berdua makan dalam diam, sampai
pada akhirnya OM Tyo nyeletuk untuk membuka obrolan.
“Kamu udah punya pacar, Den?”
Deg! Hah? “Belum, Om.”
“Lho, kenapa? Kamu udah cukup umur,
masa kalah sama anak SMP tetangga Om di makasar. Kecil-kecil udah punya pacar.”
“Lagi nggak kepikiran saja, Om...”
Mana kepikiran cari pacar kalau yang dimaksud itu pacar cewek. Orang akunya
doyan sama cowok. Hehhehehe... “Ibu juga ngelarang kalau belum dapet kerja.”
“Wah, kamu ini polos juga, ya! Umur
segini belum tahu apa-apa. Jangan kelamaan lho, nanti kamu keburu jadi bujangan
lapuk.”
“Hahhahahaha! Om bisa saja!” Tawaku
sambil meneguk air minum. “Om sendiri kenapa nggak cari istri baru?”
Wajah Om Tyo lantas berubah. Waduh,
kayaknya aku salah ngomong, nih?
“Maaf, Om. Nggak maksud ngebahas
itu...”
Om Tyo tersenyum. “Nggak apa-apa.
Santai saja! Udah masa lalu. Lagian nanti Niken besar kepala kalau aku belum
saja move on.”
“Ah, dasar! Om Tyo kurang apa coba
kenapa sampai diselingkuhin.” Entah kenapa emosiku jadi tersulut. Om Tyo malah
kelihatan santai.
“Karena Om-mu ini mandul, Den...”
Deg! Jantungku rasanya berhenti
berdetak. Hah? Apa? Om Tyo mandul?
“Itu sebabnya Tantemu meninggalkan Om.
Waktu periksa emang dokter yang mendiaknosa kalau Om ini ternyata mandul.
Sperma Om langsung mati setelah keluar...”
“Aduh, aduh. Om jangan sedih, ya.
Dendy ikut prihatin. Udah, bahas yang lain saja, biar Om nggak sedih. Maafin,
Dendy ya, Om...”
Om Tyo tersenyum dan lantas
mengusap-usap lenganku. Sentuhan kulit dengan kulit. Agrhhhhh! Seperti ada
ribuan belut listrik yang menggerayangi tubuhku. Kontolku langsung
berkedut-kedut saat tangan Om Tyo mengusap lenganku.
****
Setelah makan siang bersama Om Tyo,
pikiranku tak henti-hentinya memikirkan cerita dan pengakuan Om Tyo tentang
penyebab perceraiannya dengan Tante Niken tiga bulan yang lalu. Ternyata lima
tahun pernikahan mereka tidak dikaruniai seorang anak karena OM Tyo mandul. Itu
sebabnya Tante Niken berselingkuh. Tega benar Tante Niken? Bukankah di saat
senang atau susah, sepasang suami-istri harus tetap selalu bersama? Aku dibuat
cemas bukan main karena setelah membahas masalah itu Om Tyo jadi pendiam. Aku
sendiri makin sungkan dan mulai ikut merasa nggak nyaman. Rasanya aneh bila
duduk bersisian sambil menonton televisi di ruang tengah tanpa saling bertegur
atau mengoborol.
Akhirnya karena tak kuasa terjebak di
situasi yang canggung ini, aku pamit ke warnet. Om Tyo hanya mengiyakan sambil
bertanya jam berapa kedua orang tuaku dan Mbak Ratih pulang?
“Kalau Bapak sama Ibu mungkin sejaman
lagi pulang. Mbak Ratih nanti sore jam tujuh baru pulang.”
“Terus kamu ke warnetnya lama?”
“Yah, aku biasanya sih tiga jaman di
warnet. Om nggak apa-apa aku tinggal sendirian?”
Om Tyo mengangguk. “Nggak apa-apa. Have fun, ya!”
Setelah mengganti pakaian dan mengambil dompet
di kamar aku pamit pergi ke warnet.
Sepuluh menit di warnet aku merasa
jengah dan jengkel. Koneksi warnet saat itu sedang mengalami gangguan.
Aktifitasku dalam mengunduh video bokep gay jadi gagal berantakan. Emosi karena
tak ada satupun video bokep yang berhasil diunduh, akhirnya aku menutup akses
internet, dan berencana untuk pulang.
Sesampainya di rumah, aku tak
menemukan Om Tyo ada di ruang tengah. Televisinya juga mati. Aku langsung
berjalan menuju kamarku. Mungkin Om Tyo ada di kamar. Tanpa mengetuk pintu
terlebih dahulu aku langsung membuka pintu kamarku. Klek! Pintu kamar terbuka
lebar, dan aku langsung mematung di tempat dengan tangan masih memegang gagang
pintu.
Aku melihat Om Tyo sedang duduk di
pinggiran tempat tidur dengan celana pendeknya melorot sampai ke mata kaki, dan
tangan kanannya sedang menggengam batang kontolnya yang sudah ngaceng. Glek!
Aku menelan ludah. Om Tyo dan aku sama-sama kagetnya.
“Ya, ampun! Sorry, sorry, om!” Aku buru-buru menutup pintu kamar. Kubanting
pintu kamarku sampai tertutup. Napasku memburu di depan pintu, tanganku juga
masih tak lepas dari gagang pintu. Ya, ampun! Apa itu tadi? Barusan Om Tyo lagi
onani?
Aku mendengar suara berisik dari dalam
kamarku, dan tiba-tiba Om Tyo membuka pintu kamarku. Tanganku yang masih
memegang gagang pintu jadi tersentak karena gerakan mendadak dari dalam kamar.
Wajah Om Tyo yang memerah muncul di depanku.
“Om Tyo...” Aku jadi nggak bisa
berkata apa-apa.
“Maaf, ya Den. Kamu keberatan kalau Om
onani di dalam kamar?”
“Hah?” Pikiranku masih kacau karena
yang ada di kepalaku sekarang hanyalah pemandangan indah nan menggiurkan yang
baru saja terjadi satu menit yang lalu. Buru-buru aku tersadar dari lamunan.
“Ahhh, nggak apa-apa, om. Aku yang minta maaf karena nggak ketuk pintu dulu.”
“Itu, kan kamar kamu. Wajar kalau kamu
langsung nyelonong masuk. Kalau tahu bakal seperti ini, Om tadi ke kamar mandi
saja.”
“Ahhhh! Nggak usah sungkan-sungkan,
Om. Kan sesama cowok. Lain ceritanya kalau Ibu atau Mbak Ratih yang mergokin Om
lagi onani.”
Om Tyo jadi salah tingkah. Ya, ampun!
Kontolnya! Kontolnya gede banget! Sesuai dengan imajinasiku selama ini. Kontol
Om Tyo gue tafsir punya panjang 18cm. Aku pun langsung nyelonong masuk ke dalam
kamar dan meletakkan dompetku di atas meja belajar. Om Tyo ternyata mengekor di
belakangku, masih tampak gelisah.
“Lho, kenapa masih ada di sini Om?
Nggak mau dilanjutin?” Tiba-tiba saja kalimat itu meluncur dari mulutku. Wajah
Om Tyo semakin memerah. Ahhhhh, kok rasanya aku jadi keranjingan mengerjai Om
Tyo, ya. Kunikmati saja kegelisahan dan wajah memerah Om Tyo yang saking
malunya karena kepergok sedang onani. Hahahhahahahahhahahha!
“Hah?”
“Om mau onani di sini atau di kamar
mandi?”
Om Tyo diam saja, wajahnya makin
memerah. Sekarang malah mirip kepiting rebus. “Kalau mau onani di kamar aku
permisi keluar.”
“Nggak jadi, deh, Den. Langsung hilang
napsunya...” Jelas Om Tyo malu-malu.
“Ahahhahahahahahhahaha! Ya, ampun... sorry, Om. Jadi nggak enak akunya!”
****
Malam harinya, malam yang selalu
membuatku tersiksa, apalagi sekarang ditambah dengan memori indah tentang wujud
area pribadi Om Tyo yang terus terputar di dalam kepalaku seperti sebuah adegan
film yang terus diulang-ulang. Bagaimana bentuk kontol Om Tyo, bagaimana
ekspresi wajah Om Tyo yang begitu menikmati kocokan tangannya pada kontolnya,
sebelum akhirnya aku memergokinya sedang onani. Semunya diputar ulang,
berulang-ulang, di dalam kepalaku. Karena itulah sejak tadi kontolku sendiri
sudah berdiri tegak. Susah payah aku menyembunyikan tonjolan di balik celana
pendekku ini dari OM Tyo yang berbaring di sampingku, dengan kondisi seperti
biasa. Telanjang dada dan hanya mengenakan sarung yang dilingkarkan di sekitar
pinggangnya.
Aku berusaha untuk tidur, tapi sekeras
apapun aku berusaha, aku malah terjaga meskipun mata ini terpejam. Bagaimana
aku bisa tidur kalau pikiranku sedang sibuk memikirkan kontol Om Tyo. Ya,
ampun! Ingin sekali aku melihat kontol itu lagi. Apalagi menyentuh dan
memasukkannya dalam mulutku. Aku memutar posisi tubuhku menghadap Om Tyo, masih
dengan mata terpejam. Hidungku menangkap aroma axe perfume bercampur keringat. Penasaran dan tak tahan memejamkan
mata terlalu lama, akhirnya aku membuka mata.
Glek! Om Tyo sedang berbaring
terlentang di sampingku, wajahku tepat di depan ketiak sebelah kanannya yang
terbuka. Ternyata Om Tyo juga tengah terjaga. Dia sedang berbaring terlentang
dengan membuka kedua ketiaknya lebar-lebar dengan merentangkan kedua tangannya
di atas kepala. Glek! Aku menelan ludah. Aroma dan pemandangan ketiak Om Tyo
yang berbulu, memanjakan panca indraku.
Om Tyo melirikku, atau lebih tepatnya
tengah memergoiku yang sedang memandangi ketiak kanannya. Aku menggigit bibir
saking kikuknya. Kualihkan pandanganku dari ketiak Om Tyo, eh malah aku
memandang dada sebelah kanannya dengan puting melenting cokelat di puncaknya.
Glek! Makin kering rasanya tenggorokan ini.
“Kamu belum tidur, Den?”
Aku menggeleng. Dari jam dinding waktu
menunjukkan pukul satu dini hari. “Om, sendiri?”
“Lagi gelisah. Malam ini dingin
banget, ya?”
“He’eh dingin banget. Kok, sama sih,
Om. Aku juga lagi gelisah.”
“Oh, ya? Kamu gelisah kenapa?” Om Tyo
malah merubah posisinya. Sekarang dia berbaring menyamping sambil menyangga
kepalanya, menghadap ke arahku.
“Hahahhahaha, ceritain nggak, ya?”
Mana mungkin aku bilang ke Om Tyo kalau penyebab aku gelisah dan nggak bisa
tidur karena aku nggak bisa menghilangkan bayangan Om Tyo lagi onani tadi
siang.
“Kok, jadi main rahasia-rahasiaan
gitu, sih?” Goda Om Tyo sambil mendorong bahu kananku yang bebas. Agrhhhhh! Aku
menggerang dalam hati. Sentuhan kulit dengan kulit lagi. Tubuhku seperti
dibakar gairah dalam sekejap. Merinding tubuh ini seperti di sengat oleh
listrik.
“Om, sendiri kenapa lagi gelisah?”
“Karena Om lagi horney.”
Glek! Aku nggak salah denger, kan?
“Hehehhehehe...” Aku jadi kikuk setelah mendengar jawaban Om Tyo. Aku langsung
menarik napas untuk menenangkan diri. “Pasti gara-gara batal onani tadi siang,
ya makannya nggak bisa tidur? Kasihan. Sorry,
deh. Aku jadi nggak enak...”
Om Tyo diam saja sambil memandangi
wajahku. Aduh, dipandangi dengan sorot matanya yang sedang horney itu, pikiranku jadi kacau. Jangan-jangan Om Tyo mau
mengajakku berhubungan badan lagi? Ahhh, nggak mungkin! Aku, jadinya kok ngayal
abis. Om Tyo kan doyannya sama perempuan, mana lagi horney, nggak mungkin lah ML sama cowok.
“Kenapa Om nggak onani saja. Ke kamar
mandi gih sekarang...”
Om Tyo malah tersenyum kecut. Ujung
bibir kanannya terangkat. “Aku nggak mau onani, maunya ML.”
“Wah kalau nggak ada Istrinya mana
bisa, Om! Om juga sih, kenapa nggak cari istri lagi.”
“Percuma, Den. Punya Istri nggak bisa
dihamili...” Om Tyo mendesah.
Aku jadi nggak enak lagi menyinggung
masalah Istri ke Om Tyo. “Maaf, Om. Kelepasan lagi.”
Om Tyo diam saja, dia malah bertanya.
“Kamu ada ide bagaimana Om bisa tidur nyenyak malam ini?”
Hah? Mendengar pertanyaanya saja aku
menyadari kalau ini adalah pintu masuk menuju segala macam fantasiku tentang Om
Tyo yang akan menjadi kenyataan. Haruskah aku menanggapi umpan ini? Tidak.
Terlalu beresiko. Bisa gawat kalau Om Tyo tahu aku ini gay. Aduh gimana, nih?
Kesempatan seperti jarang terjadi.
“Ya, harus disalurkan hasrat horneynya, Om...” Celetukku untuk
mengisi kekosongan, karena aku terlalu lama berpikir. “Kalau mau ML, Om bisa
jajan di luar. Om kan tahu di mana tempatnya...”
“Kalau jajan harus bayar dan bisa
ketularan penyakit juga. Terlalu beresiko!”
Aku menggigit bibir. Sebetulnya
alternatif yang normal sudah diutarakan. Jawaban apa lagi yang Om Tyo inginkan?
Haruskah aku menawarkan diriku untuk membantu melampiaskan gairah Om Tyo?
“Kalau ML sama aku gimana?” Kalimat
itu akhirnya terlontar dari mulutku. Ada perasaan lega, tapi kemudian rasa
takut segera mendominasi.
Om Tyo terkejut. Dia sedang
memandangiku dengan tatapan tajam. “Sama kamu? Jeruk makan jeruk, dong!”
“Hahahahhahaha! Habisnya mau bagaimana
lagi Om? Di suruh onani nggak mau, di suruh jajan di luar juga nggak mau. Ya,
sudah alternatifnya tinggal satu. ML sama aku.”
“Kamu sendiri kok, bisa-bisanya
menawarkan diri? Memangnya kamu mau ML sama laki-laki, sama Om? Kamu ini homo,
ya?”
Deg! Pertanyaan itu sungguh menyayat
hati. Tapi memang itu kenyataanya. Akhirnya aku mengangguk. Om Tyo lebih
terkejut lagi.
“Beneran?”
“Aku gay.”
“Kamu pasti bercanda, Den! Nggak lucu
bercandaan kamu!”
Aku bangkit dari tempat tidur dan
mengambil handphoneku di atas meja. Kuserahkan handphone itu pada Om Tyo. “Buka
folder galerinya, Om!”
Om Tyo awalnya binggung kenapa aku
menyerahkan handphoneku kepadanya, tapi segera Om Tyo menuruti perintahku.
Wajahnya terlihat terkejut, tegang, dan penasaran. Dan ekspresi yang aku
tunggu-tunggu akhirnya tergambar di wajah Om Tyo. Om Tyo tampak terkejut.
Dipandanginya layar handphoneku dan wajahku secara bergantian.
Yup. Di folder galeri itu aku
menyimpan banyak foto-foto kontol, foto-foto gay seks, foto-foto artis cowok,
dan foto-foto cowok bertelanjang dada. Hal itu sudah menjadi bukti bahwa aku
benar-benar gay.
“Jadi bagaimana, Om? Mau ML sama aku. Aku
akan memuaskan Om. Dijamin Om akan puas dan bisa tidur nyenyak malam ini.”
Om Tyo diam saja, wajahnya masih
terlihat kaku seperti tadi.
“Om nggak tahu caranya ML sama cowok,
ya? Om buka folder video. Om bisa nonton bokep gay koleksi aku, nanti Om tahu gimana
caranya ML sama cowok.”
Om Tyo menuruti saranku. Dalam sekejap
aku mendengar suara-suara erangan dari dalam handphoneku. Om Tyo sedang memutar
video bokep gay sepasang bule kekar yang sedang melakukan oral seks. Om Tyo
menelan ludah, matanya masih tertumbuk ke layar handphoneku.
“Gimana, Om?”
Om Tyo memandangi wajahku. Kalau
begini terus bisa-bisa malam ini akan berantakan. Aku harus mengambil
inisiatif. Kuarahkan tanganku ke area pangkal paha Om Tyo. Tepat di atas
kontolnya, aku meremas-remas area itu dari balik kain sarung. Om Tyo hanya bisa
diam sambil memandang tanganku yang sedang beraksi di atas kontolnya. SIALAN!
Om Tyo ternyata nggak pakai celana dalam di balik sarungnya. Tanganku dalam
sekejap merasakan kontol Om Tyo yang tiba-tiba saja mulai menegang.
“Tinggal bilang ‘ya’ dan Om bisa tidur
nyenyak malam ini?”
Om Tyo memandangi wajahku dan tanganku
yang ada di selangkangannya secara bergantian. Sayup-sayup handphoneku masih
memutar video bokep gay sekarang tengah mempertontonkan adegan anal seks.
Setelah menunggu dengan jantung berdebar, sementara tangan ini tak berhenti
meremas-remas kontol Om Tyo yang masih setengah bangun, akhirnya kode itu
diberikan lewat anggukan kepala Om Tyo.
Aku tersenyum. Kutuntut Om Tyo
berbaring di tempatnya. Om Tyo menurut dan berbaring terlentang. Wajahnya
memandangiku. Kelihatan tegang sekali. “Santai, Om! Lemaskan otot-ototnya.
Jangan tegang. Yang boleh tegang cuman kontolnya.”
Dibantu dengan koleksi video bokep
gay, aku mulai melancarkan aksiku. Aku sendiri minus pengalaman seks, dan malam
ini akan menjadi yang pertama bagiku. Keperjakaanku akan direnggut oleh Om Tyo.
Aku segera turun dari tempat tidur, berniat untuk membuka seluruh pakaianku.
Tanpa malu-malu aku telanjang bulat di depan mata Om Tyo. Kontolku sudah
berdiri tegak 15cm. Om Tyo tercekat, matanya melotot, tertuju pada benda
pusakaku yang siap tempur.
Aku naik ke atas tempat tidur lagi.
Kumainkan kontol di balik sarungnya. Kontol itu semakin menegang dan aku bisa
menggengam batangnya sekarang. “Boleh aku singkirkan penghalang ini, Om?”
Om Tyo mendesah saat aku mencengkram
batang kontolnya. Dia hanya bisa mengangguk. Tampak tak sabar menikmati service
yang akan aku berikan padaya. Kubuka segera ikatan sarung di pinggang Om Tyo,
dan dengan mudah sarung itu aku loloskan ke bawah. Kontol Om Tyo terlontar
bebas, berdiri tegak 18 cm. Tampak kokoh, besar, berurat, dengan batang kontolnya kecokelatan, kepala kontolnya merah
keungungan, serta area pubicnya yang ditumbuhi jembut yang cukup lebat. Buah
zakarnya tengah tergantung bebas, berbulu jarang-jarang, dan tampak siap untuk
dimanjakan dengan lidah.
Kukocok batang kontol Om Tyo.
Mendapatkan rangsangan seperti itu mata Om Tyo terpejam dan dia mendesah lirih.
Kujilat kepala kontolnya beberapa kali, dan seketika itu juga Om Tyo
mendesahkan suara berat dari bibirnya. Lidahku beradaptasi dengan rasa kontol
untuk pertama kalinya. Asin karena keringat dan menguarkan bau yang begitu khas
memanjakan hidung. Kontol Om Tyo sudah menjadi milikku. Segera kukulum kepala
kontolnya, tak lewat juga kumainkan lubang kencingnya dengan ujung lidahku.
“Ahhhhh! Ahhhhh!, Dendy!” Om Tyo
mendesahkan namaku.
“Gimana, enak nggak?”
“Masukkan ke mulutmu, semuanya. Emut
kontol, Om! Emut Den.. Basahin
kontol om dengan lidahmu. Cepat…”
“Oke om!” Segera kujalankan permintaan Om Tyo.
Kumasukkan kontolnya kedalam mulutku. Rasanya begitu aneh, dan aku hampir tak
kuasa meraskan tenggorokanku ditusuk oleh kepala kontol Om Tyo. Ingin sekali
aku muntah, tapi aku berusaha untuk menahannya. Kontol OM Tyo sangat panjang.
Aku tak sanggup memasukkan kontol kekar itu ke mulutku hingga sampai ke
pangkalnya. Aku bisa muntah, jadi kumasukkan kontol OM Tyo sampai setengah
batang kontolnya.
“Agrrhhhh, Esssssseessshhhh...” Om Tyo
mengerang dan mendesah-desah.
Setelah membiasakan kontol Om Tyo di
dalam mulutku, akhirnya kumainkan lidahku, menyapu setiap saraf yang ada di
batang kontolnya. Kukulum, dan kujilat-jilat, sampai kontol Om Tyo basah dengan
air liurku.
“Kontol Om gede banget. Aku suka. ini Kontol pertama aku!”
“Ahhh, Den! Hisap. Hisap! Agrrhrhh ya,
begitu. Agrrhhhh! Hisapanmu dahsyat!
Argghhh.. mantap Den..”
Setelah puas memainkan kontol Om Tyo
aku beralih memainkan buah zakarnya. Kumainkan dua buah benda yang menyimpan
sperma itu dengan lidahku. Kuhisap benjolan sebelah kirinya, dan Om Tyo
mencengkram kepalaku kuat-kuat. Kuhisap benjolan yang sebelah kiri, dan Om Tyo
mulai menjambak-jambak rambutku. Sepertinya dia tak kuasa menahan kenikmatan
yang dia rasakan.
Kuhirup aroma kelaki-lakiannya,
kuendus-endus bagian pubicnya yang berbulu itu. Aromanya begitu memabukkan. Aku
saja hampir bersin saat bulu jembut Om Tyo masuk ke hidungku. Sekarang aku naik
ke atas, kumainkan pusar Om Tyo dengan lidahku.
“Ahhhh! Ahhhh, Oh, Oh,
Eeeehhhhhssss...”
Meskipun tidak sixpack, tapi perut Om Tyo
aku pikir cukup seksi. Kelihatan kencang dan berwarna coklat. Sebentar lagi
adalah momen-momen yang paling aku tunggu. Aku naik satu tingkat ke atas, ke
bagian dada Om Tyo yang bidang. Tanpa pandang bulu kuhajar dada sebelah
kanannya dengan hisapan bibirku. Putingnya yang sudah tegang juga kulumat,
kugigit, dan kucubit-cubit.
“Ahhhh!, Oh! Yeah! Yes! Itu area paling sensitifnya, Om, Den...” Om
Tyo memberi penjelasan.
“Kalau begitu aku akan tetap di sini
sampai Om mampus!” Sekarang kuhisap dada bagian kirinya.
“Ahhhhhhh! Den, den, hisap puting om!”
Perintah Om Tyo.
Kuhisap puting cokelatnya itu,
sementara yang sebelah kanan kuusap-usap dengan telapak tanganku yang sudah
basah karena keringat dengan gerakan memutar.
“Ohhh, Ohhh, Ohhhh, ohhhh!” Kontol Om
Tyo berkedut-kedut dan menyemburkan cairan bening. Om Tyo mengeluarkan percum
banyak sekali. Itu merupakan pertanda kalau Om Tyo bisa saja mencapai orgasme
sebentar lagi.
“Om mau keluar, ya?”
“Hisapanmu hebat, Den! Om nggak tahan
pengen muncrat...”
“Tunggu dulu, belum ke acara puncaknya.”
“Kamu hebat, Den! Lebih hebat dari
Tantemu. Om yakin bisa tidur nyenyak malam ini.”
“Kalau begitu, Om mau ber 69 sama
aku?”
Om Tyo tentu tahu apa gaya 69 itu.
Yap, gaya yang ditujukan untuk saling mengoral alat kelamin. Om Tyo tampak
ragu, tapi segera aku yakinkan kalau berhubungan intim itu harus ada
timbal-balik. Kalau Om Tyo merasa puas, aku juga harus dipuaskan. Aku juga
ingin merasakan kontolku diemut-emut oleh bibir seksi Om Tyo.
Segera kuarahkan kontolku ke mulut Om
Tyo. Om Tyo mendorong wajahnya menjauh, menolaknya, tapi kontolku yang panjang
itu menghujam matanya. Digenggamnya kontolku, dan aku mendesah lirih karena
sentuhan hangat dan mantap tangan Om Tyo.
“Hisap, Om! Kayak gini, nih...” Aku
memberikan contoh. Kuhisap kontol Om Tyo. Om Tyo memejamkan matanya menikmati
hisapanku. Sekarang dilihatnya kontolku yang ada di genggamannya. Om Tyo tampak
ragu-ragu. Kudorong pinggulku ke wajahnya, yang hasilnya membuat kontolku
menusuk pipinya.
Om Tyo lantas membuka mulutnya dan
memasukkan kepala kontolku ke dalam mulutnya. Aku merasakan sensai basah, rasa
geli, dan panas yang menusuk saat kepala kontolku dihisap oleh Om Tyo. Aku
mendesah, kepalaku mendongah ke atas. Aku seperti di lempar ke langit ke tujuh.
Dimainkannya kepala kontolku.
“Sekarang masukkan semunya, Om!
Hisap.” Pintaku.
Om Tyo mendorong kontolku masuk ke
dalam mulutnya. Saat kepala kontolku menyentuh langit-langit mulutnya Om Tyo
tersedak, dan langsung mengeluarkan kontolku dari mulutnya, dan Om Tyo terbatuk-batuk.
Aku tertawa melihatnya.
“Om nggak tahan baunya, Den. Om
kocok-kocok saja, ya kontol kamu?”
Aku mendesah kecewa, tapi akhirnya aku
menyetujuinya dari pada aku tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya Om Tyo
mengocok-ngocok kontolku, dan aku menghisap kembali kontolnya berulang kali.
Suara desahan kami saling bersahutan menghiasi malam. Tak terasa kami sudah
melakukan foreplay selama dua jam.
Sebentar lagi pasti subuh. Ibu biasa bangun saat subuh. Bisa gawat kalau suara
gairah kami terdengar.
“Entotin lubang anusku, Om!” Pintaku
dengan semangat. Semua datang secara naluriah. Aku awalnya tak tahu akan
menjadi gay bot atau top. Tapi karena kondisi pasaganku malam ini, aku memilih
untuk menjadi bot.
Aku segera mengambil posisi
menungging. Gaya doggy style. Om Tyo
memasang kontolnya di depan lubang anusku. “Ini dibasahin dulu, ya, Den? Kayak
di video kamu itu, kan?”
Aku mengangguk mengiyakan. Om Tyo
meludahi tangannya, dan segera dibasahinya lubang anusku sampai licin. Tak lupa
dibasahi juga kepala kontolnya untuk memperlancar proses penusukan anus untuk
pertama kalinya.
Lubang anusku serasa dipaksa untuk
melebar. Kepala kontol Om Tyo mendesak masuk. Berlahan tapi pasti lubang anusku
yang sempit itu mulai meregang.
“AAAAAAAHHHHUUUUUHHHH! Sakit!” Aku
menjerit tertahan. Om Tyo menghentikan gerakannya.
“Belum masuk, nih Den. Baru ujungnya
saja...”
Aku menarik napas untuk mengumpulkan
tenaga. Aku menahan napas dan meminta Om Tyo untuk memasukkan kontolnya. Om Tyo
mendorong kontolnya, kepala kontolnya mendesak masuk, dan sekarang sudah
sebagian kepala kontolnya terbenam di dalam anusku. Rasa sakitnya bukan main.
Kulitku rasanya seperti teriris, perih sekali. Rasanya hampir sama dengan
sembelit. Aku menggigit bantal untuk menahan rasa sakit yang aku rasakan.
Pluk! Kepala kontol Om Tyo masuk.
Keringat mengucur dari kening Om Tyo membasahi pantatku yang montok. Memasukkan
kontol ke dalam anus perawan memang membutuhkan tenaga yang ekstra. Om tyo
melumasi batang kontolnya dengan air liur, dan kemudian di dorongnya kontolnya
itu untuk masuk lebih dalam. Jleeeeeeep! Aku menahan napas saat batang kontol
Om Tyo menghujam ke dalam anusku. Blessss! Sekarang batang kontol Om Tyo telah
terbenam di dalam anusku. Otot-otot yang tadi dipaksa meregang sekarang kembali
ke posisi semula, dan mengakibatkan kontol Om Tyo serasa dijepit oleh daging
yang hangat.
“AGRHHHH! Sempit, Den. Hangat.”
“Genjot, Om. Tapi pelan-pelan saja.”
Om Tyo menggerakan pinggulnya. Gerakan
menyodok itu terjadi berulang kali sampai kedua badan kami basah oleh keringat.
Bunyi pantat dan kontol yang beradu memanaskan suasana. Om Tyo mendesah
keenakan, sedangkan aku mendesah antara campuran rasa sakit dan rasa nikmat.
Anusku berkedut-kedut, pantatku digelitiki oleh jembut Om Tyo. Buah zakar kami
saling adu pukul, rasanya begitu nikmat.
“Ahhh, Ahhh, Ahhhh!”
“Ohhhh, Ehhhh, Auwww, Ahhh!”
“Den, Om mau keluar!”
Secepat ini? Wow, ternyata Om Tyo
cepat juga mencapai puncaknya. Maklum, mungkin ini pengalaman pertamanya
merasakan anus. Ingin sekali aku merasakan sperma Om Tyo. Aku belum tahu
bagaimana rasanya. Aku menjilat bibirku yang kering dengan lidah.
“Keluarin di mulut Dendy, Om!”
“Kamu yakin?” Tanya Om Tyo masih
sambil menggenjot pantatku.
“Yakin!”
Om Tyo melepaskan kontolnya dari
anusku. Aku segera berlutut di depan kontol Om Tyo. Om Tyo berdiri di atas
kasur, tangannya mengenggam kontolnya, dan langsung mengocoknya cepatnya. Clok,
clok, clok, clok! Bunyi kontol Om Tyo yan dikocok-kocok.
“Om, mau keluar, Den! Ahhhhh,
Ahhhh...Ohhh, sebentar lagi...”
Aku membuka mulutku, kujulurkan
lidahku, ujungnya tepat berada di bawah lubang kencing OM Tyo. “Yeah, semprot
mulut Dendy, Om!”
“Ohhhh, sudah di ujung, Den!
AHHHHHHHHHHHHHHHHGRHHHHHHHHH!” Om Tyo menggerang dan dari ujung lubang
kencingnya menyembur cairan putih kental. Sangat banyak, dan langsung turun
membanjiri lidahku.
Rasanya aneh. Asin, dan berbau amis.
Aku nggak bisa menelannya karena jijik, jadi aku memuntahkannya. Sperma Om Tyo
melubar keluar dari bibirku. Mulutku seperti belepotan susu kental manis. Om
Tyo masih mengocok kontolnya, dan beberapa semburan sperma susulan terjadi dan
menghujam wajahku. Aku menggerang menerimanya.
“Gimana, Om ML sama aku enak nggak?”
Om Tyo langsung rubuh ke atas tempat
tidur. Kontolnya mulai kembali ke bentuk normal. Keringat membanjiri tubuh Om
Tyo. Tanpa ragu aku naik ke atas perut Om Tyo.
“Kocokin kontol aku, Om! Aku juga
pengen muncrat...”
Om Tyo tersenyum dan membasahi telapak
tangannya dengan air liurnya sendiri. Kemudian dikocoknya kontolku yang berada
tepat di atas perutnya itu. Kepala kontolku mengarah ke dadanya siap
menyemburkan sperma yang sudah lama tidak di keluarkan.
“Ahhh, ahhh, ahhh, ahhhh! Kocokanmu
enak sekali, Om!”
“Oh, Om Tyo! Agrrhhhh!”
“Om! Ahhhh Om Tyo!”
Aku meracau bukan main. Om Tyo
memandangi wajah bergairahku dengan tajam. Matanya begitu menunjukkan kekaguman
saat melihatku menuju punjak sambil mendesahkan namanya.
“Om Tyo... ahhh, ahhh, Om Tyo! Sudah
lama aku menginginkan ini, Om!”
“Kamu naksir Om, Den?”
“Iya, Om! Ahhh, Ohhh, YES! Aku sudah
lama naksir Om Tyo!”
“Oh, ya?”
“He’eh... Ahhhh, ahhhh, kocokannya
jangan berhenti, Om!”
Kocokan tangan Om Tyo di kontolku
semakin cepat. Bunyinya bukan main memeriahkan suasana dan makin menambah
gairahku. Aku sudah berada di ambang batas antara realita dan awang-awang.
Begitu dahsyat, begitu nikmat, dan mendamba.
“Om, aku keluar! Ahhhhhhhhhgrhhhhhh!”
Kontolku melontarkan spermanya sebanyak dua kali semburan. Semburan pertama
muncrat jauh sampai mengenai pipi Om Tyo, dan yang kedua hanya membasahi dada
Om Tyo.
Om Tyo tiba-tiba menduil sperma di
pipi dan dadanya, kemudian dihujamkannya sperma yang membasahi jarinya itu ke
mulutku. Aku menghisap jemari Om Tyo dengan buas. Aku merasakan spermaku
sendiri.
“Oh, yeahhh... hisap!” Om Tyo mendesah
saat bibirku mengulum jari-jarinya.
Setelah jemari Om Tyo bersih, aku
segera merebahkan diri di samping Om Tyo. Tanpa ragu aku merebahkan kepalaku di
dadanya, kakiku melingkar di atas pahanya, menguncinya dalam dekapan.
Kehangatan tubuh kami, bau keringat kami, dan bau sperma kami melebur menjadi
satu menguarkan aroma yang sedikit menyengat di udara.
“Makasih, ya, Den. Om puas malam
ini...”
“Sama-sama, Om. Dendy juga puas.”
Dengan niat menggoda kukecup bibirnya. Om Tyo tampak terkejut. Bibirnya kasar.
Mata kami saling memandang, entah apa yang kami lihat dari sorotan mata
masing-masing, karena tiba-tiba Om Tyo melumat bibirku dengan bibirnya. Jenggot
Om Tyo menggores daguku. Kami berciuman, lidah kami bermain, dan rasanya begitu
membangkitkan gairah.
Kami saling mendesah. Om Tyo jago
sekali berciuman. Dilepaskannya bibirnya dari bibirku. Aku menggerutu protes.
Kuhisap bibir bawahnya dan Om Tyo mengerang. Kami menarik napas untuk
mengembalikan tenaga. Ciuman kami benar-benar panas.
“Karena kamu belum punya pacar. Asumsi
Om kamu belum ada pasangan gaynya. Bagaimana kalau kamu menjadi budak seksnya,
Om Tyo. Om Tyo ketagihan. Kamu mau kan?”
Wajahku langsung berseri-seri. Aku pun
langsung mengangguk. Om Tyo juga tak kalah senangnya. Dilumatnya bibirku lagi.
Kami berciuman tak lama kemudian, dan lagi-lagi Om Tyo melepaskan bibirnya. Aku
memprotes, tapi Om Tyo malah mencubit pipiku.
“Keponakan kesayangan, Om!”
“Om... Oh, Om Tyo...” Aku mendesahkan
namanya seperti pemuja berhala.
“Om paling suka kalau kamu mendesahkan
nama, Om. Om langsung turn on!”
“Kalau begitu siap ronde ke dua, Om?”
Om Tyo tertawa sambil mengusap-usap
rambutku penuh kasih sayang. “Kalau kita berdua seberisik tadi nanti ketahuan.
Nanti siang kamu ikut, Om, ya?”
“Kemana?”
“Kita liburan. Ke kebun teh. Di sana
ada penginapan. Kita bisa melakukan ini berkali-kali di sana. Bagaimana, kamu
kamu?”
“Ahhhh, tak sabar aku menunggunya,
Om!”
Om Tyo mengusap jejak air liurnya di
sekitaran bibirku, tapi kemudian dilumatnya bibirku lagi. Aku mengerang dan
membalas ciumannya. Lidah kami beradu seperti pedang. Kontol Om Tyo kembali
tegang. Aku mencengkramnya dan mulai mengocoknya. Om Tyo mendesah dan
melepaskan ciumannya.
Tanpa aku duga
Om Tyo langsung mendekap erat tubuhku dan membuka kedua pahaku lebar-lebar.
Tampaknya dia menginginkan ronde kedua terjadi malam ini…
”Arggghhhhhhh…
Ommmmm… Awwww…..!!!!”
To be continued…
Boss gw mau upload foto gw yg paling baru nih. Trs gw mau share pengalaman sex gw juga dlm bentuk cerita dan uda selesai cerita pertama, ceritanya dijamin real 100% asli pengalaman gw pribadi sama mantan gw berpangkat Bripda disalah satu kota di jawa barat. Jaminan 100% asli pengalaman gw bukan rekayasa. Kira-kira bsa ngga boss.
BalasHapusaku yihan dari manado, aku ingin jadi pacar kamu aja
HapusUughhhh...muncrat......
BalasHapusgimana cara hubungi penulis ya kalo boleh hubungi saya di meukutadewa@gmail.com
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLiburan ke pulau Belitong yooook... negeri Laskarpelangi...
BalasHapussalam sobat gay / bisex diluar sana...
barang kali sobat penikmat traveling? tour? hunting view? tempat2 wisata yg masih alami...
pantai yg beridentikan banyak batu granit,
akses mudah, tinggal terbang 45menit langsung dari jakarta.
tersedia 3maskapai setiap harinya.
*
saya guide asli belitung. akan menyusun planing kedatangan, serta merekomendasikan yg terbaik? yg termurah? rute kunjungan & fasilitas sesuai keinginan!
*
lagi open trip untuk tanggal 14-15-16 feb 2014
hanya untuk 6orang saja.
cocok untuk moment valentine bersama pasangan anda.
(jika anda bisa mengumpulkan / mengajak 6orang dalam 1grup,anda berhak menentukan tanggal keberangkatan sendiri)
paket 3hari 2malam.
harga paket 800.000/org
- (sudah termasuk : avanza,boat+pelampung+kacamata,hotel melati,makan 4x,karcis masuk)
- (tidak termasuk tiket pesawat, tiket Pesawat PP ± 1jt, jakarta-tanjungpandan-jakarta)
*
juga menerima riquest, bila dalam liburan anda ingin diselingi event?
misal :
- beach barbeque
- diving
- camping
- menginap dipulau
- dll... (mohon di share...)
info jelasnya langsung kontak : +6285664600785 / 219ac6dc
saya usahakan yg terbaik, sesuai selera anda!
AKU TAK PUNYA KELEBIHAN APA APA DAN KEKUATAN UNTUK MELAWAN MEREKA YANG MENIPUKU,MEREMEHKANKU DAN MEMPERMAINKANKU.
BalasHapusTUBUHKU LEMAH DAN TIDAK PUNYA BANYAK UANG...
TAK ADA YANG MENOLONG..
SELAIN AKU HARUS BERSUMPAH DENGAN DUPA DI HADAPAN TUHAN ,LANGIT DAN BUMI UNTUK MINTA BENCANA ATAS KETIDAK ADILAN DAN MENGUTUK SEMOGA TANAH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MENGALAMI BENCANA,MALAPETAKA DAN SIAL SEUMUR HIDUP MEREKA..
AMIEN...
AKU TELAH DIPERMAINKAN...
DALAM HAL INI AKU TIDAK PANDANG LAGI ALKITAB ATAU AGAMA..
TUHAN BOLEH MEMAAFKAN TAPI ROHKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN DAN AKAN MENUNTUT SAMPAI KE PINTU NERAKA..
MENGENAI DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO BESERTA ARSITEK DIAN DAN MANDOR BRAM YANG TELAH MENIPUKU DENGAN MENYURUHKU TANDA TANGAN SERAH TERIMA KUNCI RUMAH LALU MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU ASAL JADI SAMPAI KAMAR MANDI DAN KAMAR TIDUR BOCOR KLU SAAT HUJAN.
KOSENG JENDELA TERBELAH 2 DAN DINDING LEMBAB SERTA BANGUNAN DINDING RETAK RETAK, TIDAK DI ACI DENGAN BAIK, ANTARA KOSENG JENDELA DAN DINDING TIDAK DI PLESTER SEHINGGA KELUAR MASUK SEMUT MERAH, SEDINDING DI CAT BA ROTO ROTO OLEH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO YANG BERALAMAT JALAN ARAH BANDARA SAM RATULANGI MANADO, KECAMATAN MAPANGET LINGK X KELURAHAN PANIKI DEPAN TUGU ADIPURA dan lantai kamar mandi tidak di plester dengan baik.
MENGADUH KE BANK MANDIRI JUGA TETAP SALAH...
SALAH JADI BENAR DAN BENAR JADI SALAH..
GAMBAR BUKTI FOTO YANG MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU, BOLEH KALIAN LIHAT DI YOUTUBE, GOOGLE, FB UN WALL DAN FACE BOOK MILIK WANG YIHAN.
(7 foto)
Foto
Foto
Foto
AKU TAK PUNYA KELEBIHAN APA APA DAN KEKUATAN UNTUK MELAWAN MEREKA YANG MENIPUKU,MEREMEHKANKU DAN MEMPERMAINKANKU. TUBUHKU LEMAH DAN TIDAK PUNYA BANYAK UANG...
BalasHapusTAK ADA YANG MENOLONG..
SELAIN AKU HARUS BERSUMPAH DENGAN DUPA DI HADAPAN TUHAN ,LANGIT DAN BUMI UNTUK MINTA BENCANA ATAS KETIDAK ADILAN DAN MENGUTUK SEMOGA TANAH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MENGALAMI BENCANA,MALAPETAKA DAN SIAL SEUMUR HIDUP MEREKA..
AMIEN...
AKU TELAH DIPERMAINKAN SEMUA ORANG...
TIDAK ADA UNDANG UNDANGKAN DI DUNIA YANG MELARANG AKU BERSUMPAH DAN BICARA ????
SETIAP ORANG JUGA PUNYA HAK UNTUK MENILAI DAN BICARA UTARAKAN PENDAPAT...
DALAM HAL INI AKU TIDAK PANDANG LAGI ALKITAB ATAU AGAMA..
TUHAN BOLEH MEMAAFKAN TAPI ROHKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN DAN AKAN MENUNTUT SAMPAI KE PINTU NERAKA..
MENGENAI DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO BESERTA ARSITEK DIAN SETIAWATI ,MANAGER JELFI DAN MANDOR BRAM YANG TELAH MENIPUKU DENGAN MENYURUHKU TANDA TANGAN SERAH TERIMA KUNCI RUMAH LALU MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU ASAL JADI.
SAMPAI KAMAR MANDI DAN KAMAR TIDUR BOCOR KLU SAAT HUJAN. KOSENG JENDELA TERBELAH 2 DAN DINDING LEMBAB SERTA BANGUNAN DINDING RETAK RETAK, TIDAK DI ACI DENGAN BAIK, ANTARA KOSENG JENDELA DAN DINDING TIDAK DI PLESTER SEHINGGA KELUAR MASUK SEMUT MERAH.
DINDING DI CAT BA ROTO ROTO OLEH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO YANG BERALAMAT JALAN ARAH BANDARA SAM RATULANGI MANADO, KECAMATAN MAPANGET LINGK X KELURAHAN PANIKI DEPAN TUGU ADIPURA dan lantai kamar mandi tidak di plester dengan baik.
MENGADUH KE BANK MANDIRI JUGA TETAP SALAH...
SALAH JADI BENAR DAN BENAR JADI SALAH..
GAMBAR BUKTI FOTO YANG MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU, BOLEH KALIAN LIHAT DI YOUTUBE, GOOGLE, FB UN WALL DAN FACE BOOK MILIK WANG YIHAN.
(7 foto) Foto
aku ingin sih punya pacar polisi atau teman kerja Polisi...
BalasHapusCuma aku tinggal di manado...
Ah kayaknya Aku berpasangan Rambo dan Jin Kazama aja atau Cerita American Ninja 1 - American Ninja 4 aja..
ini no hp ku 085340310777...,klu ada polisi yang usia muda yang mau jadi temanku, langsung aja berkenalan dengan aku ya.....
Please CALL ME.....
Tapi tak apa suasananya cukup memikat...
Saya topan 20 thn saya bot mencari top sehati yg tulus mencintai saya saya tinggal di bekasi ini nomor hp saya 082156383012
BalasHapussalam kenal
BalasHapusku cari teman
ku merantau di Jakarta
invite 3166ab01 wa 085694813311
Saya putra gay dikota medan sumatera utara, saya 25 tahn , saya bot mencari teman top disekitar medan sumut ni pin bbm saya 757c7231 / 085262175999
BalasHapushaloo ...
BalasHapussaya djati
saya udah punya bf
jadi disini saya numpang komen aja ...
ceritanya bagus bagus ...
saya suka
makasih ya
Q...lg cari om'nich,q bot.jgn jauh"wilayah cilacap ja .083863526262 nich no .hp q.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGw Chinese chubby Jakbar Grogol wa 0811-915-6886 cr TTM or tmn yang kost Grogol sekitarnya khusus bisex or pure top
BalasHapusSaya bayu di bogor vers 24 thn putih cari BF/teman wa.083811300666
BalasHapus