Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Selasa, 14 Maret 2017

Pistol yang Disukai Bayu

 Cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak bermaksud untuk menjelekkan siapapun.

Ini adalah ceritaku yang sebenarnya tak pantas aku ceritakan. Sebagai seorang polisi berpangkat Bripda, aku lumayan terkenal di kalangan pengguna medsos. Perawakanku yang tegap dengan tinggi 180 cm dan tubuh yang selalu aku jaga kekencangannya membuat cowok atau pun cewek banyak yang nge-fans denganku. Tetapi dibalik sikapku dan semua tentangku yang dipandang sempurna, aku punya sebuah cerita yang akan aku bagikan kepada kalian.
Ceritaku ini sudah lama terjadi, sekitar beberapa tahun lalu, waktu itu dirumahku kedatangan sepupuku bernama Bayu yang tinggal untuk sementara waktu. Bayu adalah sepupu jauhku, tetapi karena ayahnya dan ayahku sangat dekat maka aku pun mengenalnya meski sangat jarang bertemu. Terakhir aku bertemu dia yaitu saat aku masih SMP, saat itu Bayu masih kelas 2 SD. Meski agak canggung, tetapi karena aku tidak enak menolak permintaan paman dan ayahku akhirnya, Bayu aku ijinkan untuk tinggal bersamaku untuk sementara waktu. Lagian hitung-hitung menemaniku tinggal di rumah ini. Namaku Hendry dan saat ini usiaku sudah 26 tahun. Aku merupakan salah seorang polisi berpangkat Bripda yang bertugas di POLSEK ********.
Sosok Bayu diusianya yg ke-18 ini, tentu membuat aku jadi salah tingkah sendiri. Awalnya aku bingung juga. Wajahnya yang manis dan biibirnya yang tipis membuat aku mulai bingung dengan apa yang aku rasakan ketika Bayu hadir di rumah ini. Aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Jujur aku seperti aneh sendiri dengan perasaanku terhadap sepupuku yang ganteng ini. apakah aku ‘sakit’? Mungkin aku bisex. Entah mengapa aku seperti ingin memiliki Bayu. Sejak pertama dia tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memilikinya, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan aku sedang libur dan Bayu tidak ada mata kuliah,.
“Bay! Entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai deh surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Bayu masuk ke kamar sambil membawa majalah yang dia pinjam kemarin.
“Bang, aku mau balikin majalah!” katanya.
Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan majalah itu. Aku pikir masa bodoh saja ah, karena toh Bayu juga sudah lihat sejak awal aku menonton film porno. “Makasih Bay,” kataku.
Bayu tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Bay.. kok kamu bengong aja?” kataku pura-pura tidak tahu.
“Eh.. iya, Bang kamu nyetel apaan tuh!” kata Bayu.
“Kenapa Bay? Kamu suka juga nonton ‘film’?” tanyaku.
“Mending kita nonton sama-sama sini” ajakku seperti berusaha mencari peluang. Aku pun mengambilkan dia kursi.
Bayu mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatapnya.
“Bay, sebelum ini kamu pernah nonton bokep ngggak?” tanyaku.
“Pernah lah bang,” jawabnya.
Wah Bayu gila juga ternyata, diam-diam nakal.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi… kalo sendiri sich sering.”
Wah makin berani saja aku. Akhirnya aku sadar pada keadaanku saat itu. Aku ternyata memiliki jiwa ‘sakit’. Aku suka dengan Bayu. Hingga yang ada dalam pikiranku saat itu cuma ML sama dia. Bagaimana caranya aku bisa puas, tidak peduli saudara sendiri, yang penting nafsuku hilang.
Melihat nafanya yang mulai naik-turun karena terangsang, aku pun ikut terangsang, dan batang kontolku pun makin tambah tegang.
“Bay, kamu terangsang ya? sampai nafsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nih Bang, bentar ya aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
“Eh… ngapain ke kamar mandi, nih lihat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si pistol ini,” kataku. Jujur aku sudah kepalang tanggung dan tidak berfikir lagi kalau Bayu itu normal atau tidak.
 “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak deh Bang,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang saja Bay, ini cuma rahasia kita berdua kok,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak dia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya memegang kontolnya yang juga mulai tegang dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian Bayu pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.
“Kamu akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju yang masih kami kenakan dan juga.
Perlahan ia membuka celanaku dan celananya.
“Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil.
 “Terserah kamu lah,” kataku, “Yang penting kamu akan aku puaskan.”
Tak kusangka Bayu berani menarik kontolku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. Akhirnya terbongkar sudah, siapa Bayu sebenarnya. Ternyata dia sakit juga.
“Bang, kamu tiduran deh, kita ‘69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan kontolnya ke mukaku sementara kontolku diemutnya, aku mulai menjilat-jilat kepala kontolnya yang sudah basah itu, dan aromanya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan zakarnya juga. Tapi entah mengapa aku seperti tidak berminat dengan kontol Bayu. Aku lebih terangsang ketika melihat anusnya yang imut dan merah muda seperti seakan-akan memanggil lidahku untuk menyentuhnya. Aku pun berinisiatif memainkan anus Bayu. Tentu hal ini merupakan hal yang pertama kali aku lakukan dengan cowok. Tak lama setelah kumasukkan lidahku aku menghisap bibir anusnya, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di putingnya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya.
“Jangan hentikan Bang… Ahhhhh… percepat Bang, aku mau keluar nih! ahhhh… ahhhh… aahhhhh… Bang… aku ke.. luar!!!,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari kontolnya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
“Bay, sekali lagi yah, aku belum keluar nih,” pintaku.
“Bentar dulu Bang, aku lagi capek nih,” jelasnya.
Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati anusnya. “Bay, aku masukin sekarang ya?” kataku sambil memasukkan kontolku perlahan-lahan. Kelihatannya Bayu sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Anus Bayu masih sempit sekali, kontolku dibuat cuma diam mematung dipintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil kontolku yang gemuk dan berutrat masuk setengahnya, kira-kira 9 cm.
“Jangan Bang… sakit...!” katanya tanpa berontak.
“Tenang saja, nanti bakalan nggak sakit lagi kok. Rileks saja...” ucapku.
“Ahhhh… ahh… ahh…! sakit Bang, a.. ahh… ahh, pelan-pelan, aa… aah… aahh…!” katanya berteriak nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar kok, Bay mending doggy style aja ya...” kataku tanpa melepaskan kontol dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan kontolku dalam anusnya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ahhhh… a… aa ahhhh…” teriaknya. “Sakit lagi Bang… a.. aa… ahh…”
“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang danmemainkan pentilnya
“Aku mau keluar Bay…ahhhhhhh....” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam anusnya.
“Hamilin aku bang....”
“Iya Bay... ah....”
“Bang ingat ya, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”
”Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa nolak pistol polisi yang gede ini,” katanya mesra.
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Bayu, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Bayu yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Bayu atau sebaliknya, kadang juga saat pulang dinas dengan keadaanku yang masih berseragam lengkap.
Hari itu kelihatannya Bayu lagi ingin ditembak sama pstol 18 cm-ku, sejak di kantor dia terus menggodaku lewat messanger, bahkan ia sempat mengutarakan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini aku lagi sibuk sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.
Malam pun tiba, aku yang sudah memejamkan mata di kamar tiba-tiba merasakan sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan membuatku terbangun.
“Bayu! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Bayu yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
“Kamu mulai nakal Bang... Dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tahu, sekarang sudah jam dua,” katanya mesra sambil memegang kontolku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu, bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
“Kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan kontolku yang tegak menantang.
“Aku emut ya Bang?”
Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Bay jangan cepet-cepet dong, kasian pistolnya dong!”
“Aku sudah kepengen berat Bang!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi ‘69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
Aku mulai menjilat-jilat anusnya yang telah mengap-mengap minta di tusuk sambil tanganku memainkan putingnya yang semakin keras. Terus kuhisap anusya dan mulai kumasukkan lidahku.
“Aahhhh… ahhhhh…” desahnya.
“Bang! kamu pinter banget rimmingnya, a.. ahhh.. ahh..”
“Kamu juga makin pinter ngulum kontol abang,” kataku lagi.
“Bang, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yah, aa.. ahhhh..” katanya sambil mendesah. “Cukup sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ahhh… ahhhh…” katanya sambil menikmati jilatanku.
“Bang... sekarang kamu masukin yahhhh,” katanya memelas.
“Bersiaplah akan aku masukkan kontolku ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan kontolku ke bibir anusnya. “Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya. “Ahhhh… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan kontolku. “Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan Bay, ahhhhhh...” kataku sambil mulai bergoyang.
“Argggghhhhh enak Bang,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Bang!”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung mencumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
“Bay kamu udah punya BF belom?” tanyaku.
”Aku sudah bang... ahhh... ta...pi... ta-pi baru putus.. ahhhh,” katanya sambil mendesah. “Bang pacar aku itu enggak lihai soal benginian, cuma abang yang bisa bikin aku melayang.. ahhhh.”
“Arhhhhh uhhhhh yang bener sayang?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
“Auhhhh.. be.. ner.. kok Bang, a.. aa… ahhhh.. ahhhhh,” katanya terputus-putus.
“Masih kuat atau kamu mau udahan?” kataku menggoda Bayu yang terlihat meringis.
“Jangan udahan dong bang, aku baru kamu bikin terangsang kan ngggak enak kalau udahan, ahh… aa… ahh… aku percepat yach Bang,” katanya.
Bayu kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti gimana kan enaknya pistol polisi?” godaku. ”Bentar lagi kayaknya aku bakal keluar Bay... Uhhhhhh,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung. “Akkkhh… ahhhh… bentar lagi nih.”
“Tahan Bang!” katanya sambil mengeluarkan kontolku dari anusnya dan kemudian menggulumnya sambil tangannya mamainkan kontolnya.
“Aku juga Bang, bantu aku koncokin dong!” katanya menarik tanganku ke kontolnya.
Sambil kontolku terus dihisapnya aku kocok kontolnya dengan tanganku dan…
“Ahhhhh… a… ahh… ahh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Bang…” katanya sambil meremas tangangku. “Ahhhh… ah… aa.. ahhhh…” desahnya...
Kami pun ambruk kecapean...
“Aku tidur di sini ya Bang, nanti bangunin aku jam lima,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
Semenjak itu hampir tiap hari aku menghamili Bayu sepupuku yang manis itu. Walau aku pernah mengutarakan niat untuk menjadi BF nya tetapi Bayu tidak ingin ada ikatan di antara kami. Dia beralasan bahwa aku tidak boleh terus-terusan seperti ini. Aku harus tetap hidup normal. Tetapi, setelah sebulan... Bayu pun meninggalkan rumahku dan ngekos sendiri di dekat kampusnya. Walau pun begitu, ketika aku atau Bayu ingin memuaskan hasrat, kami sering janjian ketemu. Dan biasanya Bayu yang berkunjung ke rumahku untuk minta di tembak dengan pistolku yang tegak dan besar ini.


Sabtu, 11 Maret 2017

Polisi dan Futsal

 Cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak bermaksud untuk menjelekkan siapapun.
Sudah lama aku ingin menulis dan berbagi pengalaman-pengalamanku lagi kepada kalian tapi tidak bisa. Salah satu faktornya karena aku sibuk bekerja dan faktor lainnya yaitu karena aku lupa password blog ini J. Maaf ya, maklum ... hehehe. Ada yang kangen sama aku nggak??? Bagi yang kangen sama aku, terimakasih sudah kangen dan menjadi pembaca setia... Bagi yang nggak kengen, tolong dong dikangenin... Hehehe #Kidding
Okey, langsung saja ke inti permasalahannya. Banyak cerita yang sayang benget untuk aku luBangan begitu saja. Apalagi selama beberapa tahun ini aku banyak sekali nyimpen cerita yang sayang kalau cuma aku yang tahu. Tapi jujur, aku bingung mau mulai nulisnya dari mana... Hmmm... Mungkin dari perkenalanku dengan Briptu Egi saja kali ya?
Hari itu di salah satu senja di bulan Semptember 2014. Hujan gerimis menyentuh kulit mulusku yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan 40 km/jam menuju lapangan futsal. Jarak antara kos dan tempat itu kira-kira 2 km. Lumayan lah, bikin baju ama celana basah. Untung rintik hujannya nggak terlalu besar. Hari itu tim kami ditantang tanding oleh tim kenalan temanku. Jujur aku belum tahu siapa lawan kami, karena aku bete di rumah, jadi aku mau saja saat Ari (nama temanku) mengajakku untuk main futsal.
Singkat cerita, saat aku sampai di lapangan futsal dan melihat sekelompok pria gagah yang aku yakin akan melawan kami nanti, mataku pun tertuju pada sesosok pria berotot tegap dengan tinggi sekitar 178 cm dan rambut dipotong ala-ala TNI. Dug-dug-dug! Seketika, jantungku berdetak kencang dan seolah-olah mataku menangkap sosok pangeran tampan yang aku idam-idamkan selama ini.
“Nah, ini anak ditungguin dari tadi baru dateng...,” ucap Ari membuyarkan pandanganku.
“Eh, hujan bro... sorry... sudah lama kalian nunggu?”
“Seperempat jam mungkin. Ayo buruan Bay...”
“Iya Ri...”. Aku bergegas memasang sepatuku dan segera bergabung dengan tim.
Selama pertandingan, mataku tak pernah lepas dari pria itu, Egi namanya. Kadang aku menangkap Bulge besar dibalik celananya yang aduhhhhhh... bikin aku nggak fokus main... ingin rasanya aku pura-pura jatuh dan memegang jendolan itu... tapi... Arggg!!!! Bikin horny...
Setelah hari itu, aku pun aktif bermain futsal dengan teman-teman... Aku berusaha dekat dengan timnya Egi dan berbaur. Namanya rezeki nggak bakalan lari deh... Mengapa bisa? Karena usahaku untuk mendekati Egi pun akhirnya terlaksana dengan baik. Belakangan aku ketahui kalau dia adalah seorang Polisi berpangkat Briptu dan usianya 29 tahun (beda hampir 10 tahunan denganku).
Aku dan Bang Egi akhirnya dekat lantaran aku sering ngajak dia ngobrol dan setelah futsal biasanya aku makan bareng di warung makan tidak jauh dari lapangan futsal. Seperti sore itu, aku beralasan bahwa motorku bocor padahal aku mau main futsal. Sebenarnya itu trikku saja untuk mendekati Bang Egi. Dengan alasan itu, aku bbm dia dan minta dijemput. Tak ku sangka, dia langsung bilang oke! Bang Egi pun menjemputku dan pulangnya pun aku ikut dia. Jam saat itu menunjukkan pukul 22.00. Awalnya aku coba-coba saja menawarkan bang Egi untuk mampir di kosku.
“Nggak mampir dulu bang?”
“Nanti kapan-kapan saja Bay. Sudah malam ini,” tolaknya.
“Kenapa bang? Apa gara-gara malam jumat ya?” aku mencoba menggodanya...
“Nggak lah Bay, istriku lagi ke kampung. Ada urusan katanya”
“Kalau gitu nggak ada alasan dong untuk nggak mampir...”
Banag Egi terdiam sejenak kemudian dia pun menatapku. “Oke, lah Bay... saya mampir sebentar”
“Gitu dong bang... Ayo masuk”
Aku pun mempersilahkan dia masuk dan mengambilkannya minuman dingin. Kami pun bercerita kesana-kemari, ke atas-ke bawah, ke dalam- ke luar... hingga pembicaraanku pun mulai menjurus ke hal yang pribadi...
“Bang Egi… Sudah berapa lama sih menikah kok masih belum punya anak?” pancingku.
”3 tahun Bay” jawabnya singkat.
”Lho kok belum punya anak… Mungkin Bang Egi kurang genjotannya kali, jati kurang ada sesuatunya gitu... hehehe,” kataku mulai menjurus.
”Siapa bilang Bay… orang saya paling jago di ranjang… Istri saya saja kadang minta ampun ampe nangis-nangis,” jawabnya.
Aku dan Bang Egi memang dari awal suka bicara apa adanya tapi baru kali ini menjurus ke masalah ranjang.
”Aahh…Nggak percaya aku Bang, masa sih ampe nangis-nangis?”
“Jadi kamu nggak percaya? Apa kamu mau saya kelonin dulu biar percaya?” jawabnya sambil membetulkan posisi kontol besarnya yang tampak mulai tagang. Pikiranku semkain tidak menentun membayangkan tangan-tangan Bang Egi menyusuri tiap senti kulit tubuhku yang mulus ini.
”Nggak ah bang kebanyakan mah cowok besar di mulut doank… Kaya, tamu gak diundang… Belum juga disuruh masuk udah keluar duluan.” jawab ku sedikit menantang.
”Bay… Andai saja kamu cewek, sudah dari dulu kamu saya perkosa...” jawabnya mengagetkan aku.
Sejenak aku mencoba memikirkan kata-kata Bang Egi
barusan... Sejak dulu ingin rasanya menikmatin benjolan besar di balik celananya itu.
“Haha siapa takut... Udah ah bang, jadi ngaco gini omongan kita.” Aku berusaha sok tidak mau, padahal di dalam hati aku pengen banget bang Egi buka tu celana dan nyuruh aku ngulum kontolnya sampai croootttt...
Dia bangkit dari kursinya dan tiba-tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram dadaku dari belakang dan meremasnya seolah payudara wanita dengan gemasnya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.
”Aaahhhh… Aku udah tahu kok Bay, kamu pengen saya kelonin... Kamu mau saya entot dimana… katakan… hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku.
”Ssshhhh…..aaahhhh Bang…terusin Bang…. nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibirnya, aku semakin bernafsu ketika tangan Bang Egi turun ke arah pantatku. aku semain gila menerima rangsangan itu.
“Ooohhhh…. hhhhmmmm…. terusin Bang…. ayo Bang terusin.”
Aku masih pura-pura tak mengimbanginya. Lalu Bang Egi menarik tanganku masuk ke kamar.
Sesampainya di kamar belum sempat aku berbicara, Bang Egi telah memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.
”Aaahhh…Bang…. ooohhhh…” desahku sambil membalas kecupan-kecupan polisi itu, lidah BangEgi bermain main di rongga mulutku.
”Sekarang kamu boleh minta apapun yang kamu mau... Aaaahhh…saya sudah lama ingin mencumbumu, Bay” kata Bang Egi di sela-sela ciuman mautnya.
Tangan Bang Egi dengan kasar meremas kedua pantatku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk-liuk bagaikan penari yang gemulai.
”Bay…. Aaaahhh… saya sudah lama menanti saat-saat seperti ini… Ssshhh…. Aaahhhh…. Saya akan puaskan kamu.” Kata Bang Egi sambil terus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian putingku, sementara tangan kanan Bang Egi mulai menyelinap di balik celanaku.
“Ooohhh…. Bang …ssshhhh… terus Bang. Puaskan aku malam ini,” ucapku. ”Malam ini aku milik mu Bang… Aaahhh…. terus Bang… terus…” kata-kata yang tak terkontrol keluar begitu saja dari mulutku yang merah muda.
Bang Egi mulai membuka bajuku, dan melepas celanaku dan melemparnya begitu saja. aku didorongnya ke dinding. Masih dengan beringasnya Briptu Egi menciumi, mengenyot putingku hingga aku mengeliat geliat tak karuan.
”Bay… Kamu manis banget, tubuhmu kaya cewek… Bikin abang horny berat... saya ingin menikmati tubuhmu ini, Bay.” celoteh Bang Egi, pambil putingku yang merah menjadi sasaran lidah Bang Egi.
“Terus Bang…isep Bang…isep terus…gigit…gigit putingku Bang, anggap itu puting istri abang,” ucapku.
”OOohhh…Merahnya….aaahhh…nikmatnya puting kamu Bay.”
”Ayo Bang … Cepet bang nikmatin tubuhku ini…Kenyot putingku ini sampai abang puas... Aahhhkk….Oooohhhh….” Aku memekik ketika Bang Egi tiba-tiba saja menyentuh bagian yang paling sensitifku.
Tangan Bang Egi mengelus elus lubang anuskuku yang sudah gatal pengen di jejal kontol polisi yang gagah perkasa itu.
”Bang…terus ..aaahhh… Masukin jarinya Bang .. Ayo Bang..” Aku memohon padanya.
Bang Egi  memutar badanku hingga aku membelakanginya dan dia pun mulai jongkok di depan anusku, kemudian Bang Egi me-rimming anus mungilku dengan rakusnya.
”Ooohhh…Bang…oh yeah…ahhhh…terus Bang…terus Bang masukin lidahnya yang dalam Bang...”
”Hhmmm….enaknya anusmu Bay. Kaya memek… Ahhh… Ini kah yang namanya anus cowok cakep? Abang jilatin sampai kamu puas yasayang...” kata Bang Egi.
”iya Bang…Jilat bang, seruput... Mainin anusku sampai puas... Iyaaahhh ahhhhhh…terus Bang... Ooohhhhhh………. aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh…. ahhhh… Bang aku… aku … oohh…Sukaaaa... ayo bangggg...” Aku lepas kontrol dan mengerang seperti orang kesurupan.
Bang Egi pun sepertinya ingin sesuatu lebih dan bukan hanya sekedar menyeruput anus. Dia membopongku keranjang. Kemudian, Bang Egi kembali menciumiku, melumat bibirku, kembali aku di permainkan nafsuku, kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman Bang Egi dan tanganku mengelus pundak kekar polisi berbadan besar itu. Ciumanku merambat ketelinga Bang Egi, kusapu habis telinganya dengan lidahku, kemudian ciumanku turun ke leher Bang Egi.
”Aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kamu puas” erangnya.
Tangan Bang Egi mempermainkan putingku dan memilinnya hingga mengeras.
Tanganku mulai pindah ke celana Bang Egi dan segera saja aku turunkan celananya. Terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkong di depan Bang Egi, Perlahan aku turunkan celana dalam itu dan….wow besar banget kontol polisi ini, gumam ku. Aku pun segera mengulum kontol Bang Egi yang keras seperti tongkat besi.
”Ooohhhh….terus isep Bayu sayang… yah… yah… ohhh… aaahhhh” Bang Egi mengerang. ”Aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontolku…aaahhhh.”
Aku mengulum dan terus memainkan lidahku di ujung kepala kontolnya yang merah mengkilat, dan menusuk-nusukkan lidahku ke lubangnya yang imut itu.
”Eeemmmm….Bang …aaahhh kontol Abang enak sekali... Besar... Berurat... Panjang banget... Adek suka bang...” desahku, sambil terus mengocok batang Bang Egi dengan bibirku, ku hisap dan ku mainkan buah zakar yang menggelantung itu dengan tanganku.
”Aaaahhhh…..Aaahhhh…. Uhhhhh.... Anj*ng... Enak banget... Ahhhhhhh” Bang Egi mendesah ketika aku menghisap buah zakarnya yang besar itu.
Bang Egi menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kakiku menjuntai ke lantai.
Bang Egi menarik kakiku agak melebar lalu Bang Egi kemudian sedikit menurunkan badannya, memukul-mukulkan kontol 18 cm-nya itu ke bongkohan pantatku yang aduhai.
”Aaahhh…Bang ….ayo Bang …aku sudah tidak tahan jangan permainkan aku Bang... Entot aku dengan kontol besarmu itu bang... cepattttt bang... ahhhhhh...” kataku menghiba.
Bang Egi memegang pinggulku dan kemudian ia segera menusukkan gada yang merah itu ke lubang anusku.
”Aaahhhkkkk…. Bang sakit Bang…sakit…” teriakku saat kontol besar itu mencoba menyeruak masuk, aku mencoba menepis rasa sakitnya.
Bang Egi lalu jongkok di depan anusku dan menyapunya dengan lidah seolah-olah ingin menambahkan pelumasnya.
”Aaahhh… Bang… oooohhhh…. terus Bang… terusin Bang…”
”Aku masukin lagi ya sayang” kata Bang Egi.
Aku tidak menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke anusku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan polisi itu.
”Aaaahhhhkkkk…. Pelan-pelan Bang…ouhhhch…sakit Bang…sakit…” rintihku.
Bang Egi dengan perlahan dan pasti menusukkan kontol besarnya itu ke dalam anus mungilku.
”Ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh”
Kontol itu pun kemudian masuk seluruhnya. Bang Egi diam sejenak, menunggu agar anus indahku bisa menerima kontol yang besar itu.
”Ahhh Bang… iyah… iyah… terus Bang.. terus… masukin yang dalam Bang terus… ooohhh... Hamilin aku bang...”
”Sayang anus kamu nikmat sekali…. anus kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu... terima kontolku ini sayang” oceh Bang Egi.
”Ooohhh Bang terusin Bang…kontol Abang besar dan nikmat…. oh ya… yah.. yah… ahhhhh....” erangku diantara sodokan-sodokan kontol Bang Egi yang kian gencar dan dahsyat itu.
Bang Egi menarik kontolnya dan memintaku turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. Bang Egi membungkukkan bandannya dan kembali menciumi pantatku, kemudian dia melebarkan kembali bongkohan pantatku. Lagi-lagi lidah Bang Egi menyapu anusku.
”Aahhkkk…Bang…ooohhh…. terus kan Bang… iyah… jilati Bang.. ayo jilati terus anusku Bang”
”Eemmm… nikmatnya sayang…aku amat suka anus kamu yang indah ini” kata Bang Egi.
Kemudian Bang Egi berdiri dan mulai menusuk-nusukkan kontolnya lagi, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol Bang Egi.
“Ayo Bang… yang keras Bang.. yang keras…ooohhh …aaahhh”
”Bang aku mau keluar Bang…aaahhh… ayo Bang cepetan Bang… yang kenceng Bang terus Bang sodok lubang aku Bang…entot yang kuat Bang …ayo Bang” kataku
”Iya sayang aku juga mau keluar ini…aaahhh…”
”Bang…oooohhhh…. aaahhhh aku kelu…arrrr.. aku…aku keluar Bangg...” dengan hentakan keras ke belakang dan Bang Egi dengan hentakan keras ke depan aku merasakan seakan-akan kontol itu menembus sampai perutku.
”Aahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang Bang Egi yang di iringi semburan hanggat berliter-liter pejuh di dalam anusku...
“Ah... Enak bang... sekarang aku sudah menerima benih-benih calon anak abang...”
“Uhhh... Ohhh... Terimakasih ya Bay. Jaga benih anak abang... Abang bakalan terus mencoba hamilin kamu sampai abang punya anak dari kamu, Bay...,” candanya...
“Hahaha... Abang yakin? Kalau gitu siap nanti kalau Bayu minta ronde dua?” tantangku manja sambil mengelus rahangnya yang kokoh...
“Ayo, siapa takut...,” Briptu Egi tersenyum nakal sambil mengecup bibirku mesra...

... BERSAMBUNG ...