Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Selasa, 26 Februari 2013

Inserer: Polisi dan Mahasiswa

Akhirnya usaha kerasku selama study di Kota dingin Malang ini, usai sudah. Aku berhasil lulus menyelesaikan studyku dan menjadi seorang sarjana. Sarjana teknik, kini melekat di belakang namaku. Target berikutnya tentu mencari pekerjaan yang sesuai. Dan sesuai harapan dan cita-citaku, aku ingin meniti karier di kota Surabaya atau di Kota Jakarta. Akhirnya pilihanku jatuh ke Kota jakarta, karena peluangnya lebih besar.
Pagi buta aku menginjakkan kaki di stasiun Gambir, Jakarta. Bingung dan ngantuk bercampur jadi satu. Sodaraku yang berniat ingin menjemput ternyata mendapat tugas mendadak dari kantornya. Akhirnya dengan bertekad bulat aku menuju Pos Polisi terdekat dengan maksud untuk menanyakan alamat dan kendaraan yang menuju kesana.

Polisi muda itu tersenyum ramah kepadaku. Namanya Irawan, terlihat dari name tag di dada kanannya. Perawakan tinggi tegap, sekitar 176cm dengan berat 74kg. Terlihat gempal!. Tiba tiba kemaluanku mulai bereaksi dan rasa kantuk sirna dalam sekejap demi melihat pemandangan nan rupawan di depan mata.

“Ada yang bisa dibantu??” Kata Irawan ramah dengan suara wibawanya. “Maaf, Pak… saya baru saja datang dari kampung saya di Situbondo. Saya berniat ingin ke rumah sodara saya di daerah Rawamangun. Ini dia alamatnya…. Saya tidak tahu daerah Jakarta. Maaf, Pak…mohon bantuannya menunjukkan kendaraan umum yang menuju ke alamat sodara saya tadi…”

“Sebentar, dik… Nanti saya antar ke rumah sodara adik. Soalnya masih pagi buta begini, jarang ada kendaraan umum yang beroperasi, coba tunggu disini sebentar… saya akan bilang ke teman saya terlebih dahulu..Lagian jadwal jagaku waktunya pergantian. Kebetulan rumah sodara adik sejalan dengan rumahku”, kata Irawan menerangkan.
“Baik, Pak…!! Terimakasih!!!”, jawabku senang, membayangkan akan diantarkan polisi gagah nan tampan. Aku duduk menunggu Irawan yang sedang berbicara dengan salah seorang temannya, petugas piket yang lain.
Iseng aku membuka mau menyalakan mp3 di HP dan aku membuka tas kecil mencari handsfreeku. Rupanya handsfreeku ketlisut, sehingga memaksa kukeluarkan seluruh isi tasku.


Tanpa aku sadari, rupanya Irawan sudah keluar dari pos dan kini berdiri di sebelahku lengkap dengan jaket polisinya, memperhatikan ulahku. Gileee…, dadaku mulai berdegup kencang dan buru buru merapikan seluruh benda benda ke dalam tas pinggangku lagi.
“Ayo!! Aku antar….tapi cuman pake motor ini aja ya, maklum lah namanya juga Polisi..,” Irawan terrsenyum nyengir memperlihatkan lesung pipitnya yang menawan
“Nggak pa pa kok, Pak!!” jawabku sekenanya, pikirku sudah melayang jauh..membayangkan fantasi liarku, hehehehehehe…
Segera bergegas aku naik ke boncengan motor gedenya itu. Tubuhku merapat memeluk pinggang sang polisi muda. Sementara kontolku mulai meronta-ronta menyentuh bagian pantat Irawan, dan aku rasa dia menyadari akan hal tersebut.
Dalam perjalanan itu, Irawan menanyaiku macam macam. Dan aku menjawab sekenanya, karena otakku sudah tak dapat berkonsentrasi penuh. Termasuk dia menanyakan, mengapa aku membawa kondom Fiesta dan pelicin Sutra. Dan juga ada kartu nama sebuah LSM gay Jakarta juga.
Aku tertegun, dan berusaha menjawab semua pertanyaan itu sewajarnya. Meskipun nada bicaraku sedikit bergetar menahan kebohongan.
“Mampir ke rumahku sebentar ya, Dik!?” tiba tiba Irawan menanyaiku. Aku hanya menurut saja. Irawan segera melarikan mogenya dengan kecepatan tinggi. Dan ini malah membuatku senang karena aku semakin erat mendekap tubuhnya.

Tak seberapa lama kami pun sampai pada sebuah Pavilliun mungil tapi bersih dan tampak terawat. Irawan membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk terlebih dahulu sementara dia berusaha untuk mencari parkir bagi mogenya tersebut.

Aku berdiri di dekat pintu menunggu dia menyelesaikan pekerjaan parkir motornya.
“Lho kok malah berdiri saja, udah masuk saja!!!” bentak Irawan yang memergokiku sedang melamun. Akhirnya kami berdua masuk dalam ruangan. Serta merta Irawan mengunci pintu rumahnya dan tiba tiba dia mendorong tubuhku sampe ke tembok. Aku kaget setengah mati… Senang, takut, deg-degan bercampur jadi satu…Mata Irawan menatap tajam ke arah mataku. Bibirnya yang seksi semakin mendekati wajahku. Tubuhnya merapat mendorong tubuhku semakin tertekan ke tembok. Nafas Irawan mulai memburu penuh nafsu, membuatku menjadi ketakutan….Tangan kanan Irawan tiba-tiba mencekik pelan leherku sehingga wajahku terangkat ke atas. Bagian bawah tubuhnya menekan kuat kontolku…dan aku juga merasakan bahwa kontol Irawan sudah ngaceng!!!! Aku merintih pelan dan mulai mendesah mendesis seperti ular kepanasan.

“Aku rasakan tadi kamu memelukku erat. Dan aku rasakan jendolan selangkanganmu mengeras waktu aku bonceng”,ujar Irawan..
“Dan yang pasti, ada kartu nama LSM gay serta kondom Fiesta yang membuatku yakin, kalau kamu juga penyuka sejenis”, tuduh Irawan tanpa aku bisa menyangkal.
Dengan satu kali gerakan mulut Irawan segera melumat dengan keras bibirku yang tipis dan merah. Aku hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati permainan polisi muda liar ini…

Sambil tetap memainkan lidahnya dalam mulutku Irawan melepaskan jaket kulit dan baju seragamnya. Segera kulihat dadanya yang bidang dan perutnya yang rata akibat gemblengan fisik semasa latihan membuatnya kelihatan benar benar sebagai sosok lelaki jantan dimataku. Dengan rakusnya dia menciumku bertubi-tubi dan sasaranpun pindah ke pipi hidung dan telingaku juga dijilatinya dengan rakuss..
Tangan Irawan mengarahkan kepalaku untuk mengisap putting susunya yang telah menonjol. Dengan gerakan lincah lidahku memainkannya dan sambil menjilat2 dadanya yang mengkilat karena keringat. Irawan segera membuka ikat pinggang celananya. Dengan beberapa gerakan dia telah mencopot seluruh celana beserta boxernya sehingga Irawan bertelanjang bulat sekarang. Suatu pemandangan yang telah kuimpikan sejak lama.

Kontolnya telah ngaceng dan keras…. seperti jari telunjuk yang sedang menunjuk sesuatu. Panjangnya sekitar 18cm dan tebalnya mungkin sekitar 4 cm. Tanpa buang waktu lagi aku segera menggenggam “pistol” Irawan yang kenyal. Kuisap kepalanya yang seperti jamur, merah merekah dan berdenyut denyut… eerrmmm hmmm slruup….aku mulai memasukkan batang kenikmatan ke dalam kerongkonganku, tangan Irawan mendorong kepalaku dan tubuhnya maju mundur sehingga kontolnya merojok sampai ke panggal tenggorokan. Irawan mendesis kenikmatan..erangannya penuh napsu dan membuatku semakin bersemangat menghisap kontolnya.
Aku segera melepaskan semua pakaian yang masih tertempel di tubuhku sehingga aku dan Irawan sama-sama bertelanjang bulat. Irawan membimbingku ke kasur empuknya. Dengan sangat romantis diraba seluruh tubuhku. Dia mulai menindihku…. Aaaccchh nikmat sekali rasanya berada dalam rengkuhan seseorang yang jantan dan berotot. Kedua kontol kita bergesekan satu sama lain dan ini membuatku amat bergairah.
Irawan membalikkan tubuhku, dijilatinya seluruh bagian belakang tubuhku, mulai dari punggung sampai ke pantatku. Dia semakin bersemangat menjilati lubang anusku sementara kedua tanggannya meremas-remas pantatku yang kenyal, putih dan mulus…
Tiba tiba Irawan melumuri lubang anusku dengan lubricant, terasa dingin dan nikmat….aaarrrgh aku menggelinjang… Dengan hati-hati Irawan memasuukan jari telunjuknya menembus lubang pantatku yang masih sempit…
“Aaaaccch….pelaaannns maaass…” desahku lirih….Irawan menghiraukan eranganku. Dia semakin asik dengan permainannya sendiri ….Sekarang dia mulai memasukkan dua jarinya, maju…mundur…iramanya teratur…dan ini malah membuatku semakin merasakan kenikmatan.
“eeeenaaaak..aaaah..eegh..terusss mas…masukin…” pintaku berulang-ulang, Irawan mempercepat laju keluar masuk jarinya……
“Sodok aku pake kontolmu masssh….” Akhirnya aku semakin kalap. Irawan kemudian mempersiapkan kontolnya yang masih saja tegak berdiri dari tadi. Pelan-pelan dia memasukkan kepala kontolnya, dan blassssssssssssshhh… akhirnya masuklah kepala kontolnya. Aku tahan sebentar lalu aku hentakkan pantatku hingga semua batang kontol itu melesak masuk semua ke dalam anusku.

“Aaarrrgh…..!!! eeeghh..”, aku menjerit menahan rasa sakit yang amat sangat bercampur nikmat tak terhingga. Ribuan voltase birahi menyengatku saat kontol itu mulai digerakkan. Irawan mulai menyodok maju mundur. Kontolnya seakan tak pernah puas memasuki lubang anusku. Tangannya menampar nampar pantatku. Ada rasa sakit, perih, tapi semuanya itu malah membuat aku semakin menikmati permainan ini. Sensasi yang luar biasa. Lama aku menikmati sodokan kontol polisi muda itu.
Hingga akhirnya kita pindah posisi. Aku sekarang tidur terlentang. Wajahku tersenyum kecil memandangi wajah Irawan yang penuh dengan peluh, badannya terukir indah. Sekujur tubuhnya yang kekar dipenuhi dengan keringat. Aku mengangkangkan kedua pahaku sehingga kontol Irawan segera dapat menerobos masuk lubang duburku dengan mudah. Ahh..nikmat kurasakan batang kontol itu melesak memenuhi lubang duburku kembali.

Memang rasa perih itu muncul lagi, namun segera tergantikan rasa nikmat. Dengan penuh napsu Irawan menghentak-hentakkan tubuhnya sehingga mendorong kontolnya masuk sampai ke dalam lubang anusku. Tangan Irawan tidak tinggal diam. Dia terus mengocok kontolku yang ngaceng. Ada rasa aneh tapi nikmat setiap kali kontol gede Irawan yang panjang itu menyentuh G-Spotku. Rasanya seperti mau buang hajat, tapi ubun ubun serasa menggelegak oleh rasa nikmat.
Akhirnya aku tak kuasa menahan dorongan itu…

“Maaaaasssh……aku mau keluar..!!!???!!!..” pekikku keras.. “Sebentar …kita keluar bareng!!!” Irawan menyodok semakin cepat dan keras. Tangannya memegang kedua kakiku. Sementara tanganku terus mengocok sendiri kontolku. Dan akhirnya…..
“AAAAccchhhhhh…….”
“Yesssss…!!!!!”
CROOOT…croootttt…Crrroooooooooottt!!!! Sperma Irawan menyembur berkali kali. Demikian juga kontolku juga menyemburkan cairan hangat itu.
Kami berdua menyemprotkan cairan kenikmatan secara bersama-sama. Kurasakan hangatnya mani Irawan yang kental dan banyak membasahi dinding duburku. Sungguh nikmat kurasakan. Dan ternyata semprotanku tadi ada yang mengenai wajah Irawan, sebagian mengenai dadanya dan sisanya memenuhi perutku.
Kami berdua tersenyum puas dan bahagia sambil berpelukan erat.
 
Sumber: http://cowokfacebook.blogspot.com/2012/03/polisi-dan-mahasiswa.html

Inserer: DI ENTOT POLISI SAAT RAZIA [ONE SHOOT]



Hari itu adalah hari senin, dimana semua kepadatan aktivitas dimulai, baik yang bekerja, ataupun sekolah. Jam sudah menunjukkan jam 08:15 artinya sudah 5 menit aku terlambat bekerja, aku terus memacu laju sepeda motorku, dengan kecepatan rata-rata 30 km perjam. Namun naas, di persimpangan komplek kantorku ada razia, dan sialnya lagi, motorku ini tidak punya kaca spion. Mau memutar, ternyata sudah diapit motor yang dibelakang, terpaksa aku menyelip di belakang mobil yang ada, namun sayang, hal itu yang membuat perhatian jadi tertuju padaku, karena terlihat jelas aku sedang berusaha kabur.
Polisi itu ada dua orang, dan terlihat jelas sedang menanyai kelengkapan dari masing-masing pengguna jalan, baik SIM, STNK, kaca spion dan helm bagi pengguna motor. Namun gara-gara aksiku tadi, salah seorang polisi itu menyuarakan peluitnya dan meneriakiku.
''mas, mas, tolong berhenti''.
Hanya itu yang aku dengar, takut bermasalah lebih panjang, akupun menghentikan motorku. Saat ia datang, sungguah aku sangat kaget karena ia langsung berkata..
''mas sebagai pengguna jalan harusnya sadar apa kesalahan mas saat ada razia, kalau dengan melakukan aksi seperti tadi, sebaiknya tidak usah membawa motor, naik angkot saja, tidak perlu mengikuti peraturan lalu lintas yang gono-gini''.
Malu bukan kepalang aku, di ceramahi oleh polisi, dan saat aku melihat wajahnya, ya ampun, kalau seperti ini, sebaiknya aku menyerahkan diri saja dari tadi, polisi nya ganteng bukan main, bisa-bisa aku pingsan karenanya.
''mas tolong buka helmnya, anda sudah melanggar peraturan''.
Astaga, aku tersadar dari khayalan memandangi wajahnya, untungnya aku menggunakan helm, sehingga ia tidak sadar saat aku melongo dari dalam kaca helm sedang memandanginya.
''maafkan kesalahan saya pak''.
Sambil melepas helm dari kepalaku.
''maafkan saya pak, saya sebenarnya sudah terlambat bekerja pak, dan kantor saya berada di komplek ini, saat tau ada razia, saya baru sadar, kaca spion saya tidak ada, karena tergesa-gesa akibat sudah terlambat, saya nyelip-nyelip saja pak, maafkan saya pak, bisa biarkan saya pergi pak, saya sudah terlambat''.
''maafkan saya juga mas, tapi ini sudah ketentuan hukum, apabila melanggar peraturan, akan dikenai sanksi, jadi saya mohon mas ikut saya''.
''tapi pak, saya sedang terburu-buru''.
''sebaiknya mas menurut saja, atau mas saya bawa ke pos saya dan di proses disana''.
terpaksa hari ini aku bolos bekerja karena kesalahanku sendiri, namun ini tidak terlalu buruk karena aku sedang berurusan dengan polisi yang amat menawan.
''mas tunggu disini dulu, saya ingin ke tempat teman saya dulu, kalau mas lari, mas akan mendapat masalah lebih runyam, karena nomor plat motor mas ini sudah saya catat''.
''baik pak''.
Ah, sial sekali dan beruntung sekali, aku bermasalah dengan polisi satu ini. Tak berapa lama, ia kembali lagi.
''biar saya yang bawa motor mas, kita akan pergi ke rumah saya, untuk membicarakan hal ini, dari pada di proses di kantor, lebih baik dirumah saya''.
''baik pak''.
Seampainya dirumah polisi itu, kepribadiannya langsung berubah, entah apa yang terjadi, entah petir dari mana, angin, hujan dari mana. Ia berubah total. Yang semula bergaya sopan dan resmi layaknya polisi pada umumnya, tapi dirumahnya, ia seolah-olah anak abg gaul yang hanya memakai kostum drama yang berperan sebagai polisi.
''gue tau lo gay, nama FB lo aldiansyah aldi syah kan?''.
''iya pak''.
''santai aja lagi bro, gue juga gay, gue tau FB lo dari fanpage gay, lo author beberapa cerpenkan?''.
''iya, jadi bapak, eh. . Lo, mau ngelakuin apa ke gue dirumah lo ini?''.
''gue mau kasih hukuman buat lo karena melanggar peraturan lalu lintas''.
Tiba-tiba bibirnya sudah melekat di pipiku, sangat lembut dan hangat, oh aku sangat menyukai hari ini dengan razia-razianya yang membawa nikmat, oh terimakasih special day.
''ayo ikut gue, lo nggak mau kan kepergok ma bonyok gue lagi dientot ma gue!''.
''what?''.
teriakku sambil terkejut, beneran nih polisi, atau. .? Ah, lupakan, nikmati saja. Hari ini.
Sesampainya di kamarnya, ia langsung mengunci pintu dan memagutku dari belakang, terasa sekali lengannya yang berotot tapi tidak terlalu kekar. Ia langsung menjamah kancing kemejaku dan membukanya satu-persatu, aku memang tidak berotot tapi, dengan modal kulit ku yang halus dan bersih ini, tentu saja membuatnya teransang. Ia hanya menyisakan celana dalamku saja, setelah itu ia melepas pakaiannya.
''kemeja lo nggak usah dibuka, cukup celana aja, biar kelihatan lebih perkasa dan lebih macho''.
''haha, lo bisa aja''.
ia melanjutkan aksinya dan mengikuti saranku dengan tidak membuka kemeja polisinya, oh sangat mengggoda. Tiba-tiba, ia membuka celana dalamnya, sungguh membuatku kaget dengan aksinya, ia mengeluarkan kontolnya yang 17 cm itu, walau tidak terlalu panjang, tapi sangat gemuk, waduh.
''uhok, uhuk'' aku terbatuk secara tiba-tiba
''buset dah lu, belum juga lo kulum, lo udah keselek, haha''.
Malu bukan main, tapi mau gimana lagi, ini adalah kontol kedua yang akan kucicipi setelah kontol mantan BFku. Tentu saja aku shock berat. Ck ck
''sekarang lo boleh keselek, nih buruan kulum dan habisin isinya''
Tanpa ragu aku langsung melahapnya dengan penuh nafsu yang menggelora, oh terlalu dramatis.
''ah, oh ohhh ooh, ahhh, yang rapet dong mulut lo, ah ah, ah..''
Ia mengentot mulutku dengan memaju mundurkan pantatnya. Gila
''stop, stop, gue mau keluar nih,stop, ah ah ah''
Aku menghentikan aksiku
''saatnya kita masuk acara puncak, ayo buruan lo nungging''
Tanpa aba-aba kedua kali, aku menurutinya, memang ini yang aku tunggu, sudah 5 bulan sejak aku putus dengan BFku, dan terakhir ia minta sebelum kami selesaikan hubungan waktu itu. Tiba-tiba, ia menjilati anusku dengan lidahnya yang hangat dan basah, oh sungguh terasa sensasinya yang menggelegar.
''gila, anus lo manis banget, gue enggak bohong, emang betul manis, tai lu coklat silver queen ya?''
''haha, udah buruan!''.
Aneh banget, tai mana ada yang manis, dodol. Ia melanjutkan menjilati anusku, meludahinya dan, menusuknya dengan jarinya, untungnya aku udah terbiasa dengan itu, satu jari, dua jari, tiga jari, lalu ia memasukkan lidahnya sepenuhnya kedalam anusku, terasa sekali ia menggerak-gerakkannya di dalam, nikmat sekali.
''siap-siap ya''.
Tiba-tiba ia memasukkan kontolnya yang gemuk itu kedalam anusku
''ah, sakit, pelan-pelan dong''.
''iya maaf, tahan dong ntar juga bakalan enak, kayak nggak pernah di entot aja lo''.
Lima menit kami berganti posisi dari doggy style menjadi gay normal.
''ah aha aooh aooahhh ahhh, seret, sempit banget anuslu, ahahh ah ah''.
''yang dalam lagi dong, lebih keras, ah ah ah, iiah ohh''
15 menit ia menggenjotku, akhirnya ia akan mengeluarkan maninya.
''ahhhahh aha ahhaa, gue mau keluar ni, lu siap-siap yah, ahh oah ao aw''
''iya keluarin di dalam aja''

Tiba-tiba
Crot crooot crot croooot crott, terasa hangat dan penuh perutku oleh maninya yang menyembur didalam anusku. Ia mengeluarkan kontolnya dan melapnya di pipiku.
''lo mau ngentot gue juga nggak?''
''nggak usah, kapan-kapan aja, gue udah cukup puas dan lelah''
Setelah itu ia jadi BFku dan kami sering melakukannya saat kami sedang libur dari pekerjaan masing-masing.

Sumber:http://www.facebook.com/notes/cerita-pengalaman-gay/di-entot-polisi-saat-razia-one-shoot/419180204822628

Minggu, 24 Februari 2013

Insert: Serangan Fajar Si Tentara Konak

Malam itu, malam sabtu, jam 1 lewat aku terbangun dari tidurku. Aku pun berusaha tidur kembali namun tetap susah untuk terpejam. Akhirnya, kuputuskan untuk online sebentar di MiRC. Kuhidupkan laptopku dan kusambungkan segera ke modem telkomflashku
Dan seperti biasa, aku online dengan nickname yang menggoda syahwat lelaki. Apalagi saat itu hawa terasa sangat dingin seakan menusuk tulang akibat hujan tadi malam. Di channel kotaku itu memang tidak banyak yang online. Namun, ada satu dua orang yang mengaku cowok menghampiriku. Semula aku mengaku cewek genit, namun setelah tukar nomor HP akupun mengakui klo aku cowok. Tak pelak, mereka kabur dengan sumpah serapahnya.
Jam 2an, sebuah nickname masuk di channel dan membuatku bersemangat. Dia “butuh_kehangatan”. Aku yakin pemilik nickname ini adalah laki-laki. Insting homoku membuatku menyapanya dengan penuh godaan.
‘’hi say”
Tidak perlu menunggu lama, dia membalas sapaanku itu.
“hi jg”
“lagi kedinginan ya??” tanyaku genit
“Iya nih..”
“Mau aku angetin ga?”
Namanya juga laki-laki, digoda dikit gitu apalagi malam-malam yang dingin mereka langsung nyambar umpan yang aku pasang. Perkenalan pun berlanjut. Ternyata umurnya 27 tahun dan baru tadi malam tiba di kota ini. Tentu saja aku mengaku seorang cewek kepadanya. Dan memang tidak bisa dipungkiri, pembicaraan kami selalu mengarah seks dan seks.
“Fs-nya donk.. aku kan pengen liat muka kamu”ketiknya, “udah tegang banget nih”
Duh, gimana ya? Aku sih ga punya acount bergambar cewek. Kupancing dia agar memberikan fs-nya terlebih dahulu. Lalu kuketik di kotak search. Aku kaget dan sekaligus deg-degan. Antara senang dan dan gimanalah au melihat sesosok cowok berpakaian loreng-loreng hijau di fsnya itu. Gagah dan garang juga walau ga cakep-cakep amat.
“Mas ini tentara ya??”
“Kenapa de? Ga mau ya sama aku?” tanyanya setelah terdiam beberapa detik
“Aku suka mas,” jawabku genit, “jantan dan gagah banget”
“Mana fs-mu say” desaknya, “aku udah ga tahan lagi pengen ketemu kamu”
Aku bimbang, aku merasa gak enak hati telah mengerjainya. Tak enak hati pula harus melepas tentara segagah dia. Duh…. Akhirnya, kuberikan alamat fs-ku kepadanya. Aku sudah pasrah dan yakin lelaki gagah itu akan mencemooh dan meninggalkanku.
“kamu laki-laki ya???”
Ugh, tuh kan aku pasti mulai dihina dan dicemoohnya.
“Iya mas… “jawabku, “jangan marah ya…. aku minta maaf”
Lama dia tidak memberikan jawaban dan akupun tidak berusaha tidak mengejarnya lagi. Aku salah sudah mempermainkannya.
“Memangnya kamu bisa apa untuk menghangatkan aku?”
Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak. Setelah 5 menit berlalu, dia mengetik kalimat itu.
“Aku kepengen ngisep punya mas…..”
Sekian lama tidak ada tanggapan dari dia
“mas… boleh ga?” godaku lagi
“Kamu tinggal di mana memangnya?” tanyanya kemudian. “Tinggal sama siapa?”
Aku menyebutkan nama sebuah daerah dan kuyakinkan dia klo aku sedang sendiri di rumah. Aku rayu dan yakinkan dia dengan bahasa yang menyakinkan.
“Punyaku cuma diisep aja kan? Ga digigitkan?” tanyanya lagi
Akupun berusaha menyakinkannya lagi. Kukatakan padanya bahwa aku punya koleksi bokep yang lumayan banyak sebagai pemanasan.
“Oke, sekarang kita ketemu di mana?”
“Mas serius kan? Aya ga bakal dipukilin kan?
“Ngapain juga aku mukulin kamu? “katanya,”punyaku ini sudah mau meledak”
Kamipun berjanji bertemu di sebuah tempat pada jam itu juga. Bayangkan saja, jam setengah 3 pagi aku keluar rumah sekedar membuktikan ucapannya benar atau tidak. Dia tidak mau memberikan nomor HPnya tapi dia berjanji menemuiku di tempat yang sudah dijanjikan tadi.
Ternyata, dia datang lebih dulu. Duh, gagah dan jantan sekali tentara itu. Wajahnya lumayan dengan rambut cepaknya. Tampak bekas cukuran jenggot, jambang dan kumisnya. Tingginya 170-an dan warna kulitnya gelap. Badannya gempal dan tentu saja berotot dibalik kaos ketat yang dipakainya. Ehm, hawa sedingin ini dia malah ga pake jaket. Gairahku kian meledak-ledak ingin segera menikmati kejantanannya.
“Udah lama di sini nunggu?”
Asap rokok mengepul dari mulutnya. Aku agak segan juga sama dia.
“Barusan aku sampai di sini” jawabnya santai dengan logat Batak yang kental. Aku kaget campur senang. Mungkinkah??
“Oh….”
“Jadi kemana kita sekarang?” tanyanya seraya membuang puntung rokoknya, “aku cuma ada waktu sampai jam 6”
“Jadi kan ke rumahku bang?”
“Oke. Tapi aku jangan kau apa-apakan ya?”
#
“Mana de filmnya?” tanya si abang tentara saat berada di kamarku.
Sungguh, dari tadi aku mengagumi lelaki ini. Sering kulihat dia meremas selangkangannya.Ingin rasanya segara aku buka celananya itu.
10 menit kemudia kulihat dia merema-remas selangkangannya itu. Aku tertawa melihatnya.
“jadi ga de? Abang sudah ngaceng berat nih”
“Dari tadi aku udah pengen megang tapi aku takut abang marah”
Diapun berselonjor sambil bersangga dengan kedua tangannya ke belakang. Lalu, aku dengan deg-degan meraba selangkangannya. Kuremas gemas dan tanganku menemukan benda bulat panjang yang terbungkus di sana.
“buka ya bang” pintaku
Tanpa menunggu kompromi darinya, aku melepas pengait celana selututnya itu. Karena tidak memakai sabuk aku langsung bisa melihat celana dalam biru gelap yang dikenakannya..
“De, lampunya tolong dimatikan ya” katanya, “abang rasa malu nih”
Aku bangkit dan menekan tombol lampu. Namun, kuhidupkan lampu kecil sehingga suasana jadi remang-remang. Dan si abang tentara ini sudah terlentang di kasurku dengan bercelana dalam namun masih memakai bajunya. Tak sabar aku deketin dia. Kuremas gundukan menggunung di tengah kedua pahanya itu. Duh, punyaku tambah ngaceng.
“Gede ya…”
“Ayo isepin de…” katanya seraya melorotkan Cdnya.
“wow….”
Aku berdecak kagum. Rudal lelaki ini lumayan juga. Panjangnya kira2 15cm tapi gemuk. Membesar dari pangkal ke kepalanya. Bulu jembutnya lebat merambat ke atas di balik baju kaosnya itu. Kedua telornya pun gede ditumbuhi bulu-bulu. Dan yang membuatku senang, dia masih kulup. Pikiranku dari tadi ketika mendengar logatnya jadi kenyataan.
“Kenapa de?” tanya dia, “kau tidak suka sama punyaku yang ga disunat?”
Aku ga komentar lagi. Kuraih rudal mengagumkan itu. Lidahku bermain di kedua telor gedenya itu. Tak disangka dia menggeliat-geliat. Kusedot-sedot bergantian kiri kanan. Si abang mendesah-desah tidak karuan. Untungnya, aku lagi sendirian di rumah.
“De, isepin kepalanya” desah si abang
Aku ga segara menuruti permintaannya. Kujilati dulu kepala yang sedikit menyembul dari kulupnya. Ada cairan bening di situ terasa bersentuhan dengan lidahku. Kumainkan kulupnya di bibirku dengan gemas. Dia menggelinjang lagi.
Selanjutnya, aku ga sabar lagi aku masukan rudal itu ke dalam rongga mulutku yang menganga. Lidahku menyapu-nyapu sementara itu aku mulai menyedot-nyedot. Si abang melenguh pelan. Gairahnya meledak-ledak. Kesempatan itu aku gunakan sebaik mungkin. Aku singkap baju kaosnya tapi dia malah melepaskannya. Telanjang bulatlah dia sekarang.
Sejenak aku berhenti mengulum rudalnya. Kupandangi badan gempal yang seksi itu. Bulu dadanya duh aduh lebat merampat turun ke perut dan langsung menyatu dengan jembutnya. Oh….
“De….”
Tiba-tiba dia menarik kepalaku ke arah rudalnya. Aku kembali mengulum benda favoriteku itu. Namun kali ini dia menggoyang pantatnya dari bawah. Aku tersedak –sedak. Dipeanginya kepalaku kian erat dan saat itulah dia medesah.
“Aku.. mau… kluarrrrr….”
“ehm.. ehm.. “ jawabku sekenanya karena disumpal rudalnya itu. Maksudku sih mau bilang klo dia boleh ngecrotin mulutku.
Dan, aku agak tersedak saat dia dengan sedikit kasar menarik kepalaku sehingga rudalnya menghujam sedalam mungkin dalam mulutku. Kurasakan bibirku bersentuhan dengan bulu jembutnya yang keriting hitam lebat itu.
“Akh…….”
Crot… Crot… Crot….
Si abang mendesah dan air maninya berhamburan dalam mulutku. Aku hampir muntah namun air maninya itu kutelan juga walau sebagian meleleh di luar mulutku. Aku terus menerus menyedot air maninya yang ternyata gurih itu. Ga puas rasanya menikmati air kenikmatan itu.
“Akh… Udah….” katanya sambil menggelinjang kegelian.
Aku melepaskan rudal kulup itu dari mulutku. Keadaan rudal itu masih keras walau tidak sekeras sebelum ngecrot hehehe….
“Doyan kali kau sama maniku”
“Gurih bang” jawabku
Si abang itu pun berbenah diri. Dan kemudian menyalakan rokoknya. Lampu kamar aku hidupkan lagi dan kegagahannya pun terlihat jelas.
“Aku mau pulang dulu” pamitnya, “udah hampir jam 5, aku mesti laporan ke kantor dulu”
“Ok… “ kataku, “klo ada waktu mampir saja ya”
“Ya…”
Sebelum pamit dia berjanji akan mampir suatu saat jika dia ke kota ini lagi. Dan hingga sekarang ga ada dia mengontak aku walu sempat aku berikan nomorku ke dia. Biarlah… Lagipula aku ga terlalu berharap bisa ketemu dia lagi.

Sumber: http://nakalbanget.wordpress.com/2009/03/26/serangan-fajar-si-tentara-konak/

Insert: PENJAGA MALAM

Nasib sial menimpaku saat pulang dari kantor malam itu. Bensin motorku habis baru saja separuh perjalananku pulang ke rumah. Mana ada jualan bensin eceran jam 2 malam? Hampir putus asa, aku melihat beberapa orang sedang duduk-duduk di seberang sana. Kubuang rasa maluku, lalu aku mendekati mereka. Untungnya, salah satu dari mereka bersedia membantuku dan mengantarkanku untuk mendapatkan seliter dua liter bensin yang lumayan jauh dari situ. Ugh,untunglah aku ga perlu berkeringat menuntun motorku, hmmmm. Aku ga lantas pulang tapi malah asyik ngobrol dengan 3 orang ini.
Salah satu dari mereka ternyata penjaga malam di tempat itu. Terus terang, agak terbit air liurku melihatnya. Orangnya sih ga ganteng, wajahnya ga jelek2 amat tp badannya kekar dengan tato yang menghiasi lengannya, hampir seumuran ama aku. Kulitnya agak hitam dan ga terlalu tinggi. Di bawah remang-remang lampu jalanan aku begitu jelalatan menikmati tubuh bertelanjang dada itu.  Tercium olehku aroma alkohol ketika dia sedang berbicara.
Di rumah pun aku masih terbayang tubuh itu. Kubayangkan bagian dalam celana jeans selututnya yang nampak sesak tadi. Ugh, aku seakan ingin meremasnya. Suatu saat aku harus kembali, pikirku. Mungkin aku akan mendapatkannya apalagi dia tadi bilang termasuk lelaki pecinta seks walau sering ga punya uang untuk membayar cewek. Kasian hehe..
Malam itu untuk kesekian kalinya aku lewat di tempat itu. Ini merupakan minggu ke-3 sejak malam aku kehabisan bensin. Bukannya aku ga ada waktu tapi aku bingung harus nyari dia di mana. Karena tempat itu nampak sepi dan gelap. Tak terlihat sedikitpun orang di situ. Namun, kali ini nasib baik menghampiriku. Aku melihatnya di pinggir jalan berdiri sendiri sambil merokok.
“Hey, Dan…” sapaku sambil berhenti di dekatnya. Idan nampak mengerinyitkan dahinya, “aku yang malam kemarin kehabisan bensin…..”
“Oh… mau kemana nih?” tercium aroma alkohol bercampur asap rokok membuatku agak sesak.
“Ga kemana-mana, cuman keliling-keliling, ga bisa tidur”
“oh…”
“Sendirian ya?”
“Ga, temenku lagi jaga di sebelah sana”
Lantas kami-pun mengobrol di depan bengkel motor yang remang-remang. Menitik air liurku melihat tubuhnya yang kekar tanpa baju. Dan yang paling menarik bagian selangkangannya itu.
“minumannya sudah habis ya?”
“Iya, cuman beli 2 botol soalnya ga punya uang mas..”
Aku tersenyum, “ tapi sebotol kan sudah cukup”
“ ya sih….”
“Tinggal satu yang kurang nih,” pancingku, “nyari cewek aja lagi…”
“hahaha… mas bisa saja,”katanya sambil tertawa, “ga ada modal mas. Kecuali sampeyan mau kasih modalnya hehehe”
Aku tertawa sambil memperhatikannya. Kami duduk di sebuah kursi panjang dan dia duduk tersandar ke dinding dengan posisi selangkangan menghadap ke arahku sambil cuek menikmati rokoknya. Sementara aku duduk justru menyamping dari dia.
“ Ini kan modal juga….” celutukku dan entah bagaimana tangan kananku meremas selangkangannya, meremas gundukan itu. Sebentar saja, pelan namun terasa sekali di tanganku klo kemaluan dia setengah bangun. “nah, ngaceng pula.. hahaha”
Betapa gemetarnya aku, jantungku berdegub kencang.
“wah, klo modalnya cuman ini ga bakal dapat mas…” celutuknya pula sambil meremas-remas selangkangannya itu. Aku tertawa kecut dan mukaku panas rasanya, ingin aku meremas lagi selangkangannya. “Nasib ga bisa ngasah rudal gara-gara ga punya modal mas, “ tambahnya sambil terkekeh.
“Biasanya kayak gimana?” tanyaku, “masa pake modal terus?”
“Ya, pake modal lah mas….”
“masa modal ini aja ga cukup….” lagi-lagi tanganku meremas selangkangannya. Wah. Dia cuek saja. Akupun ga segera melepas remasanku. “Gede juga ya. Masa cewek ga suka?”
Idan ga bereaksi, dia cuek saja sambil terus menikmati rokoknya. Asap mengepul-ngepul dari mulutnya. Aku  remas-remas pelan sesuatu di dalam sana. Dan enath keberanian dari mana aku tundukan kepalaku, kuciumi selangkangannya dengan buas, tepat digundukkannya. Idan nampak kaget. Namun, dia ga lantas menolak. Dia diam saja.
“mas doyan p***r ya?”
“ iya… aku pengen isep…” jawabku dengan napas tersengal-sengal menahan nafsu. Kujilati gundukkan itu, lalu beralih pada perut kekarnya… Idan menggelinjang geli. Ia menahan kepalaku denga kedua tangannya. Lalu didorongnya pelan ke arah selangkangannya, kesempatan itu aku gaunakan dengan sebaiknya. Kubuka pengait celananya lalu kuturunkan rislutingnya. Sebuah CD biru muda menyambut jilatan lidahku. Idan mengangkat pantatnya dan celana serta CD nya ia turunkan hingga batas pahanya.
Oh, rudal Idan tegang dengan kepala besar sedangkan batang ke pangkal agak mengecil. Di pangkalnya, nampak bulu lebat yang ga pernah dicukur. Membuatku kian gila. Kujilati seluruh bagian rudalnya tak terkecuali bola yang menggelantung itu. Sungguh, bau khas kejantanan tercium bercampur dengan aroma keringat dan alkohol, namun aku kian bernafsu.
Idan berselonjor di atas kursi, sedangkan aku mengerjai rudalnya dari samping dan terkadang dari depannya. Ia masih menikmati rokoknya yang hamnpir habis. Berkali-kali, bibirku bertemu dengan jembut lebatnya walau dengan susah payah. Kuisap-isap lebut dengan sapuan lidah. Idan mendesis-desis.
“Mas… Mau keluarr….” desah Idan kemudian.
Bukannya menarik kepala, aku malah semakin cepat membenamkan rudal Idan ke dalam mulutku. Tubuhnya bergetar hebat.
Crottt… Crottt… Creett…
Air mani Idan memuncrat di dalam mulutku. Aku tersedak namun tak kubiarkan air maninya berhamburan. Kusambut semprotan maninya dengan cara kubenamkan dalam2 rudalnya mulutku hingga pangkalnya itu.
Nafas Idan memburu sementara aku masih berkutat dengan rudalnya. Entah kenapa dan aku ga peduli maninya yang tertelan olehku. Belum puas rasanya. Kujilati hingga bersih.
Kami tak banyak bicara, aku pamit pulang dan kuberi dia tips. Setelah tukar nomor HP, aku pulang ke rumah dengan perasaan senang luar biasa.. yesss..

Sumber: http://nakalbanget.wordpress.com/2009/09/03/penjaga-malam/

Insert: PAMAN TUKANG SAYUR (PART II)

Kepala rudal Supri nampak membesar dan mengkilat membuatku menjulurkan lidahku. Kusapu lembut ujungnya dengan lidahku yang hangat itu. Kugelitiki lubang kecil yang ada di atasnya. Oh, dia menggelinjang lagi. Kurasakan lidahku menyentuh cairan bening yang keluar dari lubang itu. Bukannya jijik tapi aku malah tambah semangat menjilati cairan precumnya itu.
“Mas, basah banget nih mas”
Supri tidak banyak bicara dan akupun tanpa banyak bicara, aku buka mulutku. Bibirkupun menyentuh kepala rudal yang seakan membiru mengkilat itu. Perlahan batang itu masuk ke dalam mulutku. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya bibirku bertemu dengan hutan lebat yang menutupi pangkalnya. Ya, punya dia ga lebih dari 13cm tapi diameternya lumayan membuatku kesulitan. Kutarik lagi kepalaku hingga bibirku melepas sebagian batang kejantanan Supri hingga kepalanya. Kemudian aku dorong lagi kepalaku ke depan berulang-ulang. Kusentakan kepalaku mendadak hingga rudalnya itu melesak cepat dalam mulutku. Supri melenguh pelan..
Kusedot-sedot dengan penuh nafsu rudal Supri. Lidahku bergerak-gerak menggelitik di dalam sana. Membuat Supri tampak blingsatan. Berkali-kali tubuhnya bergetar hebat. Berkali-kali pantatnya terangkat-angkat. Seolah-olah menyambut mulutku yang dengan ganas mengulum rudalnya.
“Akhh…. ku.. mau… keluar”
Aku kian bersemangat saja. Kupercepat gerakan mulutku pada rudalnya, sementara itu tangan kananku memegang pangkal rudalnya. Sedangkan tangan kiriku meremas-remas kedua telornya yang besar itu…
“Akhhh…….”
Supri mendesah agak keras dan tubuhnya menggelijang-gelinjang liar serta bergetar hebat mana kala rudalnya menyemprotkan mani hangat dalam mulutku.
Crot… crottt.. crott…
Kubenamkan rudalnya itu ke dalam mulutku dalam-dalam saat rudal itu menembakkan ‘racun maut’nya. Cairan itu membanjiri mulutku. Ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar, namun lebih banyak yang tertampung di mulutku. Aku sedot-sedot lagi dengan nafsu. Supri nampak terengah-engah.
“duh…. Enak banget…..” celutuknya.
Aku tertawa tertahan karena mulutku masih mengulum rudal itu. Aneh sekali, rudalnya masih tegak berdiri walau sehabis memuntahkan amunisinya. Saat kulepas rudal itu dari mulutku, aku melihatnya masih keras. Setelah kubersihan rudal itu dengan tisu, cepat-cepat aku ke kamar mandi dan memuntahkan sebagian spermanya dari mulutku. Setelah berkumur-kumur sebentar kembali aku mendekatinya yang masih terbaring terlentang dengan ,ya ampun, rudal yang masih keras.
“Wah mas, hebat betul terongmu” celutukku, “Udah nembak masih keras nih”
Supri tertawa. Dengan gemas aku remas lagi batang itu.
“Kok cepat banget sih mas keluarnya??”
“Kuluman kamu enak banget”
“Tapi, terongmu ini masih keras. Aku jadi pengen lagi”
Tanpa menunggu reaksinya terong berbulu itu aku jilati lagi dan lagi aku permainkan dalam mulutku.
“Biasanya klo yang kedua ini pasti lama” celutuknya
“Oh ya??”
Ugh, bikin cape aja ntar, pikirku. Tapi, aku masih ingin menikmati rudal Supri yang asyik ini. Sisa-sisa sperma masih terasa di batangnya apalagi di bagian lubangnya itu. Benar-benar rudal yang joss. Keras dan tegang di dalam mulutku. Kulumat-lumat gemas sampe ke pangkalnya yang berbulu lebat. Ehm, seiring itu kurasakan denyut-denyut di lubangku menginginkan dimasuki rudal itu.
“Mas, mau ga ngentotin pantatku?”
Supri nampak kaget. Mungkin dia tidak mengira aku akan memintanya seperti itu.
“aku belum pernah mas” katanya.
“Coba aja mas. Siapa tahu suka” rayuku sambil meremas-remas rudal hangat yang masih keras itu.
Supri tidak menjawab tapi dia tersenyum penuh arti. Aku bangkit dan kemudian kembali dengan membawa sebotol pelicin.
“Maukan mas? Aku pengen merasakan rudal mas di dalam sini” rengekku.
Supri mengangguk membuatku merasa sangat kegirangan. Kutanggalkan celana pendekku dan hanya mengenakan celana dalam saja. Sementara itu, aku memintanya untuk melepas baju yang masih dikenakannya. Duh, aku makin bergairah. Badannya yang bagus berotot alami itu membuatku kian tidak sabar.
Kuraih batang rudal Supri. Ehm, aku kulum lagi sesaat sebelum aku olesin dengan pelicin itu. Supri mendesis menikmati kulumanku. Lalu, tangan kananku dengan lincah melumurin rudalnya dengan pelicin dan dengan nakalnya aku kocok-kocok pelan membuat Supri kembali mendesis.
“Entot aku mas” pintaku seraya membelakanginya. Aku mengambil posisi menungging dengan bertumpuan pada kedua lutut dan kedua tanganku. Kupelorot bagian belakang celana dalamku lalu Supri mengambil posisi di belakangku dengan bertumpuan pada kedua kakinya. Kutuntun rudalnya ke bibir lubang anusku yang sudah aku lumuri pula dengan pelicin itu.
“Dorong pelan-pelan mas….” desahku. Hatiku gak dag dig dug saat merasakan kepala rudalnya menempel tepat di bibir boolku.
Kurasakan ada sesuatu yang berusaha memasuki lubangku. Aku melenguh dan merem melek. Supri memang belum pernah memasuki lubang sempit itu. Agak kesulitan baginya memasukkan rudalnya itu karena dia memang sepertinya belum terbiasa. Namun, sebuah hentakan pantatnya membuat kepala rudal itu melesak masuk.
“Mas… Akh… Pelan-pelan….”
Aku mengerang pelan. Supri nampak belum mengerti bahwa lubangku beda dengan lubang wanita. Dia nampak sangat bernafsu sekali memasukkan rudalnya. Semakin kesulitan, dia nampak semakin bersemangat .
“Masss…..”
Aku mengerang saat rudal Supri tiba-tiba melesak sedemikian dalamnya. Kurasakan barang rudal itu hampir semuanya masuk.
“Ugh…” Supri melenguh jantan sambil terus mendorong rudalnya ke dalam pantatku. Oh, kurasakan bulu-bulunya menempel di pantatku.
“Mas… Jangan ditarik dulu… Biarin terbenam dulu… “ rintihku. Namun, Supri nampak tidak sabar. Agak canggung dia menarik pantatnya mundur hingga rudal itu sedikit demi sedikit keluar dari lubangku. Namun, baru separo kembali dia benamkan. Aku melenguh-lenguh. Kenikmatan mulai menjalar dalam diriku. Gerakan rudal Supri mulai lancar dan bertambah cepat tanpa irama. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan lubangku yang memang jarang dimasukin rudal itu.
“Akhhhh……..”
Tiba-tiba Supri mendesah, gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak membuat aku yang dalam posisi nungging itu terdorong-dorong ke depan.  Untungnya bongkah pantatku dipegangnya erat hingga akju tidak sampai jatuh ke depan.
“Mas…. “ desahku merasakan hentakan rudal Supri.
“Akh…. Akh…..”
Blesss….. Tiba-tiba paman sayur langganan ibu-ibu komplek itu memekik sambil membenamkan rudalnya dalam-dalam ke lubang pantatku. Kurasakan denyutan keras di dalam sana. Lalu ada sesuatu yang hangat membanjirinya. Napas Supri terengah-engah dan memburu seusai memuntahkan spermanya di dalam pantatku.
“Katanya lama mas???” sindirku, “buktinya cepat kok keluarnya”
“Duh, enak banget lubang pantat ya… Keset dan mencengkram”
Aku terkekeh senang. Kurasakan rudal Supri mulai mengecil di dalam sana. Kugerak-gerakan pinggulku membuat rudal Supri bergerak-gerak dalam sana. Supri memegang pantatku dengan gemas lalu ditariknya rudal belepotan cairan itu.
Aku bergegas berbalik menghadapnya. Laki-laki itu menyulut rokoknya dan kemudian berbaring terlentang dengan rudal terkulai lemas dan mengecil. Aku gemas melihat rudal berbulu lebat itu. Aku remas lagi. Supri hanya diam saja sambil menoton TV.
Setelah kembali mengenakan pakaian, aku memberikan dia sejumlah uang yang sudah aku janjikan sebelumnya. Dia namapk senang menerimanya. Saat aku berseloroh klo aku kepengen merasakan rudalnya lagi kapan-kapan dia tertawa kecil dan katanya asal harganya cocok.
Ugh, sampai kini aku telah ‘merasakan’ rudalnya beberapa kali. Kadang dia yang minta, kadang aku yang lagi kepengen. Tapi, aku musti selalu sediakan uang setiap ‘kencan’ dengannya. Bahkan pernah suatu hari saat dia berkeliling komplek dengan motor jantannya itu, dia sempatkan diri menikmatin oralanku dan tentu saja dia lagi perlu duit, Huh.. Duit duit…

Sumber: http://nakalbanget.wordpress.com/2009/05/16/paman-tukang-sayur-part-ii/

Insert: Paman Tukang Sayur (Part I)

Orangnya gede besar, item, potongan rambutnya mirip Tukul tapi mukanya lebih baguslah dari Tukul hehehe. Gagah sekali saat dia menunggangi motor RX King-nya itu. Dari kejauhan sudah terdengar keras suara motornya yang dipacunya dengan jantan dengan suara klakson yang menjerit-jerit. Ugh, walau agak urak-urakan dan -ehm- dekil, aku suka cowok seperti ini ketimbang cowok manis, perlente, rapi dan girly.
Hampir tiap hari aku melihatnya melewati komplek kami ini dan tidak jarang pula aku sering ‘ketemu’ muka dengan dia. Dan sering kali pula dia mengangguk hormat dan tersenyum kecil kepadaku dan aku membalasnya serupa. Namun, tak pernah sekalipun aku berniat membeli sesuatu dari keranjang sayurnya itu. Palingan aku penasaran ama ‘terong berbulu’ dalam celananya itu. Ugh, aku hanya bisa curi-curi pandang ke arah selangkangannya.
Hari itu, aku iseng nongkrong di bengkel motor temanku. Biasalah aku asyik denger cerita tentang pengalaman seksnya tadi malam baik ama bininya maupun ama PSK idolanya itu. Aku tertawa-tawa mendengar celotehnya, vulgar dan tentu saja tanpa sensor. Detil sekali dia bercerita. Maklumlah, isi celananya aja sudah pernah aku rasakan walau harus merogoh kocek tapi ga terlalu dalam kok. Orangnya sih kecil-kecil aja tapi ‘anu’nya, ehm, luar biasa ukurannya. Namanya juga orang Madura, percaya atau tidak, beberapa cowok dari etnis ini yang kukenal memiliki senjata yang luar biasa.
Selang beberpa menit, muncul si tukang sayur menuntun RX King-nya itu. Wah, bergetar jiwaku melihatnya. Baru kali ini aku bakal melihatnya dekat. Oh, jantan dan gagah sekali lelaki itu. Dia melihatku dan nampaknya dia mengenalku. Dilemparnya senyum kecil yang kubalas dengan ramah. Sayangnya, dia cuman sebentar saja berada di bengkel itu. Motornya yang bocor itu ditinggalkannya.
“Itu yang tukang sayur itu toh?” tanyaku sama si Madura.
“Ya, namanya Supri”
Oh, baru aku tahu namanya.
“Gagah jantan….” ucapku vulgar di depan si Madura. Dia terkekeh sambil membuka ban motor itu.
“Kamu mau ama dia ya?”. Akh, ga perlu aku jawab-pun dia sudah tahu isi otakku.
“Nanti aku bilang ama dia” kata si Madura, “aku akrab kok ama dia tapi aku ga tahu apa dia mau apa ga ya…”
“Ehm…..”
“Tenang aja, “janjinya, “Nanti aku urus. Aku tahu kok dia itu sering kekurangan duit soalnya duit dia itu habis-habisan buat judi ama main cewek hehehe…”
“Ya udah…” ujarku, “aku pulang dulu. Tolong nanti ngomong ama dia ya.. Kasih aja nomor aku”
“Sep.. “tukasnya, “tapi ada persenan kan buat aku?”
“Ya.. Tenang aja klo masalah itu”
Besok harinya, aku mendapat SMS dari nomor baru. Kubaca isinya dan membuatku berdebar. SMS itu dari Supri, tukang sayur jantan itu. Isinya sih dia mau aja aku kerjain asalkan cocok dengan pembayarannya. Ehm, aku segera membalas SMS itu dan isinya menyanggupi permintaannya. Tak lupa pula, aku menanyakan ‘waktu pelaksanaan’nya. Hihihi.. Sayangnya, SMS-ku itu tidak dibalasnya lagi. Aku berusaha menelponnya tapi tidak dia angkat. Huh, membuatku sedikit kesal seakan dipermainkan.
Malam harinya, aku mendapat SMS lagi dari Supri. Isinya tambah membuatku berdebar. Dia ada waktu buatku malam ini. Aku-pun ‘mengundangnya’ ke rumahku. Setelah itu, aku mempersiapkan koleksi bokepku. Sengaja kupilih yang hot hot biar dia lekas horny.
Jantungku berdetak kencang, suara motornya membahana memasuki pekarangan rumahku. Dan, kudengar ketukan di pintu rumahku. Segera aku bukakan untuknya. Oh, Supri berdiri di depanku dengan gayanya yang seperti biasa, selenge’an, jantan, gagah dan apa adanya. Membuatku ga sabar rasanya menelanjanginya. Kupersilakan dia masuk dan cepat-cepat aku tutup pintu.
“Mau nonton dulu?” tawarku sambil memperlihatkan beberapa bokep di hadapannya.
“boleh…”
Setengah jam, aku belum berani macam-macam. Dia lebih banyak diam. Tapi, dia pasti tahu aku jelalatan memperhatikannya yang sedang berbaring terlentang di depan TV.
“sekarang?” tanyanya.
“Ugh…. Ehm…” aku gelagapan menjawabnya sambil memperhatikannya yang sedang mengusap-usap selangkangannya itu. Duh, aku ga sabar rasanya.
Kudekati dia dan kuusap selangkangannya. Dia diam saja sambil terus memperhatikan TV. Aku Segera aku gantikan tangannya dengan tanganku yang kemudian mengusap-usap selangkangannya itu. Jelas aku gemas sekali. Kuremas-remas pelan selangkangan yang masih di bungkus celana kain itu. Bisa kurasakan kemaluannya lagi tegang.
“ehm.. Bisa ga lampunya dimatiin?” pintanya saat jariku mulai menarik risluting celananya.
Aku bangkit dan menekan tombol off pada stop kontak. Seketika ruangan itu gelap. Hanya cahaya raemang-remang dari TV yag sedang menayangkan bokep dari DVD playerku. Aku mendekatinya. Dan ternyata dia sudah mempelorot celananya hingga sepaha. Nampak olehku CD murahan bewarna coklat muda masih melekat di pangkal pahanya.
“wah, udah nantang nih” celutukku.
Aku pelorot lagi celananya hingga terlepas dari kedua kakinya. Kini perhatianku kian besar terhadap gundukan di dalam CDnya itu. Kuremas gemas gundukan itu, ugh, lumayan juga punya dia. Aku berbaring di sampingnya. Lalu kususpkan tangan kananku ke balik CD nya dengan gugup. Supri diam saja bahkan cuek saat tanganku merogoh di dalam sana.
Oh.. Kutemukan bulu-bulu keriting yang lebat di pangkalnya. Tanganku bergerilya meremas batangnya. Ugh, ga terlalu panjang tapi besar juga. Dan, kusingkap CD itu. Mencuatlah rudal kebanggaan Supri. Terkungkung dalam genggaman tanganku. Kuperhatikan rudalnya item, agak berurat-urat. Jantan sekali rudalnya. Hangat dan hampir mengeras penuh.
“Wah… Pasti cewek-cewek teriak keenakan ditusuk ama ini” pujiku. Dia tertawa kecil. Dan tiba-tiba dia menggelinjang ketika jariku menyentuh telor puyuh di bawah sana.
“Telornya gede mas. Pasti isinya banyak”
Aku bangkit. Tak sabar lagi aku mulai menjilati biji pelernya itu. Aroma kejantanannya menusuk hidungku namun justru aku tambah semangat. Kujilati telor item berbulu itu dengan rakus. Supri menggelinjang-gelinjang dan napasnya ngos-ngosan. Tak kubuang kesempatan itu. Kusedot-sedot bergantian kedua bola rudal yang gede item itu. Supri menyentak-nyentak kecil kakinya. Nampaknya dia sangat terangsang saat telornya aku permainkan. Kepala rudalnya itu basah dengan cairan precum.
Puas membasahi bola-bola itu, lidahku bergerak ke atas. Ujung lidahku menelusuri urat-urat yang banyak melingkar di batang rudal itu. Lagi-lagi, Supri menggeliat sambil mendesah. Sejenak aku menghentikan aksiku.
“Enak ya??”
Supri tersenyum, nampak malu-malu. Ugh, dibalik sikap selenge’en dan gagah itu dia bisa malu juga hehehe.
“Pasti belum pernah ya seperti ini?”
“iya”
“katanya sering main cewek???”
“Kan langsung tancap gas….”
“Ama bini di rumah gimana?” korekku, “masa ga pernah sekalipun dijilatin??”
“Ga mau dianya….”
Aku kembali fokus pada rudal yang keras itu.
(to be continued to part 2)

Sumber: http://nakalbanget.wordpress.com/2009/03/26/paman-tukang-sayur-part-i/

Insert: Preman Sekolah

Aku tertidur dengan air mata yang
bersimbah. Perih sekali. Memang bukan
Aris seorang yang menghinaku dengan
ucapan-ucapan seperti itu. Banci ...
“Kok, sudah tidur lagi? Mentang-
mentang liburan, ya?” Aris sudah
berada di belakang punggungku. Aku
segera menghapus air mataku.
Terlambat! Aris sudah melihatnya ...
“Kamu mendengar obrolanku dengan
bapakku, ya?” tanyanya khawatir.
“Aku punya kuping!” ketusku. Judes
sekali. Banci!
“Memangnya kamu mengerti bahasa
Jawa?” tanyanya lagi.
“Tri Sugihantoro itu bukan orang
Batak!” sungutku. Aris tersenyum.
Sialan!
“Oooh, jadi kamu orang Jawa toh...”
godanya.
“Aku lahir di Jawa!” aku melotot
padanya.
“Aku juga ...” Hhhh ... “... berarti kita
sama, dong!” Aris tertawa. Renyah
sekali. Aku kesal sekali. Kubalikkan lagi
badanku. Aku ingin tidur saja!
“Tri Sugihantoro! Ajak Aris Irawan
berjalan-jalan, dong! Aku sudah tidak
sabar, nih, mau lebih mengenali kota
Jakarta, ibukota yang katanya lebih
kejam daripada ibu tiri ini..” Hampir aku
tertawa mendengar gaya bercandanya
yang sekaligus memperkenalkan
dirinya itu. Aris Irawan! Harusnya
ditambah menjadi ... Aris Irawan Si
Tampan!
“Aku tidak pernah berjalan-jalan.
Aktivitasku cuma rumah dan sekolah!”
elakku.
“Ya, sudah! Ajak aku ke sekolahmu,
dong! Biar tidak kaget nanti masuk ke
sana ...” bujuknya. Dia memang akan
dimasukkan bapak ke sekolahku.
“Sekarang itu sedang libur! Masih tutup
kali ...” tegasku.
“Aku cuma ingin tahu jalannya saja ...
Mau, ya Ro?!” Aku bangkit dengan
malas. Mungkin lebih baik pergi
daripada tidur. Selama liburan aku
jenuh sekali.
“Nah, begitu, dong! Tamu memang
harus diberikan pelayanan ekstra ...”
kata Aris senang. Tadi pagi sudah!
Pekikku dalam hati. Refleks kuarahkan
pandanganku ke selangkangan remaja
kekar itu.
“Sudah, dong! Jangan dibegitukan lagi,
ya? Nanti aku marah ...” ancamnya
halus. Ternyata berasa juga tuh,
anak ...
Akhirnya kami memohon izin kepada
Paman Arjo untuk melihat-lihat
sekolah. Lelaki baik itu benar-benar
berjiwa petani. Ia sedang merapihkan
tanaman di depan rumah yang
memang tidak ada yang merawat.
Kami berjalan bersisian. Bangga
rasanya. Aku yang biasanya sendiri kini
berjalan di samping seorang pria
tampan dan gagah. Pria itu saudaraku,
lagi. Aku mati-matian mengimbangi
gaya berjalannya yang tegap itu.
Yah ... jangan sampai terlihat begitu
kontras. Seorang pria gagah berjalan
dengan banci kalengan. Apa kata
dunia?
Di sekolah ternyata sudah berlangsung
beberapa aktivitas. Persiapan
penerimaan siswa baru (PSB) dan
masa orientasi siswa baru (MOS).
Penerimaan siswa baru dilakukan oleh
para guru. Sebagian pengurus OSIS
yang di antaranya juga teman
sekelasku di kelas satu sedang
mempersiapkan acara MOS.
“Toro! Itu siapa?” Selly, teman
sekelasku yang paling cantik ... juga
genit. Tidak biasanya ia menegurku.
Hmmmm ... pasti ada maunya. Kulirik
Aris. Ia sudah tersenyum ke Selly.
Manis sekali. Hhhh ... bete!
Aku benar-benar tidak menikmati
kunjunganku ke sekolah pada hari libur
itu. Setelah dengan terpaksa
kuperkenalkan Aris kepada Selly, ia
sudah lebur dengan teman-teman Selly
di OSIS. Ada Anom, si ketua OSIS yang
juga pernah menjadi bintang iklan
sebuah cream antijerawat. Ada Raden,
wakil ketua yang putih tinggi dan jago
basket. Ada Aini, Rosalina, dan
beberapa pengurus OSIS yang tidak
aku kenali.
Seharusnya aku tetap di sana. Namun,
entah bagaimana aku sudah terlempar
dari kumpulan itu. Aris sudah asyik
berbincang-bincang dengan mereka,
yang notabene adalah orang yang baru
ia kenal. Aku sendiri berpura-pura
membaca berbagai selebaran maupun
tempelan yang ada di mading sekolah.
Tak ada satu huruf pun yang terbaca.
Mataku berkabut! Sedih sekali ...
“Kok, kamu meninggalkan aku di sana
sih?!” suara Aris mengejutkanku. Aku
tergagap. Malu sekali ...
Untungnya Aris tidak terus
mencecarku. Aku berharap ia sudah
memahami keadaanku. Satu jam lebih
aku relakan diriku hanya mematung di
depan mading. Selama itu pula Aris
sudah tenggelam dalam keakraban
dengan beberapa teman barunya.
“Ris! Ayo, langsung gabung rapat
sekarang saja!” teriakan Raden
mengajak. Aris menarikku ke arah
ruang rapat meskipun aku berusaha
menolak.
“Aduh! Aku berterima kasih sekali, nih!
Kalian baru kenal sudah memberiku
kesempatan bergabung di MOS. Aku
rasa biar aku adaptasi dulu, ya?!” Aris
melontarkan keberatannya secara
halus. Yang lain pun akhirnya maklum.
Yah, terdaftar secara resmi saja belum
sudah dilibatkan dalam kepanitiaan
MOS. Aneh ... sinisku dalam hati.
Aku tiba-tiba ingin buang air.
Kutinggalkan Aris sebentar. Ia tidak
menyertaiku hanya memperhatikan
saja dari agak jauh. Takut kalau aku
minta diperkosa sepertinya.
“Nah, ini anaknya!!” terkejut aku
seorang murid langsung membetot
keras kerah kausku. Cagax! Nama
aslinya Teguh. Ia memegangiku.
Seorang temannya membuka celanaku
secara paksa. Aku panik setengah
mati. Mau apa mereka?
“Siapin kontol elo, Ndra!” Hendra!
Preman sekolah itu sedang mengelus-
elus kontolnya yang makin lama makin
tegang. Celanaku sudah terlepas
termasuk cd-ku.
“Panggil calon anak baru itu, Wenk!”
perintah Hendra pada anak yang
memeloroti celanaku tadi. Oooh, ini
mungkin yang namanya Zhawenk.
Coretan di tembok toilet banyak
terdapat nama ini. Zhawenk keluar.
Cagax terus memegangiku. Aku tidak
dapat berontak sama sekali. Hendra
telah mengarahkan kontolnya yang
lumayan besar ke pantatku. Jangan!
Pekikku takut. Aku belum pernah ...
“Ini anaknya!” suara Zhawenk
menunjukkan kedatangan Aris. Aku
tidak berani melihat ke arahnya. Hina
sekali keadaanku.
“Toro! Kamu kenapa?” tanyanya panik.
Namun, Zhawenk yang bertubuh tinggi
dan jago berkelahi telah
memeganginya.
“Gue cuma mau kasih peringatan buat
elo! Jangan sok kegantengan elo di sini.
Elo anak baru! Selly dan cewek-cewek
cakep di sini jatah anak-anak lama.
Kalau elo berani mendekati seorang
saja di antara mereka, siap-siap saja
elo seperti bencong ini! Hehh ...” Hendra
mendengus seraya menancapkan
dengan kasar kontolnya ke anusku.
Augh! Aku benar-benar menjerit.
“Jangan lakukan itu! Lepaskan dia!’ Aris
berupaya menghentikan tindakan
Hendra. Ia tidak bisa berbuat yang lain.
Ada tiga anak berangasan yang harus
dia hadapi. Meskipun dia jago beladiri
tetapi ketiga anak ini biangnya
tawuran.
“Saya janji tidak akan mendekati
cewek-cewek itu!” teriak Aris.
“Elo tahu risikonya kalau elo langgar
janji elo!?” ancam Zhawenk bengis.
Aris mengangguk.
“Tolong lepaskan dia ...” ujarnya lemah.
Tiba-tiba Cagax melemparkanku ke
sudut toilet dibantu dengan tendangan
di pantatku oleh Hendra yang batal
menghujamkan kembali kontolnya.
Aduhhhh ... sakit ...
“Toro!’” Aris kembali berteriak.
Bersamaan dengan itu Zhawenk
melemparnya ke arahku. Kasar dan
bengis!
Aris hampir menabrakku. Untungnya ia
menghindar sehingga tidak menambah
penderitaan fisikku. Mentalku nyaris
hancur...
Ketiga preman sekolah tadi sudah tidak
ada. Aris mendekatiku dengan cemas.
Ia benahi celanaku. Aku hanya
menangis. Ingin mati rasanya. Seorang
lelaki dijadikan sandera lelaki lainnya.
Disodomi pula! Bencong!
Aris memapahku ke luar toilet. Aku
merasakan sakit di pantatku. Bukan
cuma karena tendangan kaki Hendra.
Tendangan kontol Hendra juga sempat
menembus lubangku meski sebentar.
Sakit ... www.ceritagay.uiwap.com tak ada nikmatnya ...
Kami pulang. Aris sibuk menghiburku.
Ia juga meminta maaf karena semua
terjadi karena dirinya. Aku tidak
berbicara sama sekali. Kejadian itu
benar-benar membuatku shock. Suhu
tubuhku langsung melonjak. Panas.
Ibu, bapak, dan Paman Arjo menjadi
prihatin melihatku. Mereka menatapi
Aris bergantian. Mereka butuh
penjelasan.
“Tadi saya memaksanya
mengantarkan ke sekolah untuk
melihat-lihat... padahal ia sudah
mengeluh sakit ...”

Sumber: http://ceritagay.sextgem.com/cerita/Preman%20Sekolah

Rabu, 13 Februari 2013

Insert: MENJELANG PERNIKAHAN MAS RANDY

sekolahan langsung balik ya, jangan kemana-mana lagi” pesan Nyonya Vera pada anaknya, Andre, yang masih duduk di kelas 3 SLTP melalui hand phone.

“Kenapa emangnya Ma?” tanya Andre.
“Thomas gak ada temennya tuh di rumah. Mama dan dan Tante Serly mau belanja untuk kebutuhan pesta Mas Randy nih,”


“Lho, kan ada Papa dan Om Darwin di rumah,” sambung Andre lagi.
“Papa dan Om Darwin katanya akan ke rumah Om Dani, membicarakan persiapan untuk resepsi, Pokoknya kamu cepat ulang ya. Thomas kan deket sama kamu. Kalian bisa maen gim di rumah. Pokoknya cepat pulang deh, Mama udah mau pergi nih, entar kesorean, bla…bla…..,” kata-kata Mamanya udah gak didengerin Andre lagi. Dia agak kesal juga, rencananya untuk maen dengan teman-temannya sepulang sekolah, gagal total.

Mau gak mau dia memang harus pulang nemenin Thomas, sepupunya. Meski kesal, Andre gak mau pusing denger omelan Mamanya karena dia tidak mengikuti apa yang dipesankan oleh Mamanya tadi. Maka, begitu bel tanda usai pelajaran berbunyi Andre segera pulang.

“Pak Darman, langsung pulang aja deh,” katanya pada sopir yang menjemputnya.
“Gak maen dulu Mas?” tanya Pak Darman, sopirnya.
“Mau maen gimana Pak, bisa kena omelan Mama entar. Thomas di rumah gak ada yang nemenin,” jawabnya kesal.

Tak bertanya lagi Pak Darman segera melajukan mobil menuju rumah keluarga Andre di kawasan Pondok Indah.

Thomas adalah anak semata wayang Om Darwin, adik Papanya dengan Tante Serly. Mereka baru tiba Hari Minggu kemaren dari Surabaya. Dalam rangka pernikahan Mas Randy Hari Minggu depan dengan Mbak Tania, Mama meminta Tante Serly untuk membantunya mempersiapkan acara pernikahan itu. Karena itu Om Darwin dan keluarga akhirnya datang ke Jakarta. Om Darwin terpaksa harus cuti seminggu karena itu. Sedangkan Thomas izin dari sekolah. Karena di Surabaya tidak ada yang menjaganya.

Thomas sebaya dengan Andre. Biasanya kalau keluarga ngumpul memang mereka selalu bersama-sama. Soalnya sepupu yang lain sudah lebih tua dari mereka. Rata-rata sepantaran dengan Randy, kakak Andre satu-satunya. Andre dan Randy memang terpaut jauh umurnya. Hampir 12 tahun.
Tak lama mobil yang membawa Andre tiba di rumah. Pak Darman segera memarkirkan mobil ke dalam garasi.

“Lho, Mas Randy ada di rumah ya Pak Darman?” tanya Andre pada sopirnya. Soalnya di garasi dia melihat mobil kakaknya itu parkir.

“Gak tau Mas Andre, tadi waktu Bapak pergi ke sekolah, Mas Randy gak ada tuh di rumah,” jawab Pak Darman.

Tak bertanya lagi Andre segera masuk ke rumah. Menuju kamarnya. Biasanya Thomas sedang main gim disana. Di kamarnya dia tak menemukan Thomas. Kamarnya kosong tak ada orang. Yang ditemukannya adalah peralatan gimnya yang berantakan. Mungkin tadi Thomas sempat bermain gim di kamar.

Setelah melemparkan tas sekolahnya ke ranjang dan membuka sepatu sekolahnya, Andre keluar kamarnya untuk mencari Thomas. Dia menuju dapur, pikirnya siapa tau Thomas sedang makan disana.

Di dapur juga tak ditemukannya Thomas. Yang ada hanya Mbok Jum, pembantu rumah, yang sedang mencuci piring.

“Liat Thomas Mbok?” tanya Andre.
“Tadi makan disini, lima belas menit lalu bareng Mas Randy. Mungkin ke kamarnya Mas Randy. Soalnya tadi Mas Randy ngajak Mas Thomas liat pilem di kamarnya. Katanya ada pilem bagus, baru dipinjemnya,” jawab Mbok Jum.

“Mas Randy gak ngantor Mbok Jum?” tanya Andre lagi.
“Katanya udah ambil cuti Mas, sejak hari ini sampe dua minggu ke depan,” jawab Mbok Jum.

Andre segera menuju kamar Mas Randy. Kamar kakaknya itu terpisah dari bangunan induk rumah. Letaknya dibelakang, seperti pavillyun. Kalau Mas Randy mau pergi atau pulang tanpa melalui bangunan induk rumah juga bisa. Karena ada jalan yang menghubungkan kamarnya dengan garasi.

Pintu kamar Mas Randy tertutup. Gordyn biru menutupi jendela kaca kamar itu. Lagi nonton pilem apa sih? Kamar kok sampe di tutup-tutup kayak gitu? Tanya Andre dalam hati. Andre segera mendekati pintu kamar. Saat tangannya bermaksud memutar gerendel pintu, tiba-tiba didengarnya suara erangan dari dalam kamar itu.
Itu kan suara erangan Mas Randy, gumam Andre dalam hati. Pikiran mesum muncul di kepalanya. Jangan-jangan Mas Randy lagi ngentot sama Mbak Tania nih. Kesempatan lagi orang gak ada di rumah. Soalnya memang sering Andre memergoki Mas Randy ngentot dengan Mbak Tania di kamar itu. Malah, bukan hanya dengan Mbak Tania. Beberapa kali Mas Randy juga pernah membawa perempuan lain selain Mbak Tania, untuk ngentot di kamar itu. Biasanya atraksi ngentot yang dilakukan Mas Randy bertepatan pada saat Mama dan Papa Andre sedang tidak ada di rumah.

Andre segera menuju celah tempat biasanya dia mengintip Mas Randy. Celah itu adalah jendela kecil yang ada di kamar Mas Randy. Jendela kecil itu memang tidak pernah di kunci oleh Mas Randy, paling hanya di rapatkan saja.

Andre tak pernah ketahuan mengintip dari celah itu. Soalnya Mas Randy kalo ngentot suka gila-gilaan. Tak peduli dengan sekitarnya. Kadang Andre berfikir, jangan-jangan bukan dia saja yang sudah tau kegiatan mesum yang sering dilakukan Mas Randy di kamar itu. Pembantu rumah bukan tak mungkin sudah mengetahuinya juga. Soalnya kalau sudah orgasme Mas Randy suka menjerit tak terkontrol. Membayangkan apa yang akan dilihatnya di dalam kamar, membuat kontol Andre yang lumayan gede itu segera ngaceng.

Dari celah jendela itu, Andre memandang ke dalam kamar Mas Randy. Pandangannya langsung berumbuk pada tubuh telanjang Mas Randy yang sedang telungkup menindih seseorang. Pantatnya memompa maju mundur dengan cepat. Tubuh Mas Randy yang putih bersih dan kekar itu, basah oleh keringat yang membanjir.

Astaga!!!!!!! Andre terhenyak. Seperti disambar geledek, ia kaget dan tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

Bukan Mbak Tania yang sedang di tindih oleh Mas Randy. Bukan pula perempuan lain. Tubuh putih bersih yang sedang telungkup diatas ranjang dan sedang ditindih rapat oleh Mas Randy itu adalah tubuh Thomas, sepupunya!

Sepupunya yang ganteng dan bertubuh langsing atletis itu dilihatnya sedang meringis-ringis sambil mengerang-erang kuat. Sementara diatasnya Mas Randy terus memompa pantatnya dengan gerakan menghentak-hentak kuat. Menimbulkan bunyi tepukan yang cukup kuat akibat pertemuan buah pantat Thomas dan paha Mas Randy yang kokoh.

Andre melotot tak berkedip melihat aksi kakak dan sepupunya itu. Kontolnya dirasakannya semakin ngaceng. Tubuhnya bergetar menahan gairah. Tangannya mulai meremas selangkangannya sendiri. Andre terangsang melihat aksi persetubuhan itu.
Diatas ranjang Mas Randy masih terus memompa pantatnya. Mengeluar masukkan kontolnya yang besar ke lobang pantat Thomas. Sementara kedua tangan Thomas melingkar kebelakang, memegang bongkahan pantat mas Randy, meremas-remas.


“Ohhhh…ohhhhh…Thomasshhhhhh….enak bangethhhhh…….sempithhhhhh…bangethhhhh….lobang pantathhhmuhhhh……,” racau Mas Randy.

“Mas Randyhhhhh….goyang yang keras Mashhhhh….yang keras Mashhhhhhh…..oh..gituhhhhh Mashhhhhh……,” racau Thomas.

“Kamu suka Thomashhhhh….kamu sukahhh…….kamu sukahh kontolku dalam pantamuhhh…ohh….sepupu mungilkuhhh…yang tampanhhh…ohhh….,” racau mas Randy.

“Sukahhh….ohkkkk…..sukahhh…bangethhhhhhh….Mashhhhhh…….kontol Mash Randyhhh…gedeh Mashhhhhh….rasanya pol di dalam Mashhh……okhhhhhh…….,” racau Thomas.

“Kamuh kesakitanhhh akhhhhhh….kesakitankahh……Thomashhh…,” racau Mas Randy.

“Gakjhhhh…gakhhhhh lagihhh Mash….enakhhhh….enak…..terusin Mashhhhhh…terushhhhhh…,” racau Thomas.
Andre semakin gila mendengar percakapan mesum kakak dan sepupunya itu.

“Enak bangethhh…ohhh….enak bangethhhh…..enak banget…Thomasssshhhhh…,” racau Mas Randy.

“Enak manah…enak manah….sama memekhh Mbak Taniah…ohhhhh….enak manahh Manasssshhhh?” racau Thomas.

“Enak pantat kamu Thomas, ahhhhh, enak pantat kamu sayang…ohh..oh…oh…oh…,” racau Mas Randy.

Demikianlah seterusnya. mas Randy terus memompa kontolnya di lobang pantat Thomas, hingga akhirnya dia menumpahkan spermanya di lobang pantat itu.

Setelah Mas Randy usah dengan hasratnya gantian Thomas yang menyetubuhi Mas Randy. Mas Randy telentang mengangkang di ranjang sedangkan Thomas menggenjotnya dari atas menelungkup. Sambil ngentot mereka berciuman mesra.

 “Ohh…Thomasshhhhhhhh…enak banget Thomashhhhh….aku gak pernah nyangkahhhh….dientot ternyata enak bangethhhhhh…ohhh…,” racau Mas Randy keenakan.

“Mas Randyhhhh…lobang pantat Mashhh sempit banget..njepit kontolku Mash…enak bangethhh…,

Setelah beberapa saat akhirnya Thomas orgasme juga. Tubuhnya segera roboh diatas tubuh Mas Randy. sementara di luar kamar Andre juga memuncratkan spermanya. Banyak sekali.
Tamat

Ini hanya sekadar cerita selingan. semoga yang baca seneng. kalau tidak ada alur dalam cerita ini ya maklumi aja deh. cerita ini cuman sekadar bantu yang baca untuk membangkitkan birahinya sambil coli. hehehe