Cerita ini adalah kiriman pada dimas_arbayu@yahoo.com oleh temanku bernama "Dree".
Terimakasih ya bro.
Terimakasih ya bro.
Hai, kenalin nama gue Hendra. Gue adalah
seorang polisi berpangkat Briptu. Gue bekerja di salah satu polsek di kota S.
Kerjaan gue sih biasanya cuman jaga di post depan kantor, atau kalau lagi ada
demo-demo mahasiswa atau buruh, gue suka ikut ngawal biar situasi aman bareng
rombongan. Umur gue baru 24 tahun, dan rahasia terbesar dalam hidup gue adalah,
gue gay. Ahhhh, semua orang pasti bertanya-tanya apa iya ada polisi yang gay?
Secara, pekerjaan jadi polisi kan keras, kasar, dan kayaknya nggak mungkin
banget kalau ada gay yang jadi polisi. Gay kan biasanya ngondek, melambai, dan
kebanci-bancian. Ahhh, itu mah cuman stereotype yang udah dibentuk oleh
masyarakat kalau gay itu identik dengan banci. Padahal ada bedanya, lho! Gay
itu belum tentu banci, dia bisa jadi cowok banget, dan nggak ada tampang
ngondeknya, tapi kalau Banci, itu udah pasti gay.
Sekarang ini banyak, kok cowok gay yang
penampilan, sikap, dan gayanya itu laki-laki banget. Badan tegap berisi, suara
macho, tapi yahhhh, orientasi seksualnya menyimpang. Nah-nah, kebanyakan sih
yang begitu itu yang suka bikin cewek-cewek makan hati. Gay yang penampilannya
laki banget kebanyakan kan keren-keren dan ganteng-ganteng, pokoknya impian
semua wanita, tapi ya gitu deh, sukanya kontol bukan payudara. Sebut saja E*an S*nd*rs (seorang aktor).
Rumornya, sih dia gay. Tuh, bener kan? Dari tampang dan bodinya saja nggak
mungkin banget cowok sekeren dia bisa jadi gay. But still, udah pada tahu kan
kalau dia pernah foto topless bareng cowok, backhugh di
depan cermin kamar mandi. Wahhhhh, cewek-cewek pada jejerit tuh. Nelangsa akut.
Well, balik ke gue sekarang. Gue penampilan
emang laki banget, tapi ya, gitu deh, gue sejak SD udah suka cowok. Awalnya,
sih karena gue suka banget ngelihatin gambar sampul kotak celana dalam. Itu
tuh, gambar cowok-cowok berotot yang lagi pamerin celana dalam bermerek
tertentu. Gue sih kalau lagi beli celana dalam baru, kotaknya sering nggak gue
buang, malah gue simpen. Mendekati SMP, gue baru sadar kalau gue ini gay. Gue
mulai naksir sama cowok. Waktu itu, sih guru olahraga gue. Aduh, parah deh gue.
Terus masuk ke bangku SMA, gue naksir sama ketua kelas gue. Hummmm, tapi sayang
gue cuman bisa menikmati cowok-cowok ganteng itu dari kejauhan, atau paling
nggak cuman bisa jadi sahabat dekat mereka. Parah, dong kalau mereka sampai
tahu gue ini gay dan suka sama mereka, orang mereka itu 100% straight.
Ngomong-ngomong soal cowok straight. Selama
ini gue emang kebanyakan naksir sama cowok straight. Bukannya gue sama sekali
nggak punya kenalan cowok yang sama-sama gay, tapi menurut gue, gue bisa dapet
adrenalin rush atau paling nggak sensasi yang tiada taranya kalau gue bisa
ngedapetin cowok straight. Ngedapetin kayak gimana, nih? Yah paling level
rendah, gue bisa ngelihat body nakednya mereka. From head to, kontol, to toe.
Hehehhe. Level paling tinggi, gue bisa icip-icip kontol mereka. Ahhh, emang
agak susah, atau udah kelewat jadi mimpi kalau cowok gay kayak gue bisa
ngedapetin cowok straight
Gue emang berambisi bisa ngejerumusin atau
paling nggak ngenalin cowok normal ke dunia gay. Makannya sejak SMA gue punya
program khusus di blog yang gue bikin, tentang gimana caranya ngerubuah cowok
straight menjadi gay. Gue sebut proyek gue ini Straight to Gay Project.
Ehehhehehhe!
Menurut gue cowok straight itu ada dua tipe.
Gue sebuatnya Tipe Staight A dan B. Tipe Straight A itu yang bener-bener tought
banget dan 100% sure that he’s a straight. Maksudnya yang udah kebukti punya
banyak cewek dan punya jam terbang ML sama cewek. Cowok straight tipe ini emang
sulit untuk didekati, dan most of all berbahaya bagi cowok gay. Kalau mereka sampai
tahu kalau ada cowok gay yang berusaha mendekati mereka, kita bakal dapet
sangsi yang bikin kita hancur berantakan. Pertama karena malu, well, pasti malu
dong kalau kita ketahuan gay. Kedua, kita bisa dapet bogeman mentah dari
mereka. So, perlu teknik khusus dan upaya gigih untuk menaklukan mereka.
Tipe Straight B, ini yang lebih gampang buat
ditaklukkan. Kebanyakan dari mereka adalah cowok-cowok desperate. Cowok-cowok
yang naksir cewek, tapi kebanyakan ditolak melulu. Atau cowok-cowok yang
berusaha ML sama cewek, tapi nggak bisa-bisa. Cowok-cowok putus asa seperti
mereka ini yang gampang banget untuk didekati. Butuh sedikit usaha, dan voila
they can be turn to be a gay.
Gue sih udah menuangkan banyak pengalaman gue
berpetulang dalam merubah cowok straight menjadi gay di blog gue, tapi yang
bakal gue ceritain adalah pengalaman terbaru gue yang paling seru. Kejadiannya
masih fresh from the oven. Baru dua minggu yang lalu, dan gue ngebet banget
menceritakan ini ke kalian semua.
As a police, gue udah siap ditugaskan di mana
saja, termasuk tugas yang nggak ada kaitannya dengan kegiatan kepolisian. Suatu
hari gue diminta atasan untuk mengikuti seminar di kota M di Jawa Timur. Itu,
lho kota yang terkenal dengan buah apel dan udara dingin pegunungannya.
Rencananya seminar itu akan dihadiri oleh wakil-wakil dari seluruh jajaran
kepolisian di Indonesia. Tema seminarnya sih tentang membangun sikap
profesional dan etika dalam bekerja dalam mengemban tugas menjadi polisi.
Kebetulan gue freshmen di jajaran kepolisian, karena baru lima bulan yang lalu
resmi bergabung melewati pendaftaran masuk yang banyak menyingkirkan
pelamar-pelamar. Yah, kebetulan bokap sendiri adalah polisi, jadi agak sedikit
lancar proses gue untuk jadi polisi.
Oh, ya sebelumnya gue juga punya pengalaman
straight to gay bersama bokap gue sendiri. Bokap gue straight tapi udah
ditinggal bercerai sama nyokap gue, dan bokap ini tipe straight B yang lagi desperate,
dan gue berhasil merasakan kenikmatannya bercinta dengan bokap gue. Ahhhh, ini,
sih aib terburuk dalam hidup gue. Gue nggak bakal cerita panjang lebar soal
pengalaman gue yang satu itu, tapi kalau respon pembaca cerita gue yang satu
ini bagus, gue bakal pertimbangkan lagi untuk menceritakan petulangan gue
bersama bokap.
Back to the topic. Seminar tiga hari itu
membuat gue harus menyiapkan pakaian dan seragam untuk menginap. Pihak panitia
sudah menyediakan sebuah asrama untuk menampung para pesertanya. Akhirnya
setelah gue bebenah, di hari selasa yang cerah itu gue berangkat ke kota M
dengan naik bus antar kota. Perjalanan dari kota S ke kota M menelan waktu satu
setengah jam kalau keadaan lalu lintas lancar, tapi bisa molor dua jam kalau
bener-bener lagi bad traffic. Apalagi semenjak ada lumur lapindo itu, duhhhh
bener-bener menyiksa pengendara, deh karena jalan lalulinatas porong itu macet
berat.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan
melelahkan selama hampir dua jam, akhirnya gue sampai di kota M. Dengan
menumpang kendaraan umum dalam kota gue menuju tempat diadakannya seminar.
Kebetulan hall tempat seminar dan asrama tempat pesertanya menginap terletak di
dalam satu kompleks sekolah kepolisian di kota itu.
Buru-buru gue mendekati meja daftar hadir. Di
situ gue di data dan diberi satu bag berisi buku-buku dan berkas-berkas
keperluan acara seminar, dan gue juga diberi kunci kamar. Gue kebagian tinggal
di gedung arjuna di kamar 304. Setiap kamar diisi oleh dua orang, dan orang
yang jadi roommate gue selama tiga hari kedepan adalah Briptu Dhanny Prawira (27) dari kota J. Oh, dari pusat. Dan
sepertinya doi belum dateng, buktinya belum ada tanda tangan konfirmasi di
sebelah nama gue. Gue jadi bedebar-debar tak sabar melihat tampang roommate gue
itu.
Setelah pengurusan daftar hadir selesai, gue
dipersilahkan untuk istirahat di kamar karena hari ini tidak ada jadwal
apa-apa. Semua kegiatakan akan dimulai keesokan harinya, jadi semua peserta
bebas malam hari ini. Gue sih rencanya pengen jalan-jalan. Kebetulan gue bisa
cari kenalan di sini biar nanti bisa pergi ramai-ramai kalau mau jalan-jalan.
Hehehhehe. Kota M ini kan nggak asing buat gue, siapa tahu gue bisa jadi tour
guide dadakan buat temen-temen sesama anggota kepolisian dari seluruh
Indonesia.
Segera gue menuju gedung arjuna. Kamar gue ada
di lantai tiga. Nggak susah ternyata nemu kamarnya, dan kebetulan gedung ini
kayaknya khusus peserta laki-laki. Peserta perempuan dan laki-laki ditempatkan
di gedung yang terpisah ternyata. Sepanjang lorong menuju kamar gue, gue ketemu
sama sesamaa polisi yang saat itu juga sedang sibuk menenteng tas-tas untuk
mencari kamar mereka, tapi ada juga sepertinya yang sudah berkenalan, dan
terlibat obrolan ringan di sepanjang lorong, di depan pintu kamar
masing-masing.
Ini dia, kamar 304. Gue membuka kunci pintunya
dan lantas masuk setelah mengucapkan salam. Kamarnya lumayan luas. Ukuran 5x5m
dilengkapi dua tempat tidur yang saling bersebrangan, dua meja, dua lemari,
seperangkat televisi, AC, dan kamar mandi. Di kamar mandi juga dilengkapi
dengan kolset duduk dan air panas. Wah, lumayan juga fasilitas yang panita
sediakan. Gue segera mengecek kamar mandi, dan kondiisinya ternyata cukup baik,
kecuali pintunya yang agak susah di tutup.
Setelah mengosongkan isi tas gue dan menyimpan
barang-barang yang lain di dalam lemari pakaian, gue memilih untuk
bersantai-santai di atas tempat tidur sambil menonton televisi. Kebetulan gue
memilih tempat tidur yang di dekat kamar mandi. Selang beberapa jam akhirnya
seseorang membuka pintu kamar gue, dan masuklah seorang cowok dengan seragam
polisi berwarna cokelat keabu-abuan itu ke dalam kamar.
Gue lantas langsung menelan ludah saat
memandang roommate gue itu dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Gue kasih
score, 10. WOW banget. Gila, ganteng banget. Gue langsung quick scaning from
head to toe. Gue tafsir tingginya sekitar 175cm dengan berat badan 69kg.
Seragam kepolisiannya itu menempel ketat di badannya yang berisi. Bukan otot,
tapi lebih ke timbunan lemak yang merata ke seluruh tubuh. Mirip bodynya Rezki
Aditya atau Mario Lawalata gitu, deh. Pinggulnya ramping dan celana cokelat
panjangnya itu menggantung sempurna di bawah pusar. Totoally, he’s prefect. Gue
nggak sadar kalau kontol gue ngaceng berat. Jadi ini Briptu Dhanny Prawira.
Gue lantas bangkit dari tempat tidur dan
mengulurkan tangan. “Hendra!”
“Dhanny. Dari kesatuan mana, nih?”
“Polsek *****. Gue masih briptu.”
“Sama, dong!” Jelas Briptu Dhanny sambil
meletakkan tasnya di atas tempat tidur yang satunya lagi.
Kemudian kami sama-sama membisu. Gue
melanjutkan menonton acara televisi, sedangkan Briptu Dhanny sibuk mengeluarkan
isi tasnya. Sempat gue lirik semua pakaiannya dari merek-merek terkenal luar
negeri. Gue kan juga nggak katrok-katrok amat soal Fashion, jadi gue bisa tahu
baju-baju yang gue lihat dari merek apa saja dari sekali pandang. Setelah
membereskan barang-barangnya Briptu Dhanny – gue sebutnya Dhanny saja deh biar
nggak kepanjangan – melepas seragamnya dan meninggalkan T-Shirt berkerah tinggi
cokelat keabu-abunya yang menjadi ciri khas polisi. Gila T-Shirt itu nempel
sempurna di badannya yang aduhai itu. HOT banget! Gue bener-bener ngaceng.
Untung gue rebahan sambil telungkup, kalau nggak Dhanny bisa ngelihat ada
tonjolan di celana gue. Gue sendiri kebetulan dateng nggak pakai seragam, cuman
pakai polo shirt dari Ralph Laurant sama celana jenas. Sampai di kamar gue
pakai T-Shirt daleman warna putih dan celana bermuda longgar kotak-kotak.
Sehabis melepas seragamnnya, Dhanny beranjak
menuju kamar mandi. Dhanny menutup pintunya, dan eehhhh kok nggak bisa nutup,
dan malah kebuka lagi.
“Pintunya rusak, ya?” Tanya Dhanny dari arah
kamar mandi.
“Kayaknya, sih gitu. Pintunya udah nggak ada
engselnya, gimana mau nutup. Entar, deh gue tanya ke panitianya. Masa iya nanti
kita mandi atau BAB sambil buka pintu.”
“Aduh, gimana, nih? Mana gue kebelet kencing.
Ini juga, kenapa kolsetnya di sini. Kalau mau pipis kan jadinya harus menghadap
ke pintu.”
Gue buru-buru bangkit dari tempat tidur untuk
memastikan apa yang dikatakan oleh Dhanny. Emang betul, sih. Kolestnya
berdekatan dengan bak mandi, pas di sudut dan menghadap ke dinding. Tapi kalau
mau kencing kan harus puter badan dan menghadap ke pintu. Wah, gawat juga, ya.
“Udah-udah. Lo kencing saja biar gue tahan
pintunya dari luar.”
“Thanks.”
Gue langsung menutup pintu kamar mandi, sambil
gue menahanya supaya nggak terbuka dengan cara memasukkan jari telunjuk gue ke
lubang tempat di mana engsel pintu itu seharusnya berada. Duh, sial nian nasib
gue. Dari lubang itu gue bisa ngintip kontol Briptu Dhanny langsung. Ahh, nggak
apa-apa, masih ada lain hari. Masih banyak ada kemungkinan.
“Udah-udah, boleh dilepas. Gue udah beres!”
Seru Dhanny dari dalam.
Begitu gue melepas kaitan jari gue di lubang
bekas engsel pintu, pintunya langsung terbuka lebar, bersamaan dengan jari
telunjuk dan ibu jari Dhanny menjepit dan menaikkan resleting celana panjang
cokelatnya. Lantas Dhanny kemudian mencuci tangan dan melangkah keluar.
Pas dia duduk di tempat tidurnya sambil mata
memandang ke arah televisi yang sedang menayangkan iklan, gue iseng-iseng
bertanya.
“Emang masalah ya kalau pintu kamar mandinya
nggak bisa nutup?”
Dhanny menoleh ke arah gue. “Nggak juga, sih.
Kita kan sama-sama cowok. Mandi sambil pintunya kebuka nggak masalah. Tapi
kalau pas BAB, rasanya nggak pantes saja.”
“Betul juga.” Sahut gue, sambil dalam hati
bersorak gembira, pas tahu kalau Dhanny nggak keberatan mandi dengan pintu
kamar mandi terbuka. Wow, wow! Gue bisa ngelihat tubuh telanjangnya.
Aduh-aduh-aduh, gue jadi keringetan, mimpi apa gue semalam bisa sekamar sama
polisi ganteng nan gagah seperti Dhanny.
Akhirnya sepanjang sore itu kita terlibat
obrolan akrab. Gue jadi tahu kalau Briptu Dhanny itu masih jomblo dan, gue
langsung menarik kesimpulan cepat bahwa dia ini Straight tipe B. Wah, gue jadi
berambisi melaksanakan Straight to Gay Project gue nih. Nawaitu, deh! Niat
dalam hati untuk melancarkan aksi.
Obrolan terus gue pancing-pancing menjurus ke
masalah pribadi, sampai akhirnya kata seks keluar dari mulut gue.
“Lah,
kalau lagi pengen gimana? Kamu jajan di luar. Cari PSK, gitu?”
“Ahhh, ya nggak, lah. Bahaya untuk kesehatan
dan profesi. AIDS dan HIV, belum lagi kalau ketahuan berbuat nakal, bisa dinon
aktifkan gue!”
Gue manggut-manggut.
“Ya kalau lagi pengen ya tinggal onani saja.
You know lah, men’s ritual. Situ, kan juga pastinya pernah.”
Gue malah ketawa-ketawa. “Tapi gue udah pernah
ML. Dua kali.” Kata gue bangga.
“Serius?”
Gue manggut-manggut. “Playboy juga, nih!”
“Hahahhahahahha.” Belum tahu saja kalau
pasangan ML gue itu cowok. Ketua kelas gue pas SMA, sama bokap gue sendiri.
Hihihihihihihi. Dan mungkin akan menjadi yang ketiga bersama lo, Dhanny. Begitu
kata gue dalam hati dengan semangat empat lima.
“Ngomong-ngomong kalau tiga hari ke depan lo
lagi horny dan pengen onani, lo bilang ke gue, ya, biar gue bisa keluar dari
kamar dan kasih privasi ke lo. Hehehhehhee.”
“Wah, Hendra ini bisa saja!”
Kami berdua sama-sama tertawa sampai akhirnya
malam pun menjelang dan kami bersiap untuk tidur. Sebagai cowok, kami tak malu
saat berganti pakaian. Gue, sih emang udah dari siang pakai T-Shirt daleman
warna putih sama celana bermuda longgar yang emang pakaian tidur gue, tapi
sejak siang tadi Dhanny belum berganti pakaian. Jadi malam hari ini gue dapet
pemandangan Dhanny lagi ganti baju.
Dengan bebas dan tanpa rasa malu Dhanny
meloloskan T-Shirt cokelat keabu-abuan khas polisi melewati kepalanya. Duhhhh,
gue sampai menelan ludah. Ketiaknya ditumbuhi bulu-bulu lebat. Badannya seperti
dugaan gue. Nggak berotot, tapi cukup berisi dengan kadar lemak yang merata di
perutnya. Dadanya agak sedikit bidang dengan dua puting kecil kecokelatan.
Puting dadanya kurang keren. Gue sukanya yang lebar-lebar. Hihihihi. Dan dalam
sekejap Dhanny juga melepaskan celananya. Sialnya, Dhanny sudah mengenakan
celana dalam boxer, dan sepertinya tidak akan menggantinya dengan celana lain.
Yah, gagal, deh gue ngelihat kontolnya.
Kami berdua sama-sama melompat ke atas tempat
tidur masing-masing, dan sepakat untuk tidak menggunakan AC, karena udara malam
kota M emang sudah dingin. Gue bergelung di bawah selimut, menghadap dinding
dan memunggungi Dhanny. Tak lama kami berdua sama-sama membisu dan akhirnya
tertidur.
Keesokan harinya tepat pukul lima, seperti
biasa gue terbangun dari tidur gue. Pagi-pagi gue biasanya joging keliling
komplek rumah gue, tapi berhubung gue ada di kota M di daerah pegunungan, gue
sengaja bangun pagi supaya bisa joging sambil menikmati udara segar dengan 100%
fresh oxigen yang baik untuk paru-paru gue. Jadilah gue melompat bangun dan
mengganti pakian dengan celana olahraga dan jaket dari bahan parasut yang bisa
menyerap keringat dan menjaga suhu badan.
Kebetulan lampu kamar emang sengaja dimatikan
karena kami berdua sepakat untuk tidur di kegelapan, dan hanya memanfaatkan
sedikit cahaya dari lampu kamar mandi yang dibiarkan menyala.
Gue melirik Dhanny yang lagi dalam posisi
telungkup. Tubuh bagian bawahnya terbenam di balik selimut. Gue menelan
kekecewaan lagi karena nggak bisa ngelihat kontol ngaceng di pagi hari. Tahu,
kan kalau kontol cowok-cowok pasti pada ngaceng di pagi hari. Jadi sambil
menelan kekecewaan gue membuka pintu kamar dan menguncinya dengan kunci yang
gue pegang.
Suasana di luar gedung asrama masih gelap. Gue
cuman bisa mendengar dengung-dengung jangkrik yang masih setia bernyanyi.
Sayup-sayup dikejauhan masih terdengar suara doa-doa seusai sholat subuh dari
masjid-masjid terdekat. Ayam jantan berkokok berkali-kali menandakan pagi sudah
menyingsing, dan gue berlari joging ringan mengelilingi jalan aspal sepanjang
kompleks sekolah kepolisian itu.
Menurut jadwal seminar dan kegiatan-kegiatan
yang lainnya akan dimulai pukul sembilan, jadi rencananya, sih gue bakal balik
lagi ke asrama nanti saat pukul tujuh tiga puluh. Kompleks sekolah kepolisian
ini lumayan luas. Tak terasa, gue udah berlari jauh dari gedung-gedung asrama,
dan malah berakhir di area persawahan yang ada di dalam kompleks.
Setelah joging mengelilingi sawah beberapa
kali, gue mumutuskan untuk istirhat sejenak sambil mendengarkan musik lewat hp
gue. Tak terasa pagi sudah menampakkan jati dirinya. Matahari mulai bersinar
dan langit mulai terlihat warna birunya. Kabut juga mulai menipis dan
lampu-lampu di sekitar jalan dan gedung-gedung sepanjang perjalanan gue kembali
ke gedung asrama juga sudah di matikan.
Sebelum balik ke gedung asrama, gue sempet
mampir ke kantin untuk membeli air mineral botol untuk jaga-jaga kalau haus di
dalam kamar. Sengaja gue beli lebih untuk Birptu Dhanny sekalian. Salah satu
teknik menedekati seorang Straight adalah berbuat baik kepada mereka.
Hehehehhehe. Tak sampai lima menit gue udah sampai di depan pintu kamar gue.
Langsung saja gue buka kunci pintu kamar.
Dari dalam gue bisa mendengar suara televisi
yang menyala dengan volume kencang. Lho, Dhanny udah bangun ternyata! Gue masuk
dan menemukan tempat tidur Dhanny kosong. Televisinya juga sudah menyala dan
sedang menayangkan acara musik pagi. Wah, volumennya nggak ketulungan. Masak
pagi-pagi volume televisinya sekeras ini. Gue buru-buru hendak mengecilkan
volumenya dengan remote control, tapi perhatian gue malah tertuju pada pintu
kamar mandi yang terbuka sedikit.
Dhanny ada di dalam kamar mandi. Mandi? Wow!
Gue bisa ngintip, nih. Pucuk dicinta ulampun tiba. Dewi Fortuna sedang berpihak
kepadanya. Dalam hati gue juga membantin. Kok, bisa ini pintu ketutup setengah
begini. Kemarin malah nggak bisa ditutup. Mendengap-endap, gue mendekat ke arah
pintu kamar mandi. Apa Dhanny nggak denger gue masuk? Oh, pantes saja nggak
denger, orang suara gue keredam suara televisi. Dalam hati gue bersyukur karena
ternyata hal itu membantu.
Selangkah lebih dekat dan akhirnya gue bisa
mengintip ke dalam. Keran air juga menyala kencang mengisi bak mandi. Suara air
mengucur yang lumayan keras, semakin meredam suara langkah kaki gue yang
mendekat. Gue melongok ke celah pintu yang terbuka.
Dhanny ada di sana. Dan sedang duduk di
kloset. Gue bisa melihat punggungnya. Dhanny kayaknya lagi BAB tuh. Sayang
cuman BAB doang. Apalagi sekarang ini gue cuman bisa ngelihat bahu sama
sebagian pantat kanan, paha, serta kaki panjangnya yang praktis membuat kontol
gue ngaceng dengan pemandangan kurang total itu.
Pantatnya lumayan oke, pahanya juga. Begitu
hasil quick scaning gue. Tak terasa gue membiarkan diri gue berlama-lama
mengintip lewat celah pintu kamar mandi yang terbuka.
“Ahhh... Hessshhh...Ahhhh...Ahhhh. Ohhh, yes!”
Deg! Jantung gue langsung berhenti berdetak.
Gue nggak salah denger? Barusan gue denger Dhanny mendesah-desah. Apa telinga
gue yang lagi nggak beres, ya? Gue menajamkan indra pendengaran gue.
“Fuck! Ahhh, Ahhh, Yes... Ohhh, heeeem.”
Gue menelan ludah. Gue nggak salah denger. OH
MY FUCKING GOD! Dhanny lagi onani di kamar mandi. GILA! Briptu ini onani di
pagi hari di kala roommatenya a.k.a gue nggak ada di kamar. Gue langsung
melotot begitu gue menyaksikan dengan mata kepala gue sendiri, kalau tangan
kanan Dhanny sedang bekerja. Terlihat tangan itu sedang naik turun di dekat
pahanya. Sayang gue dari sini nggak bisa ngelihat kontolnya, tapi OH MY GOD!
Suaranya itu lho nggak ketulungan.
“Aghhhhh! Aghhhh! Arrrrhhhh! Ohhh, Ohhh,
Heeem!”
Apa mungkin dia sengaja menyetel televisi
dengan suara keras dan membuka keran air bak mandi sampai isinya tumpah dan
terbuang itu demi meredam suaranya yang tak bisa menahan sensasi kenikmatan
handjob yang dilakukannya di saat gue nggak ada di kamar. Kontol gue makin
ngaceng berat dan berkedut-kedut di balik celana olahraga gue.
“I’M CUMMING! I’M CUMMING! AGHHHHHHHHHHH
AHHHHHHHHHHHHH!” Dhanny mendongahkan kepalanya ke atas saat dia mencapai
orgasme.
Gue menelan ludah banyak-banyak saat
menyaksikan kejadian mendabarkan tersebut. Kontol gue udah basah karena percum
dan sekarang memberontak di balik celana ingin segera di kocok pakai tangan
juga. Gue langsung keringat dingin karena terlalu shock dan tidak menduga bahwa
akan secepat ini gue melihat pemandangan-pemandangan di luar kebiasaan normal
dalam kehidupan gue. Buru-buru gue mundur dan duduk di tempat tidur gue sebelum
Dhanny berbalik dan mergokin gue lagi ngintipin dia yang lagi onani.
Di tempat tidur gue, gue duduk sambil mengatur
napas. Berlahan-lahan di dalam celana, kontol gue udah nggak memberontak lagi.
Berangsur-angsur, otot-ototnya melemas dan kembali melancarkan peredaran darah
di area pribadi gue, dan membuat kontol kesayangan gue yang 15cm waktu ereksi itu
kembali ke posisi normalnya 8,5cm.
Dari dalam kamar mandi gue dengar Dhanny
kayaknya lagi mandi. Ihhhh, tuh cowok langsung mandi junub begitu selesai
onani. Ketahuan banget kalau dia itu tipe yang risih kalau habis berbuat
hal-hal berbau seksual seperti ML dan onani, nggak langsung membersihkan diri.
Setelah sepuluh menit pintu kamar mandi
terbuka dan Dhanny keluar dengan handuk melilit di pinggang. Jantung gue
kembali berhenti berdetak saat memandang tubuh atasnya yang telanjang. Begitu
tampak mengkilat dan menggoda. Gue bisa mencium aroma sabun mandi dari
tubuhnya. Huuuuuummmm, pengen deh gue hirup-hirup itu aroma tubuhnya sambil gue
jilat-jilat dada dan perutnya.
“Uuuu, Udah lama di sini?” Tanya Dhanny dengan
nada yang kedengaran gugup.
“Sepuluh menitan yang lalu.” Jawab gue enteng.
Dhanny kelihatan terkejut. Wajahnya langsung
memerah.
“Santai saja, bro. Gue juga pernah onani
pagi-pagi. Emang agak susah kalau mengabaikan kontol yang ngaceng di pagi
hari.”
Dhanny tampak kikuk setelah mendengar reaksi
gue.
“Lagi horny lo? Suara lo kenceng banget kayak
aktor film porno.” Tanya gue yang nggak mau kehilangan momen untuk
mengorek-ngorek informasi tentang kegiatan solo seksnya hari ini.
Briptu Dhanny cuman senyum-senyum doang sambil
membuka lemari dan mencari pakaian ganti. Gue sempet kaget begitu Dhanny
melepas handuknya tiba-tiba di depan muka gue, dan voila! Kontolnya yang udah
balik ke posisi tidur itu terpampang nyata dalam format HD di depan muka gue.
Kontolnya 10cm pas lagi tidur, ditumbuhi jembut yang di cukur rapi, dan belum
lagi buah zakarnya yang sedang tertarik ke atas karena tekanan suhu udara yang
dingin. Tampak menggoda seperti pempek kapal selam yang siap disantap.
Gue menelan ludah. “Wow, kontol lo gede juga.”
Dhanny senyum lagi sambil memakai celana
dalamnya. Yah, gue membantin kecewa, tapi mata gue masih tertuju ke dalam
tonjolan yang tercetak jelas di celana dalam warna putih merek Emperio
Armaninya itu.
“Kalau lagi lemes udah segitu gimana
ngacengnya? Wah, sayang banget lo nggak pernah ML, bro. Dengan kontol segitu
cewek-cewek pasti kegirangan dapet service dari lo!” begitu kata gue mengumbar
pujian.
Dhanny cuman bisa ketawa-ketiwi sambil
mengenakan deodorant di kedua ketiaknya yang juga ditumbuhi bulu lebat itu.
“Lo nggak mandi? Bentar lagi ada sarapan
bersama.” Tanya Dhanny mengalihkan topik pembicaraan.
Gue mengangguk dan lantas menanggalkan pakaian
gue di depan Dhanny. Gue jadi nggak malu-malu juga bugil di depan dia.
Terpampanglah kontol gue di hadapannya. Nyata dan dalam format HD.
“Masih bagusan punya gue ternyata! Hahahhaha.”
Begitu katanya setelah melirik ke bawah selangkangan gue.
“Sialan, lo!” Gue langsung masuk ke kamar
mandi, dan mandi dengan santai tanpa menutup pintunya. Sambil keramas, gue
curi-curi pandang keluar. Dhanny lagi duduk di ujung tempat tidurnya sambil
menonton televisi, tapi sesekali matanya melirik ke arah gue. Gue yakin itu.
Beberapa kali gue sempet menangkap basah dia lagi ngelihatin gue.
“Lo sebetulnya mau nonton yang mana, sih?
Pilih salah satu. Televisi apa gue?” Sengaja gue menggodanya sambil masih
menyabuni badan gue, tapi kali ini sambil menghadap ke luar, tepat ke arah
Dhanny.
Dhanny tampak salah tingkah dan malu-malu. Gue
jadi kegirangan menggoda Briptu Dhanny yang super duper ganteng itu.
“Lo gay?” Tanya gue blak-blakkan.
“NGGAK, LAH! Gue normal, sorry, yaw!”
“Hahahaha! Bercanda lagi. Serius amat. Lagian
gue nggak keberatan dilihatin. Orang nggak ada yang perlu disembunyikan. Semua
yang ada di badan gue normal. Kontol gue nggak sekecil ulet, dan gue nggak
punya tompel di bokong.”
Dhanny ketawa sambil sesekali melirik ke arah
gue yang sekarang sibuk menyabuni area pribadi gue.
“Lo tahu nggak kalau ada juga lho polisi yang
gay...” Gue membuka obrolan sambil gue melanjutkan acara ritual mandi gue.
“Iya-iya. Sempet ada berita di televisi. Tahu,
kan ada kasus yang penembakan seorang petugas lalu lintas di banjarmasin. Pas
di selidiki ternyata motivnya cemburu karena ternyata mereka gay.”
“Menurut lo kalau ada polisi gay itu gimana?
Ya nggak semenjurus ke polisi juga, sih. Tapi munurut lo gay itu gimana?”
Dhanny tampak berpikir sejenak. “Pandangan
umum sih menyebut mereka itu kelainan. Nggak normal. Laki-laki suka sama
laki-laki, perempuan suka sama perempuan.”
“Gue tahu. Itu, mah udah stereotype atau
gambaran umum. Tapi menurut pribadi lo sendiri gimana? Lo bakal ngejauhin
mereka nggak kalau seumpama lo dideketin sama seorang gay?” Gue mulai
melancarkan aksi gue. Segera gue menyudahi acara mandi.
“Menjadi gay itu penyakit kalau kata gue.
Orang bisa jadi begitu kan karena kelainan gen atau salah pergaulan. Tapi as
long as mereka nggak ganggu gue, gue nggak masalah. Di jaman semoderen ini,
semua orang berhak mau menjadi apa mereka, termasuk menjadi gay. Gue sih
fine-fine saja dengan hal itu.”
“Kalau ada gay yang ngajakin lo ML gimana?”
Tanya gue yang makin berani dan nggak tahu diri. Gue tahu dengan mengumbar
pertanyaan sepanjang topik ini, Dhanny pasti akan menaruh curiga ke gue, tapi
gue nggak perduli. Nggak ada salahnya untuk di coba.
“Kok, lo tanya-tanya soal gay terus, sih. Apa
jangan-jangan lo ini...”
Gue tersenyum miring. “Menurut lo?” Tanya gue
sambil menatap ke arah Dhanny dengan sorot mata menantang.
“Lo tadi ngintipin gue onani?” Dhanny seperti
disadarkan oleh jalan pikirannya sendiri.
“Siapa yang nggak ngintip kalau suara lo
sekeras itu. Suara kayak gitu bukannya suara orang yang BAB, kan? Mana ada
suara orang BAB mendesah-desah keenakan gitu?” Gue memberanikan diri untuk
duduk di sampingnya. Refleks Dhanny langsung menggeser pantatnya menjauh.
“Mau apa lo?!” Suaranya mengancam.
“Tenang, bro. Gue cuman mau ngobrol sama lo.
Ngomong-ngomong lo masih horny nggak? Kalau lagi horny gue bisa bantu lo.”
“Jangan macem-macem lo?!” Dhanny mengancam gue
lagi.
“Lo kan pernah cerita kalau belum pernah ML.
Gimana kalau lo ML sama gue? Lo belum tahu kan rasanya gimana kontol kalau lagi
dioral? Gimana lo mau nggak?”
“SIALAN! Nggak sudi gue. Udah, deh... lo
jangan bikin gue ngerasa nggak nyaman. Atau jangan-jangan lo cuman ngerjain
gue. Nggak lucu, bro!”
“Pernah ngentotin pantat nggak? Rasanya lebih
dahsyat dari lubang vagina, lho? Lebih sempit, dan bisa bikin lo phuuuuuuuuas!”
Dhanny diam saja sambil ngelihatin gue dengan
tampang dingin.
“It’s cool to be gay, dude. Nggak ada salahnya
kalau cowok straight kayak lo punya pengalaman seks yang sedikit ekstrim.
Tenang saja, nggak bakal ada yang tahu. Cuman lo ama gue saja. Gue bakal
kenalin ke lo dunia gay. Lo nggak usah malu. Cobain dulu saja, kalau nggak suka
lo boleh pergi. Gimana?” Tanpa pikir panjang gue daratkan tangan gue ke pahanya
yang sudah terbungkus celana khaki itu.
Gue menunggu reaksinya, dan Dhanny segera
menepis tangan gue dari pahanya. “Sorry, bro. Gue straight.”
“Ahhh, cemen lo! Belum cobain udah takut
duluan.” Biasaya kalau cowok stright di rendahkan harga dirinya, dia bakal
memberontak.
“Lu beneran gay?” Dhanny malah bertanya. Untuk
menenangkan dia gue menganggukkan kepala.
“Waktu gue cerita pernah ML sampai dua kali
itu semua sama cowok. Lo pasti ngiranya sama cewek?”
Dhanny mengangguk dan makin menjauhkan dirinya
dari gue.
“Asal lo tahu, ya bro. Dua-duanya yang ML sama
gue itu cowok straight.”
Dhanny tampak terkejut. “Ahhh, tipu lo! Paling
akal-akalan lo saja!”
“Bener. Gue nggak bohong. Gue emang suka
ngegodain cowok straight. Bagi gue ada kepuasan tersendiri kalau berhasil
menaklukan cowok straight. Asal lo tahu lagi nih, bro. Dua-duanya sampai
sekarang masih doyan tuh sama cewek dan nggak berubah jadi gay. Gue cuman
nawarin senasi berbeda saja dalam berhubungan seks a.k.a gay seks.”
“Dan mereka mau gitu saja?” Dhanny kelihatan
penasaran.
“Yup. Awalnya sih kayak lo gini, sok jual
mahal. Tapi setelah kontolnya gue sedot-sedot, ehhh, dia malah keenakan, dan
nggak nolak waktu gue minta dia ngentotin pantat gue.” Gue melirik area di
antara dua paha Dhanny. Gue yakin betul dia lagi ngaceng sekarang.
“Gimana, lo mau nggak?”
“Gue nggak nyaman. Kalau gue mau ML pastilah
sama cewek.”
“Kalau ceweknya nggak ada, sama cowok dulu
nggak apa-apa. Entar kalau lo udah ML sama cewek, lo bisa bandingin. Kata
korban straight gue, ML sama cowok punya taste tersendiri. Punya nilai lebihnya
juga.”
“Lo nggak pernah minta imbalan dari mereka?
Maksud gue. Lo minta mereka buat ngoral kontol lo, atau lo ngentotin anus
mereka?”
Gue menggeleng. “Gue ini gay bottom. Tugas gue
cuman menyediakan pantat gue buat dientot. Gimana, lo mau nggak?” Gue mendaratkan
tangan gue di pahanya sekali lagi. Kali ini Dhanny nggak berusaha
menyingkirkannya.
“Nggak bahaya nih?”
“Lo sebetulnya pengen dan penasaran juga, kan?
Udah, deh dijamin nikmat dan aman. Gue kasih garansi deh. Kalau lo nggak puas
lo gue bayar 1 juta.” Akal gue ada saja biar bisa ngedapetin Briptu Dhanny yang
straight ini.
Dhanny tampak berpikir sejenak, tapi kemudian
dia mengangguk pelan. Gue langsung memasang senyum kemenangan, dan lantas
mengambil posisi berlutut di antara kedua kaki Dhanny yang gue kangkangin
lebar-lebar.
“Dibuka dulu celananya bro!” Dengan cekatan
gue membuka kancing celana dan resletingnya, dan dengan mudah pula celana itu
gue plorotin. Gue bisa ngelihat kontolnya udah ngaceng di balik CD putihnya.
“Tuh, lihat kontol lo saja nggak seribet pikiran lo!”
Gue daratkan kecupan-kecupan di atas permukaan
CD-nya. Gue gigit-gigit cetakan kontol di CD-nya, sambil gue jilat-jilat dengan
ujung lidah gue. Tubuh Dhanny menegang. Kedua tangannya mencengkram sprai
kuat-kuat.
“Gue lepas ya celana dalam lo! Lo enakan
rebahan deh.”
Dhanny menurut saja, dan membaringkan tubuhnya
di atas tempat tidurnya. Dengan mudah gue melepas celana dalamnya. Kontolnya
yang udah ngaceng itu langsung terlontar tegak berdiri begitu terlepas dari
kungkungan celana dalam ketatnya.
“Wow! Kalau ngaceng panjang juga lo bro.”
Kontol Dhanny totally beautiful dengan panjang 19cm dengan diameter sekitar
4,3cm.
Gue ngerasa laper dan gue pengen banget
buru-buru masukin tuh kontol ke mulut gue. Dan akhirnya, haaaaappppp! Kepala
kontol Dhanny yang merah itu masuk ke dalam mulut gue. Gue hisap sekali dan gue
makin membenamkan kontolnya sampai ke setengah batangnya masuk ke mulut gue.
“Ahhhhhhhh...” Dhanny melenguh sekali.
Dan dimulailah aksi oral gue yang udah gue
latih dengan dua kontol sebelumnya. Kontol ketua kelas sewaktu SMA sama kontol
bokap gue. Gue hisap batangnya dengan bibir gue. Tak mau kalah lidah gue
beraksi di dalam mulut. Menjilati setiap saraf yang merekah sepanjang batang
kontolnya yang berwarna cokelat. Aroma kelaki-lakiannya menusuk-nusuk hidung
gue, makin membuat gue bernapsu. Tak terasa kontol gue udah bangun. Saking
tegangnya kontol gue sampai mampu melepas lilitan handuk di pinggang gue.
Handuk gue melorot, dan gue udah sepenuhnya telanjang.
“Ahhhh ahhhhh ahhhhh ahhhh.”
“Gimana bro enak nggak?” Tanya gue sambil
melepas hisapan gue dan gue gantikan dengan kocokan tangan gue dengan gerakan
dinamis. Cok, cok, cok, cok.
“Fuck! Yeahhhh yeahhhh. Gini rasanya dioral
itu. Nikmat banget. Ahhhh.” Dhanny membekap mukanya dengan kedua tangannya.
Gue kulum-kulum kepala kontolnya yang udah
mengkilat-kilat kemerahan itu, dan pekerjaan gue itu berhasil membuat cairan
percumnya merembes keluar. Sangat banyak dan dengan bringasnya gue menghisap
habis percum-percum itu.
“Ahhhhh Ahhhhh Ahhhhhh Yeahhhh Yeahhhh
Hememmmmm...” Dhanny makin tak berdaya di atas tempat tidurnya. Kini tangannya
mulai berani merajahi rambut gue, meremas-remasnya dan berusaha mengendalikan
gerakan kepala gue yang sibuk naik turun memasukkan kontolnya ke mulut gue.
Heeep Heeepp Baappp Bappp Bappp. Begitu bunyi
mulut gue yang menyepong kontol Dhanny yang so beuatiful itu.
“Gue mau keluar bro. I’m gonna cum!”
Gue langsung melepas hisapan gue. Wow, baru
berjalan lima menit Dhanny mau muncrat saja. Padahal pelajaran menjadi gay baru
berjalan di babak pertama.
“Tunggu bentar, bro! Baru babak pertama.
Sekarang masuk ke babak ke dua.”
Dhanny kelihatan binggung saat gue melepas
kancing kemeja lengan panjangnya. Dalam sekejap gue menyamakan kedudukan dengan
Dhanny. Kita berdua sama-sama telanjang sekarang.
“Boddy lo seksi banget, bro! Sekarang waktunya
gay foreplay. Get ready...”
Berlahan gue daratkan kecupan ringan tepat di
atas pusarnya. Mendapatkan sentuhan seperti itu pinggul Dhanny terangkat.
Kecupan itu kugantikan dengan gelitian permainan ujung lidah yang mulai
membasahi pusarnya yang menggoda itu. Berlahan gue mengeksplor bagian perutnya.
Gue hisap timbunan lemak yang merata sampai ke pangkal pahanya. Begitu menggoda
sekali aroma tubuhnya, gue seperti sedang menghirup heroin yang bisa
mendongkrak gairah seksual gue.
“Ahhhh... Ahhhh!” Dhanny mengelinjang dan
mendesah lirih.
Sudah saatnya gue mengeksplor area lain. Gue
naik ke bagian atas tubuhnya. Gue hujamkan kecupan-kecupan yang meninggalkan
jejak panas di kedua dadanya yang kenyal itu. Tak kalah juga lidah gue yang
terampil mulai menikmati lentiknya kedua puting dadanya. Gue cubit puting
kanannya sedangkan gue kenyot-kenyot puting kirinya seperti anak sapi yang
berusaha mengambil air susu dari induknya.
“Ohhh Ohhh Ohhhh Yeahhh.” Dhanny memandangi aksi
permainan lidah dan bibir gue di dadanya. Tangannya pun mulai spontan
mengrayangi punggung gue yang telanjang. Di remasnya bahu gue dengan berlahan,
seolah dia memerintahkan gue untuk segera memindahkan permainanku ke tempat
lain.
Gue kecup-kecup lehernya sekarang ini. Gue
rasakan kedua lengan Dhanny merengkuh bahu gue. Dia memeluk gue, soal berusaha
memenjarakan gue di tempat gue sekarang ini, di atas tubuhnya, dan tak ingin
gue pergi ke mana-mana. Semakin naik ke atas posisi gue, ke dua kontol kami
sekarang mulai beradu. Dua kontol yang sama-sama ngaceng. 19 cm vs 15 cm mulai
beradu seperti dua belah pedang dari dua kestria. Gerakan pinggul gue yang
mengendalikan kelincahan kontol gue dalam menyerang kontol Dhanny yang masih
tak bergerak, menimbulkan kenikmatan yang tiada tara gue rasakan. Cairan percum
gue menyembur beberapa kali, membasahi kontol Dhanny, bercampur dengan cairan
percum yang dikeluarkannya sendiri.
“Ahhhh, Ohhhh.” Gue melenguhkan suara tepat
bersamaan dengan lidah gue merajai jakun Dhanny yang bergerak naik turun
seiring tegukan ludah yang dilakukan pemiliknya.
“Lo keberatan kalau kita berciuman?” Tanya gue
dalam desah bisikan sambil memandang tepat di kedua matanya yang sayu karena
tak kuasa mengekspresikan kenikmatan yang dirasakannya.
“Anything for you...” Dhanny mendesah dan
dengan tiba-tibanya mengecup bibir gue dan mendorong gue terjatuh di atas
tubuhnya.
“Ahhhh!” Gue menggerang seperti kucing hutan
tersesat, saat lidah Dhanny dengan tanpa diduga berusaha menyusup masuk ke
dalam mulutku.
Bibir kami saling mengunci. Aroma mint pasta
gigi tercium dari mulut kami berdua. Lidah kami mulai beradu, hisapan bibir
saling bersahutan. Dhanny melingkarkan lengannya di leher gue, dan gue sendiri
mendekap kepalanya tepat di bagian kedua telinganya untuk menjaga agar bibir Dhanny
tetap beradu dengan bibir gue, karena semakin bergairahnya dia, Dhanny mulai
merajai leher gue dengan bibirnya. Kubiarkan dia memberiku service yang
seharusnya tak perlu dia lakukan itu.
“Ahhhh!” Gue mendesah saat gigitan kecil
mendarat di pembuluh darahku. Panas dan basah sekali rasanya.
Dhanny mengecup bibirku, leherku, bibirku,
leherku, begitu terus bergantian sampai gue merasa kalau permainan ini sudah
terlalu melangkah jauh. Gue nggak hanya sedang memberi, tapi juga menerima.
Dhanny memberikan segala yang gue
berikan padanya kembali kepada gue. Ciuman panas dan permainan merajai lidah
itu kami lakukan secara bergantian, dan selama itu kedua kontol kami saling
beradu. Dhanny menggerakan pinggulnya, menyenggol-yenggolkan kontolnya
kepadaku. Tubuh kami semakin berdekapan erat. Dua kehangatan tubuh menjadi
satu, membakar tempat tidur kami seperti pemanggang daging.
Ingin sekali gue memasukkan kontol Dhanny ke
mulut gue lagi, jadi gue sudahi ciuman kami berdua. Dhanny melenguh seperti
memprotes, tapi langsung membiarkan begitu tahu ke mana gue akan pergi. Gue
hisap lagi kontolnya dan Dhanny mulai ber Ahhh Ahhh Ohhh Ohhh kembali.
Tak terasa waktu melewati sepuluh menit dari
jam sarapan pagi yang sudah tertera di jadwal. Kami berdua terlalu melambung
tinggi ke angkasa, sehingga tak tahu apa yang sedang terjadi di atas bumi, di
dunia kenyataan yang seharusnya menyadarkan kami berdua. Kuhentikan permainan
lidah gue yang memainkan buah zakarnya yang menggantung di antara kedua
pahannya itu.
“Sarapan dulu, yuk?” Gue beranjak dari posisi
bersimpu di atas selangkangan Dhanny dan turun dari atas tempat tidurnya.
Kesadaran kembali menguasai diri gue membuat kontol gue kehilangan kekuatan
ketegangannya.
“Hah?” Napas Dhanny masih terengah-engah, dia
masih berada di ambang batas antara kenikmatan dan kenyataan.
“Sarapan. Bentar lagi seminar.”
“Tanggung...” Begitu kata Dhanny sambil
menggengam tangan gue, berusaha menarik gue untuk terjatuh di atas tubuhnya.
Gue tertawa renyah. Bangga karena Dhanny merasa
sangat menginginkan gue.
“Lima belas menit yang lalu lo nggak begini?”
Gue sengaja menggodanya.
Dhanny tersenyum, memamerkan giginya. “Lo
bener. It’s amazing. Wow, gue sampai hampir berhenti bernapas. Lo hebat banget.
I felt weak in your heand. Seolah-olah lo udah memiliki gue dan kenal betul
sama tubuh gue. I’m yours, Hendra...”
Gue bener-bener tersanjung sampai gue pengen
nangis rasanya. Tapi gay macho kayak gue nggak mungkin mellow di depan Dhanny
yang sedang berbunga-bunga sama gue.
“Nggak bisa. Back to reality for a while.
Nanti kita lanjutkan. Masih ada banyak waktu untuk melanjutkan petulangan
kita.”
Dhanny mendesah kecewa. Gue langsung
melemparkan kemeja, celana dalam, serta celana khakinya ke atas tubuh Dhanny.
“Pakai baju lo, gih.”
Dhanny lantas bangkit berdiri dan memakai
pakaiannya, begitupun juga gue. Saat kami berdua sudah rapi dan berpakaian
lengkap, gue segera beranjak menuju pintu, tapi sebelum sempat gue memegang
engselnya, Dhanny menarik bahu gue, memutar tubuhku 360 derajat dan mendaratkan
bibirnya ke bibir gue. Kami berciuman hampir lupa waktu, tapi Dhanny segera
mengakhirinya.
“It’s feel strange, but I like it. Am I gay
already now?”
“Maybe. But not yet until you’ll got me under
your skin.”
Dhanny tersenyum dan membukakan pintu untuk
gue selayaknya gentelmen.
Beginilah orang kalau dimabuk cinta. Beginilah
kalau gay sedang dimabuk cinta. Dhanny dan gue bener-bener lengket kayak
perangko. Kita sarapan semeja berdua, kami ngobrol tentang banyak hal, tentang
kehidupan masing-masing, tentang hobi, rencana hidup kedepan, dan selebihnya
menceritakan tentang perjalanan gay world gue.
Gue sendiri ngerasa aneh. Entah kenapa gue
melibatkan perasaan gue dalam hal ini. Biasanya gue cuman dibakar oleh hawa
napsu, tapi kenapa saat bersama Dhanny gue jadi ingin memilikinya. I mean, gue
pengen dia jadi boyfriend gue. Ini bertolak belakang dengan prinsip hidup gue
demi project Straight to Gay. Melibatkan emosi it’s a BIG NO NO! Gue cuman mau
merasakan kontol-kontol straight di dalam mulut dan lubang anus gue, dan
setelah itu sayo nara! Gue cari kontol straight yang lain. Begitu yang terjadi
selama ini, meskipun at least baru dua korban gue. But with him... gue
memandang Dhanny yang sibuk memperhatikan seorang pengisi acara seminar dengan
memprosentasikan isi materi yang sedang di bahas dengan layar lcd.
Ini pasti gara-gara Dhanny tiba-tiba membalas
semua yang gue berikan ke dia. Well, korban straight gue nggak ada yang berbuat
begitu. They just pasif, menerima semua service gue sambil ber ahhhh ahhhh ahhh
ohhhh yeah yeah-ria. But, him... dia membalas ciuman gue, dia mengeksplor leher
gue. Apa Dhanny bakal bersedia mengoral gue juga? Apakah gue harus membiarkan
itu semua terjadi? Well, gue harus fokus. Ini demi project gue. Nggak boleh ada
ikatan emosional. It’s just free sex, do it once, and leave. Gue mengangguk
untuk membenarkan kata hati gue.
Tak terasa acara seminar yang begitu
membosankan itu berakhir pukul lima sore. Sepanjang hari sampai besok peserta
kembali free. Well, bakal ada part 2 sebentar lagi. Dhanny sangat bersemangat
untuk segera kembali ke kamar. Gue pun juga begitu semangatnya, tapi setiap gue
mengingat pikiran-pikiran gue tentang kejanggalan yang terjadi di antara kami
berdua, senyum-senyum itu memudar dari bibir gue. Gue khawatir.
Kita berdua sampai di kamar, gue buru-buru
masuk ke kamar mandi sebelum Dhanny menerkam seperti binatang buas. Di dalam
kamar mandi gue menggosok gigi, mencuci muka, dan keluar dengan kondisi segar.
Seluruh tubuh gue pegal, tapi gue ingin menyenangkan Dhanny.
Gue lihat Dhanny sedang melepas spatunya, kaus
kakinya, lalu ikat pinggangnya, celana, celana dalamnya, kemejanya, semua dalam
gerakan cepat dan tidak sabaran. Gue tertawa begitu melihat kontol Dhanny sudah
berdiri tegak.
“Someone get’s hurry here.” Goda gue sambil
melepas sepatu dan kaus kaki gue berlahan-lahan.
Dhanny terlihat tak sabar, dia bangkit dari
duduknya di atas tempat tidurnya untuk menerkam gue, tapi gue yang sekali lagi
bukan gay ngondek, berhasil mendorong dan merobohkan Dhanny ke atas tempat
tidur gue.
“Sabar.” Kata gue memperingatkan.
Dhanny mengangkat tangannya seperti penjahat
yang ditodong senjata api oleh Polisi, dan menyandarkan punggungnya ke dinding.
Setelah gue telanjang, gue mendekat ke arahnya, gue naik ke atas tempat tidur
gue, dan mendudukkan seluruh tubuh gue di atas pangkuan Dhanny. Gue ngangkang
tepat di depan perut Dhanny yang seksi itu. Perut gue sendiri lebih seksi. Gue
lebih terbentuk berkat latihan di gym. Gue punya six pack, tapi gue lebih
memuja bentuk tubuh Dhanny. Tubuh Dhanny itu mengingatkan gue dengan seorang
aktor iklan U MILD yang sedang mandi sambil berjoged-joged gila.
Dhanny langsung mendorong kepala gue untuk
mendekati bibirnya dan kami berciuman kembali. Kali ini tanpa bara panas yang
membakar, malah kali ini sedingin dan selembut salju. Ciuman tak menuntut, tapi
itu berhasil membuat gue bergetar. Gue nggak bisa membedakan mana yang
kenikmatan dan mana yang ketakutan. Gue cuman cemas kalau Dhanny bener-bener berubah
menjadi gay karena gue. Gue bisa mengatasi semua ini. Ini cuman situasi dan
cerita baru dalam perjalanan petulangan gue, pasti ada jalan keluar.
Dhanny mendekap punggung gue dan dalam sekejap
tubuh gue terbaring di atas tempat tidur. Dhanny di atas tubuh gue, kami masih
berciuman, terlalu lembut, tanpa bara, hanya dengan gigitan-gigitan nakal, dan
lenguhan tawa yang menghiasi wajah kami berdua. Dhanny sangat menikmatinya.
Kembali dia merajai leher gue. Dhanny juga meremas-remas dada gue yang minus lemak,
memainkan puting gue dengan jarinya, membuat gue mengerang tertahan. Napas gue
memburu begitu Dhanny mendaratkan jilatan-jilatan di puting kanan gue,
membuatnya semakin mengeras.
Kecupan dan jilatan lidah itu turun ke bawah.
Merajai perut gue. Gue khawatir kalau sebentar lagi bibir sensualnya itu
mendarat di kontol gue. Gue belum pernah mendapatkan oral seks. Akankah Dhanny
memberikannya padaku?
Sluuuuuuuuurpppppp! Dhanny mengulup kepala
kontol gue. “Ahhhhh!” Gue mengerang. “Are you sure, bro? It’s the way to far
for you. You shouldn’t do this thing to me. It’s just about you.”
“Menurut gue nggak adil kalau lo nggak
merasakan yang sama. Nikmati saja, gue suka. Ternyata kontol itu begini
rasanya...”
Gue terdiam. Sudah sejauh ini. Tidak ada jalan
kembali atau itu akan mengecewakan Dhanny. Gue nggak mau sampai itu terjadi.
“Ahhhh Ahhhh Ahhhh Hisap, Dhanny. Aaaahhh,
yaaa begitu. Jilat!” Pinggul gue mulai meronta-ronta. Panas sekali rasanya
tubuh ini.
Jleeeepppp Jlllleeeepppp Jleeeeppp, begitu
bunyi kontol gue yang keluar masuk di mulut Dhanny. Buah zakar gue juga tak
kalah dipuaskannya. Dikenyot-kenyotnya buah zakar gue itu seperti dua buah apel
karamel yang manis.
“AHHHHHHHHH!” Gue mengerang tak tertahan saat
lidahnya menyapu mulut anus gue. Kenapa dia tahu bagaimana melakukannya? Gue
nggak mengkomandokan apapun kepada Dhanny? Pikiran gue begitu kacau karena
lidah Dhanny begitu terampil membasahi lubang anus gue.
“Ahhh, Ehmmmm, enak, enak, lidah lo, ahhhh.
Dari mana lo tahu...”
“Shuuuutt, jeeelleeeet, slurrrrppp, Gue tadi
sempet browsing video gay pas istirahat makan siang. Sebelum dimasukin kontol
harus dilumasin dulu, kan?” Begitu kata Dhanny sambil terus membasahi lubang
anus gue.
“Now you ready?” Tanyanya.
“I tought you never ask!” Godaku.
Dhanny melompat ke atas tubuh gue untuk
mengecup bibir gue, membekap bibir gue dengan hisapan bibirnya, saat kepala
kontolnya menekan lubang anusku.
“Heeeemmmmmmmpppp...” Gue menggerang tertahan.
Dua kali lubang anus gue dirojok oleh kontol, tapi masih tetap saja menimbulkan
rasa sakit di awalnya.
“Are you oke? Is it hurt?”
Gue menggeleng untuk menyenangkannya. Rasa
sakit apapun akan gue tahan demi lo Dhanny. Sebagian kontolnya sudah masuk.
Dhanny pelan-pelan mendorong pinggulnya. Pinggulku ditahannya dengan satu
tangannya yang kokoh itu agar tetap mengadah menyambut penetrasi yang dia
lakukan.
“Ahhhh, pantat lo sempit, Hen.”
BLESSSSS! Kontol Dhanny masuk sampai ke
pangkal-pangkalnya. Gue menjerit tertahan, tapi wajah gue menampakkan kepuasan.
Dhanny tampak diam sejenak, dia sedang menilai ekspresi gue. Tapi begitu dia
yakin gue baik-baik saja, Dhanny mulai menggerakan pinggulnya. Kontolnya itu
dengan pelan-pelan mulai menyodok-nyodok saluran pembuangan gue.
“Aghhhhh Aghhhh, sempit. Enak, banget!” Lenguh
Dhanny yang sangat menikmati moment pertamanya merasakan pantat gue.
Gerakan-gerakan pinggul serta sodokannya
semakin cepat karena Dhanny ingin merasakan kenikmatan pijatan dinding saluran
pembuangan gue yang semakin berlipat ganda. Gue menggigit bibir untuk menahan
rasa sakitnya, tapi gue juga berusaha untuk mencari kesenangan dan
kenikmatannya. Lubang anus gue mulai berkedut-kedut, ohhhh ini dia rasa nikmat
yang kutunggu-tunggu.
“Ahhh Ahhhh Ahhh Ahhhh.”
“Fuck me! Ohhh, Heeem, yeah, yeah.”
“Ahhh Ahhh Ohhhhh yeahhh...”
“Kontol lo keras banget, Dhan!”
“Pantat lo sempit banget, Hen!”
“Gue suka kontol lo. Kontol lo jadi milik
gue!”
“Gue suka pantat lo. Ahhh, gue rojokin lo
sampai mampus.”
Dirty talk itu terus berlanjut menghiasi
suasana sore hari di kamar kami. Kami yakin tak akan ada orang di luar yang
mendengar, karena kamar-kamar di asrama ini 100% kedap suara. Kami saling
tertawa apabila salah satu diantara kami ada yang melontarkan kata-kata lucu
saat melakukan Dirty talk. Well, kami seperti sepasang kekasih betulan.
Sambil menggerakan pinggul dan sodokan kontolnya
semakin menghujam anus gue, Dhanny kembali mencium bibirku. Kami berciuman,
memagutkan bibir dan lidah. Kami berganti gaya dogystyle sepuluh menit
kemudian, dan Dhanny semakin leluasa melakukan penetrasi secara maksimal.
“Ahhh, Ahhh, Ahhh!” Gue mengerang begitu
Dhanny meremas-remas buah pantat gue.
“Pantat lo seksi banget.” Dhanny merebahkan
tubuhnya di atas punggung gue, menghujamkan kecupan-kecupan panas di bahu
belakang gue dengan membai buta. Dhanny mengigit bahu kanan gue, mengirimkan
gelitakan panas yang melemparkan gue ke langit ke tujuh.
Lelah dengan gaya dogystyle Dhanny merubah
posisi kembali. Menyedok dari belakang. Dengan begitu Dhanny bisa mencium dada
gue, memanjakan puting kanan gue dari belakang, menjelajahi belakang leher gue,
dan sesekali memutar kepala gue untuk mencium bibir gue. Kaki gue dikangkangkan
ke udara, tangannya menahan kaki gue agar pinggulnya lebih leluasa menyodok gue
menyamping dari belakang.
“Dhan, lo kok belum keluar-keluar?!”
“Sebentar lagi... Ahhhh Ahhhh, Ahhhhh, aku
harus keluarin di mana?”
“Di dalam saja. Banjiri usus gue dengan
spermamu!”
“Oke, Ahhh Ahhh Ahhh, Yeahhh, sebentar lagi.”
Dhanny menggerakkan pinggulnya semakin
kencang. Kali ini dia turunkannya kaki gue agar kedua paha gue menyatu dan
semakin menjepit kontolnya di dalam lubang anus gue.
“Ohhhh YEAHHHH! YEAHHHHH! SEMAKIN SEMPIT! GUE
MAU KELUAR!”
“AHHHHHHH AHHHHHHH AHHHHHHHHHH AHHHHHHHH
AHHHHHHHH!”
Gue bisa merasakan semburan cairan hangat
membasahi lubang pembuangan gue. Kontol Dhanny menegang di dalamnya. Gue bisa
merasakan desahan napasnya yang timbul tenggelam di punggung gue. Napasnya
begitu menggelitik tengkuk gue.
Dhanny mencabut kontolnya dari lubang anus
gue. Gue merebahkannya, gue raih kontolnya yang masih menegang itu dan
mengocoknya. Sisa spermanya menyembur keluar dari lubang kencingnya, membuat
Dhanny mendongah ke atas saking tak kuasanya dia menahan kenikmatannya. Segera
kuhisap dan kujilat sperma-sperma yang menempel di kepala penisnya. Kubersihkan
sampai mengkilat. Aromanya begitu memabukkan.
“Heeeeemmmm.” Dhanny menahan kepalaku dengan
kedua tangannya. Rasanya puas sekali apabila bisa memuaskan pasangan seksmu.
Dhanny cowok straight, polisi straight, dan dia terpuaskan dengan service yang
gue berikan.
Kami berbaring terlentang saling bersisian.
Kontolnya kembali tertidur setelah bekerja begitu aktif untuk memuaskan
tuannya. Dhanny melirik ke arah gue yang juga sedang memandanginya dari tadi.
“Sekarang giliran lo, Hen...” Dhanny kemudian
menggengam kontol gue dan mulai mengocok-ngocoknya pelan.
“Ahhh, ahhh, ahhh, kocokan lo enak banget.
Heeeemmm...”
Dhanny tersenyum. Dia mengonanikan kontol gue,
menggantikan peran tangan gue, membantu gue untuk segera orgasme. Dikulumnya
puting kanan gue masih sambil dengan tangannya mengocok kontol gue dengan
gerakan yang diperhalus, dipercepat, diperhalus, dipercepat.
“Ahhhh!” Service tangannya begitu tak
terluksikan.
“Gue mau keluar, Dhan!”
“Oke!” Dhanny membekap mulut gue dengan
kecupan bibirnya sementara tangannya terus bergerak-gerak.
“AGHHHHHH AHHHHHHH AAHHHHHHHHH
HOOOOOHHHHHHHHHHH!” Gue ejakulasi dengan begitu sempurna. Sperma gue muncrat
sampai beberapa kali dan membasahi perut dan dada gue. Dhanny tampak terpukau
saat melihatnya.
Setelah memastikan napasku mulai tenang,
Dhanny mengecup bibir gue, mengajak gue untuk berciuman sampai kami berdua
kelelahan.
“Boleh gue minta nomor telepon lo?” Pinta
Dhanny.
“Buat apa?”
“Gue jatuh cinta sama lo. Gue mau lo jadi
pacar gue.”
Gue menahan napas.
“Gue nggak mau ini cuman berakhir di sini
saja. Gue menginginkan lebih. Gue menginginkan lo. Lo harus mau jadi milik
gue.”
“Tapi ini bertolak belakang dengan yang tadi,
Dhan. Lo itu straight!”
“Sekarang nggak.”
Inilah yang gue takutkan. Terbukti nyata di
depan mata gue. Gue nggak tahu harus menjawab apa, tapi gue yang jelas nggak
mau mengecewakan Dhanny. Dhanny emang sempurna kalau jadi pasangan gay gue.
Kita beruda bisa saling memberi dan menerima. We match each other. Tapi gue ada
rasa bersalah karena sudah menjerumuskan dia terlalu dalam dan merubahnya.
“What say you?”
“Shut up and kiss me.” Begitu jawab gue, dan
Dhanny menyetujuinya.
What happened tomorrow, we had today... gue
pikir, gue nggak perlu repot-repot mikir. Masih ada banyak jalan menuju roma.
Dhanny boleh juga disimpan, tapi program Straight to Gay Project gue masih
harus tetep jalan.
“Kita cuman perlu istirahat sebentar, lalu
kita bisa melanjutkan ronde berikutnya...”
“Wuwwwwww. Ketagihan, nih ceritanya? Take a
breath, bro.”
“Second ronde, will be nice, slowly, and
breathaking.”
“Can’t wait...”
Dan kami berciuman lagi.
The end
Nah, gimana cerita gue? Keren? Bagus?
Hehehhee, imajinasi gue terlalu liar, nih. Mungkin karena hasrat ingin
merasakan – at least merasakan kontol di dalam mulut gue – belum juga tercapai.
Duhhh, gue jablai berat. Semoga cerita ini dapat menghibur kalian semua dan
menjadi teman onani yang membuat kalian ketagihan.
“DREE”
bagus. lanjutkan
BalasHapuscerita yg ama bokapnya dong
Haa, asli... Keren bro....
BalasHapusKpn" bgi tips ny bro... Coz ad tmn satu kelas dri smp smpe sma kls3 skrng yg gw tksir... Tpi gw gk brni, coz dia straight n skr pny pcr... Hahaaaa
Ceritanya mantab, sambungan nya donk.
BalasHapusinvite ya 2833aea2
Terima kasih atas pujiannya!
BalasHapuskya nya klodi kampus yang kuliah jurusan komputer banyak yang tipe B yah
HapusYG KU CARI HANYALAH KEPUASAN NO BASA BASI Tante hanya bUtuh KEPUASAN sex,,,
BalasHapusjika ADa di aNTARA kalian Yg bisa MEMUASKAN AQ ,,
maka Ku kan KE tmpat Kalian ,, tapi COBA KIRIMKAN
DULU GAMBAR KONTOL kalian di sIMpati Q 0821 8840 5555
jiKa seSUai keingiNAN q ,, mka Qta Lgsung jumPa darat abang,,
Q tunggu SMuaaa bagi Yg bisa memuaskan AJha,,,,
serius ni Tant ?
Hapuskeren banget ceritanya
BalasHapussalah satu favourite g
btw add pin g ya 2A04AE8F
keren ceritanya,
BalasHapuspengen gw coba caranya tp sayang g ada kenalan polisi :(
BF gue juga cowok straight tapi gue ngedapetinnya butuh waktu lama.
BalasHapusTwo tombs up..
BalasHapusasyik critanya bro..jadi pengen
BalasHapusrame bener ceritanya langsung aja deh ini nomer ku
BalasHapus081347120007 skedar cari temen asiiik aja
ngantuk .baca nya ,,bobo dulu ah
BalasHapusKeren asli gua sampe berkhayal menjadi pemeran nya. Oya gua belum berani ngasih pin or no hp. Add aja facebook gua, search "angga toemiwa"
BalasHapusKENALKAN NAMAKU : WANG YIHAN.
BalasHapusAKU LAHIR TGL : 4 APRIL 1984
ZODIAK : ARIES.
KERJA : KIMA BAJO HOTEL SBG FRONT OFFICE STAFF.
TINGGAL DI : MANADO.
NO HP : 085240333438
HOBBY : RENANG,TRAVELING, MEDITATION,TAI CHI.
MY COLOR : RED, LIGTH GREEN,YELLOW,BROWN,AND PINK.
DISLIKE : DARK COLOR, PACAR YG MANJA,SOMBONG
ORANG KERAS KEPALA, EMOSI TINGGI
TIDAK MANDIRI,EGOIS ,MALAS,
DAN PELIT.
AKU COWOK DARI MANADO YANG KERJA DI KIMA BAJO HOTEL.
AKU MAU CARI PACAR COWOK POLISI YG MASIH FREE ATAU COWOK ORANG BANDUNG ATAU JOGJA.
KLU DAPAT COWOK CHINA JUGA LEBIH OK..
YANG PENTING SUDAH MAPAN,PUNYA PEKERJAAN TETAP,PIKIRAN LEBIH BIJAK,SERIUS DAN BISA MENYAYANGIKU DAN MEMBUATKU ENJOY BERSAMANYA..
AGAR SEIMBANG LEBIH SUKA COWOK YANG TINGGI BADANNYA DI ATAS 169 CM.
KALAU SERIUS BERMINAT YA TELPON AKU YA DAN LANGSUNG MEMPERKENALKAN DIRI SECARA GENTLE DAN TO THE POINT..
CATATAN :
COWOK SEGANTENG APAPUN KLU ORANGNYA BELUM MAPAN,SUKA EMOSI TINGGI,TIDAK DEWASA DAN KURANG BIJAK, YA AKU KAPOK UNTUK MENERIMANYA ATAU MENGATAKAN IYA..
GIMANA???
ARE YOU READY???
ARE YOU SURE????
AKU TAK PUNYA KELEBIHAN APA APA DAN KEKUATAN UNTUK MELAWAN MEREKA YANG MENIPUKU,MEREMEHKANKU DAN MEMPERMAINKANKU.
BalasHapusTUBUHKU LEMAH DAN TIDAK PUNYA BANYAK UANG...
TAK ADA YANG MENOLONG..
SELAIN AKU HARUS BERSUMPAH DENGAN DUPA DI HADAPAN TUHAN ,LANGIT DAN BUMI UNTUK MINTA BENCANA ATAS KETIDAK ADILAN DAN MENGUTUK SEMOGA TANAH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MENGALAMI BENCANA,MALAPETAKA DAN SIAL SEUMUR HIDUP MEREKA..
AMIEN...
AKU TELAH DIPERMAINKAN...
DALAM HAL INI AKU TIDAK PANDANG LAGI ALKITAB ATAU AGAMA..
TUHAN BOLEH MEMAAFKAN TAPI ROHKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN DAN AKAN MENUNTUT SAMPAI KE PINTU NERAKA..
MENGENAI DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO YANG TELAH MENIPUKU DENGAN MENYURUHKU TANDA TANGAN SERAH TERIMA KUNCI RUMAH LALU MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU ASAL JADI SAMPAI KAMAR MANDI DAN KAMAR TIDUR BOCOR KLU SAAT HUJAN.
KOSENG JENDELA TERBELAH 2 DAN DINDING LEMBAB SERTA BANGUNAN RETAK RETAK, ANTARA KOSENG JENDELA DAN DINDING TIDAK DI PLESTER SEHINGGA KELUAR MASUK SEMUT MERAH, SEDINDING DI CAT BA ROTO ROTO OLEH DEVELOPER GPI MANADO dan lantai kamar mandi tidak di plester dengan baik.
MENGADUH KE BANK MANDIRI JUGA TETAP SALAH...
SALAH JADI BENAR DAN BENAR JADI SALAH..
(7 foto)
Foto
Foto
Foto
AKU TAK PUNYA KELEBIHAN APA APA DAN KEKUATAN UNTUK MELAWAN MEREKA YANG MENIPUKU,MEREMEHKANKU DAN MEMPERMAINKANKU.
BalasHapusTUBUHKU LEMAH DAN TIDAK PUNYA BANYAK UANG...
TAK ADA YANG MENOLONG..
SELAIN AKU HARUS BERSUMPAH DENGAN DUPA DI HADAPAN TUHAN ,LANGIT DAN BUMI UNTUK MINTA BENCANA ATAS KETIDAK ADILAN DAN MENGUTUK SEMOGA TANAH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MENGALAMI BENCANA,MALAPETAKA DAN SIAL SEUMUR HIDUP MEREKA..
AMIEN...
AKU TELAH DIPERMAINKAN...
DALAM HAL INI AKU TIDAK PANDANG LAGI ALKITAB ATAU AGAMA..
TUHAN BOLEH MEMAAFKAN TAPI ROHKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN DAN AKAN MENUNTUT SAMPAI KE PINTU NERAKA..
MENGENAI DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO BESERTA ARSITEK DIAN DAN MANDOR BRAM YANG TELAH MENIPUKU DENGAN MENYURUHKU TANDA TANGAN SERAH TERIMA KUNCI RUMAH LALU MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU ASAL JADI SAMPAI KAMAR MANDI DAN KAMAR TIDUR BOCOR KLU SAAT HUJAN.
KOSENG JENDELA TERBELAH 2 DAN DINDING LEMBAB SERTA BANGUNAN DINDING RETAK RETAK, TIDAK DI ACI DENGAN BAIK, ANTARA KOSENG JENDELA DAN DINDING TIDAK DI PLESTER SEHINGGA KELUAR MASUK SEMUT MERAH, SEDINDING DI CAT BA ROTO ROTO OLEH DEVELOPER GRYAH PANIKI INDAH MANADO YANG BERALAMAT JALAN ARAH BANDARA SAM RATULANGI,KECAMATAN MAPANGET LINGK X KELURAHAN PANIKI DEPAN TUGU ADIPURA dan lantai kamar mandi tidak di plester dengan baik.
MENGADUH KE BANK MANDIRI JUGA TETAP SALAH...
SALAH JADI BENAR DAN BENAR JADI SALAH..
GAMBAR BUKTI FOTO YANG MEREKA BANGUN GEDUNG RUMAHKU, BOLEH KALIAN LIHAT DI YOUTUBE,GOOGLE,FB UN WALL DAN FACE BOOK MILIK WANG YIHAN.
(7 foto)
Foto
Foto
Foto
aku ingin sih punya pacar polisi atau teman kerja Polisi...
BalasHapusCuma aku tinggal di manado...
Ah kayaknya Aku berpasangan Rambo dan Jin Kazama aja atau Cerita American Ninja 1 - American Ninja 4 aja..
ini no hp ku 085340310777...,klu ada polisi yang usia muda yang mau jadi temanku, langsung aja berkenalan dengan aku ya.....
Yang penting orangnya baik,ramah,murah senyum dan komunikasi lancar denganku juga bisa jadi teman jalan jalan..
Please CALL ME.....
Tapi tak apa suasananya cukup memikat...
Cerita dan imajinasi penulisnya bagus bngt kusuka cerita dan alutnya. .
BalasHapusCerita dan imajinasi penulisnya bagus bngt kusuka cerita dan alutnya. .
BalasHapusCerita dan imajinasi penulisnya bagus bngt kusuka cerita dan alutnya. .
BalasHapusGw Chinese chubby Jakbar Grogol cr TTM yang kost or ada tempat khusus pure top or bisex wa 0811-915-6886
BalasHapus