Cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak
bermaksud untuk menjelekkan siapapun.
Ini adalah ceritaku
yang sebenarnya tak pantas aku ceritakan. Sebagai seorang polisi berpangkat Bripda,
aku lumayan terkenal di kalangan pengguna medsos. Perawakanku yang tegap dengan
tinggi 180 cm dan tubuh yang selalu aku jaga kekencangannya membuat cowok atau
pun cewek banyak yang nge-fans denganku. Tetapi dibalik sikapku dan semua
tentangku yang dipandang sempurna, aku punya sebuah cerita yang akan aku
bagikan kepada kalian.
Ceritaku ini sudah
lama terjadi, sekitar beberapa tahun lalu, waktu itu dirumahku kedatangan
sepupuku bernama Bayu yang tinggal untuk sementara waktu. Bayu adalah sepupu
jauhku, tetapi karena ayahnya dan ayahku sangat dekat maka aku pun mengenalnya
meski sangat jarang bertemu. Terakhir aku bertemu dia yaitu saat aku masih SMP,
saat itu Bayu masih kelas 2 SD. Meski agak canggung, tetapi karena aku tidak
enak menolak permintaan paman dan ayahku akhirnya, Bayu aku ijinkan untuk
tinggal bersamaku untuk sementara waktu. Lagian hitung-hitung menemaniku
tinggal di rumah ini. Namaku Hendry dan saat ini usiaku sudah 26 tahun. Aku
merupakan salah seorang polisi berpangkat Bripda yang bertugas di POLSEK
********.
Sosok Bayu diusianya
yg ke-18 ini, tentu membuat aku jadi salah tingkah sendiri. Awalnya aku bingung
juga. Wajahnya yang manis dan biibirnya yang tipis membuat aku mulai bingung
dengan apa yang aku rasakan ketika Bayu hadir di rumah ini. Aku pun tak tahu
apa yang aku rasakan. Jujur aku seperti aneh sendiri dengan perasaanku terhadap
sepupuku yang ganteng ini. apakah aku ‘sakit’? Mungkin aku bisex. Entah mengapa
aku seperti ingin memiliki Bayu. Sejak pertama dia tinggal, aku selalu berangan-angan
bahwa dapat memilikinya, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal.
Dan siang ini kebetulan aku sedang libur dan Bayu tidak ada mata kuliah,.
“Bay! Entar kalau ada
perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan
komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai deh surfing ke situs-situs
porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Bayu masuk ke kamar sambil membawa
majalah yang dia pinjam kemarin.
“Bang, aku mau
balikin majalah!” katanya.
Tanpa memperdulikan
komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan majalah
itu. Aku pikir masa bodoh saja ah, karena toh Bayu juga sudah lihat sejak awal
aku menonton film porno. “Makasih Bay,” kataku.
Bayu tidak
memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Bay.. kok kamu
bengong aja?” kataku pura-pura tidak tahu.
“Eh.. iya, Bang kamu
nyetel apaan tuh!” kata Bayu.
“Kenapa Bay? Kamu
suka juga nonton ‘film’?” tanyaku.
“Mending kita nonton
sama-sama sini” ajakku seperti berusaha mencari peluang. Aku pun mengambilkan
dia kursi.
Bayu mulai serius
menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatapnya.
“Bay, sebelum ini
kamu pernah nonton bokep ngggak?” tanyaku.
“Pernah lah bang,”
jawabnya.
Wah Bayu gila juga
ternyata, diam-diam nakal.
“Kalau ML?” tanyaku
lagi.
“Belom,” katanya,
“Tapi… kalo sendiri sich sering.”
Wah makin berani saja
aku. Akhirnya aku sadar pada keadaanku saat itu. Aku ternyata memiliki jiwa
‘sakit’. Aku suka dengan Bayu. Hingga yang ada dalam pikiranku saat itu cuma ML
sama dia. Bagaimana caranya aku bisa puas, tidak peduli saudara sendiri, yang
penting nafsuku hilang.
Melihat nafanya yang mulai
naik-turun karena terangsang, aku pun ikut terangsang, dan batang kontolku pun
makin tambah tegang.
“Bay, kamu terangsang
ya? sampai nafsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nih Bang, bentar
ya aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
“Eh… ngapain ke kamar
mandi, nih lihat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si pistol ini,”
kataku. Jujur aku sudah kepalang tanggung dan tidak berfikir lagi kalau Bayu
itu normal atau tidak.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak deh Bang,”
katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang saja Bay, ini
cuma rahasia kita berdua kok,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak dia
gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya memegang
kontolnya yang juga mulai tegang dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah.
Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang
kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi
kemudian Bayu pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.
“Kamu akan aku
berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan
menciumnya. Tangannya membuka baju yang masih kami kenakan dan juga.
Perlahan ia membuka celanaku dan celananya.
Perlahan ia membuka celanaku dan celananya.
“Kita ke dalam kamar
yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil.
“Terserah kamu lah,” kataku, “Yang penting kamu
akan aku puaskan.”
Tak kusangka Bayu
berani menarik kontolku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan
menuju kamarnya. Akhirnya terbongkar sudah, siapa Bayu sebenarnya. Ternyata dia
sakit juga.
“Bang, kamu tiduran
deh, kita ‘69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai
menindihku, didekatkan kontolnya ke mukaku sementara kontolku diemutnya, aku
mulai menjilat-jilat kepala kontolnya yang sudah basah itu, dan aromanya
membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan zakarnya juga. Tapi
entah mengapa aku seperti tidak berminat dengan kontol Bayu. Aku lebih
terangsang ketika melihat anusnya yang imut dan merah muda seperti seakan-akan
memanggil lidahku untuk menyentuhnya. Aku pun berinisiatif memainkan anus Bayu.
Tentu hal ini merupakan hal yang pertama kali aku lakukan dengan cowok. Tak lama
setelah kumasukkan lidahku aku menghisap bibir anusnya, menjilat dan kadang
kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di putingnya. Tak lama
kemudian ia melepaskan emutannya.
“Jangan hentikan
Bang… Ahhhhh… percepat Bang, aku mau keluar nih! ahhhh… ahhhh… aahhhhh… Bang… aku
ke.. luar!!!,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari kontolnya.
Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
“Bay, sekali lagi
yah, aku belum keluar nih,” pintaku.
“Bentar dulu Bang,
aku lagi capek nih,” jelasnya.
Aku tidak peduli
kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati anusnya. “Bay, aku masukin sekarang
ya?” kataku sambil memasukkan kontolku perlahan-lahan. Kelihatannya Bayu sedang
tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Anus Bayu
masih sempit sekali, kontolku dibuat cuma diam mematung dipintunya. Perlahan
kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya
berhasil kontolku yang gemuk dan berutrat masuk setengahnya, kira-kira 9 cm.
“Jangan Bang…
sakit...!” katanya tanpa berontak.
“Tenang saja, nanti
bakalan nggak sakit lagi kok. Rileks saja...” ucapku.
“Ahhhh… ahh… ahh…!
sakit Bang, a.. ahh… ahh, pelan-pelan, aa… aah… aahh…!” katanya berteriak
nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar
kok, Bay mending doggy style aja ya...” kataku tanpa melepaskan kontol dan
berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai
kukeluar-masukkan kontolku dalam anusnya dan kurasa ia pun mulai terangsang
kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan
menaik-turunkan pinggulnya.
“Ahhhh… a… aa ahhhh…”
teriaknya. “Sakit lagi Bang… a.. aa… ahh…”
“Tahan aja, cuma
sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang danmemainkan pentilnya
“Aku mau keluar Bay…ahhhhhhh....”
kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan
spermaku di dalam anusnya.
“Hamilin aku
bang....”
“Iya Bay... ah....”
“Bang ingat ya,
jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”
”Oh tenang aja aku
bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa
nolak pistol polisi yang gede ini,” katanya mesra.
Setelah saat itu
setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Bayu, terkadang aku
yang memang sedang ingin atau terkadang juga Bayu yang sering ketagihan, yang
asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang
tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Bayu atau sebaliknya, kadang juga saat
pulang dinas dengan keadaanku yang masih berseragam lengkap.
Hari itu kelihatannya
Bayu lagi ingin ditembak sama pstol 18 cm-ku, sejak di kantor dia terus
menggodaku lewat messanger, bahkan ia sempat mengutarakan kemauannya untuk ML
siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini aku lagi sibuk sehingga kami tak
jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia
mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja
kemauanku.
Malam pun tiba, aku
yang sudah memejamkan mata di kamar tiba-tiba merasakan sesuatu menindihku
hingga aku sesak napas dan membuatku terbangun.
“Bayu! apa Ayah sudah
tidur?” tanyaku melihat ternyata Bayu yang menindihiku dengan keadaan
telanjang.
“Kamu mulai nakal
Bang... Dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tahu,
sekarang sudah jam dua,” katanya mesra sambil memegang kontolku karena ternyata
celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu,
bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
“Kamu tidak sadar
yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil
memperlihatkan kontolku yang tegak menantang.
“Aku emut ya Bang?”
Emutanya kali ini
terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Bay jangan
cepet-cepet dong, kasian pistolnya dong!”
“Aku sudah kepengen
berat Bang!” katanya lagi.
“Mending seperti
biasa, kita pake posisi ‘69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar
tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
Aku mulai menjilat-jilat anusnya yang telah mengap-mengap minta di tusuk sambil tanganku memainkan putingnya yang semakin keras. Terus kuhisap anusya dan mulai kumasukkan lidahku.
Aku mulai menjilat-jilat anusnya yang telah mengap-mengap minta di tusuk sambil tanganku memainkan putingnya yang semakin keras. Terus kuhisap anusya dan mulai kumasukkan lidahku.
“Aahhhh… ahhhhh…”
desahnya.
“Bang! kamu pinter
banget rimmingnya, a.. ahhh.. ahh..”
“Kamu juga makin
pinter ngulum kontol abang,” kataku lagi.
“Bang, kali ini kita
tidak usah banyak-banyak yah, aa.. ahhhh..” katanya sambil mendesah. “Cukup
sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ahhh… ahhhh…” katanya
sambil menikmati jilatanku.
“Bang... sekarang kamu
masukin yahhhh,” katanya memelas.
“Bersiaplah akan aku
masukkan kontolku ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan kontolku ke bibir
anusnya. “Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya.
“Ahhhh… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan kontolku. “Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan
Bay, ahhhhhh...” kataku sambil mulai bergoyang.
“Argggghhhhh enak
Bang,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian
dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong
Bang!”
Tanpa disuruh dua
kali aku langsung mencumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya
yang semakin mahir.
“Bay kamu udah punya
BF belom?” tanyaku.
”Aku sudah bang...
ahhh... ta...pi... ta-pi baru putus.. ahhhh,” katanya sambil mendesah. “Bang
pacar aku itu enggak lihai soal benginian, cuma abang yang bisa bikin aku
melayang.. ahhhh.”
“Arhhhhh uhhhhh yang
bener sayang?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
“Auhhhh.. be.. ner..
kok Bang, a.. aa… ahhhh.. ahhhhh,” katanya terputus-putus.
“Masih kuat atau kamu
mau udahan?” kataku menggoda Bayu yang terlihat meringis.
“Jangan udahan dong
bang, aku baru kamu bikin terangsang kan ngggak enak kalau udahan, ahh… aa…
ahh… aku percepat yach Bang,” katanya.
Bayu kemudian
mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti
gimana kan enaknya pistol polisi?” godaku. ”Bentar lagi kayaknya aku bakal
keluar Bay... Uhhhhhh,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di
ujung. “Akkkhh… ahhhh… bentar lagi nih.”
“Tahan Bang!” katanya
sambil mengeluarkan kontolku dari anusnya dan kemudian menggulumnya sambil
tangannya mamainkan kontolnya.
“Aku juga Bang, bantu
aku koncokin dong!” katanya menarik tanganku ke kontolnya.
Sambil kontolku terus dihisapnya aku kocok kontolnya dengan tanganku dan…
Sambil kontolku terus dihisapnya aku kocok kontolnya dengan tanganku dan…
“Ahhhhh… a… ahh… ahh…
ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Bang…”
katanya sambil meremas tangangku. “Ahhhh… ah… aa.. ahhhh…” desahnya...
Kami pun ambruk
kecapean...
“Aku tidur di sini ya
Bang, nanti bangunin aku jam lima,” katanya sambil menutup mata dan kemudian
tertidur, di sampingku.
Semenjak itu hampir
tiap hari aku menghamili Bayu sepupuku yang manis itu. Walau aku pernah
mengutarakan niat untuk menjadi BF nya tetapi Bayu tidak ingin ada ikatan di
antara kami. Dia beralasan bahwa aku tidak boleh terus-terusan seperti ini. Aku
harus tetap hidup normal. Tetapi, setelah sebulan... Bayu pun meninggalkan
rumahku dan ngekos sendiri di dekat kampusnya. Walau pun begitu, ketika aku
atau Bayu ingin memuaskan hasrat, kami sering janjian ketemu. Dan biasanya Bayu
yang berkunjung ke rumahku untuk minta di tembak dengan pistolku yang tegak dan
besar ini.