Dikirim pada dimas_arbayu@yahoo.com oleh "Dree" , dengan sedikit pengeditan oleh pemposting.
Terimakasih atas kiriman ceritanya.
Terimakasih atas kiriman ceritanya.
Perkenalkan, nama gue Reyhan.
Umur gue baru 21 tahun, dan sekarang masih kuliah di salah satu universitas
swasta di kota S. Secara spesifik gue bisa digolongkan sebagai cowok yang punya
tampang lumayan. Kulit gue putih dan gue tinggi karena gue pemain basket di
kampus. Kalau dimiripin sama artis, sih postur tubuhku kayak Steven
Yoswara. Gue
gay, dan gue merasakan perbedaan ini sejak masih duduk di bangku SD.
Kenapa gue bisa jadi gay? Well, jawabannya, sih sepele. Gue
ngerasa kurang kasih sayang dari bokap karena dari gue masih kelas 1 SD, orang
tua gue bercerai. Kenapa mereka bisa cerai? Setahu gue, sih karena masalah
prinsip dan ketidak cocokan. Orang tua gue menikah di usia muda, kira-kira
setelah lulus SMA waktu itu, karena Nyokap lagi hamil gue. Well, gue ini anak
diluar nikah. Gue hasil dari hubungan one night stand, kalau istilah jaman
sekarangnya.
Bokap gue waktu itu langsung
bertanggung jawab. Bisa dibilang sekarang umur gue sama bokap nggak tergolong
jauh. Bahkan kalau kita lagi bareng-bareng, sering kali bokap dikira Om gue.
Bokap sekarang umurnya baru 39 tahun. Masih muda banget, nggak kelihatan kalau udah punya
anak gede
kayak gue. Kalau disamain sama artis, sih... Bokap gue mirip Joe Taslim.
Ingat, ‘Cuma mirip!!!’
Sejak bercerai hak asuh jatuh
ke tangan nyokap dan gue diboyong ke kota B dan menetap di sana selama hampir
11 tahun. Dan pas gue masuk kuliah, gue minta Nyokap gue buat tinggal bareng
Bokap di kota S. Nyokap sendiri udah nikah dan punya anak cewek yang sekarang
udah SMP, adik tiri gue.
Bokap sendiri sampai sekarang
belum menikah, tapi gue tahu kalau Bokap punya atau setidaknya pernah menjalin
hubungan dengan beberapa perempuan. Mungkin Bokap trauma menjalani kehidupan
pernikahan. Makannya sekarang Bokap lebih milih have fun tanpa ada ikatan
apa-apa.
Dari SD gue udah ngerasa
aneh. Gue sering kangen sama Bokap. Kangen dipeluk, kangen disayang, diciumin,
pokoknya gue jablai banget. Pas masuk SMP perasaan ini makin nggak wajar. Gue
mulai suka ngelihatin Om-Om. Terutama sih Bokap temen-temen gue. Di dalam hati
gue berharap kalau gue bisa disayang dan dimanjain sama Om-Om itu. Saking
parahnya itu hasrat, gue pernah mimpi ML sama Bokap. Asli, gue waktu itu
ngerasa aneh banget. Ibaratnya nih, gue belum pernah lihat Bokap telanjang,
tapi kenapa imajinasi gue seliar itu, ya. Gue makin ngerasa aneh saja, karena
makin lama, setiap kali gue lihat Om-Om ganteng, atau cowok-cowok macho, kontol
gue langsung berdiri.
Gue jarang banget dapet
reaksi seksual pas ngelihat cewek. Tapi, keanehan diri gue ini, gue simpen
rapet-rapet, dan gue coba buat pacaran sama cewek, yang waktu itu adalah
sahabat gue sendiri. Well, hal itu sih bikin gue juga mulai ngerasa ada napsu
sama cewek, tapi di lain waktu, sifat-sifat gay gue masih sering muncul.
Sayangnya hubungan gue nggak bertahan karena dia pindah ke luar kota ikut orang
tuanya, dan kita sepakat buat putus. Dan lagi-lagi gue nggak berhasrat cari
cewek baru.
Buat melampiaskan itu, gue
sih biasanya cuman koleksi foto-foto Om-om yang lagi telanjang, kalau nggak foto-foto
artis cowok yang lagi topless, sama nyimpen video bokep gay. Selama ini gue
puas cuman onani, sambil menikmati koleksi gue. Ada, sih hasrat buat having
seks sama cowok, tapi gue ngerasa hal itu bahaya banget.
****
Dan kisah mendebarkan ini
terjadi enam bulan yang lalu. Gue pengen share saja, karena gue juga suka
ngebaca cerita-cerita pengelaman seru tentang seorang gay, diblog-blog yang gue
temuin pas searching di internet.
Waktu itu sore hari dan kota
S sedang gerimis rintik-rintik. Gue pulang ke rumah Bokap menumpang teman
dengan mobilnya. Sesampainya di rumah, gue menemukan rumah Bokap dalam keadaan
sepi. Ternyata Bokap belum pulang dari kantor. Bokap sendiri punya usaha
penjualan barang-barang bangunan. Kelasnya nggak cuman toko kelontong, tapi
sering melayani pemborongan besar untuk pembangunan gedung-gedung dan fasilitas
kota. Sore itu gue putuskan untuk mandi, makan malam sendiri, dan tiduran
sambil mempersiapkan bahan-bahan buat makalah minggu depan di laptop. Nggak
terasa udah gelap langit kota S. Hujan juga nggak kasih tanda-tanda bakal reda,
malah makin deres.
Gue melongok jam. Udah jam
sebelas malam. Kok, Bokap nggak pulang juga, ya. Sambil nonton teve di ruang
tengah, inisiatif gue telepon ke BB Bokap. Pas diterima, Bokap bilang nggak bisa
pulang karena lagi ada meeting bisnis dengan orang dari Singapura. Katanya, sih
minta di antar ke club. Malam itu gue akhirnya ketiduran di sofa ruang tengah.
Tepat pukul dua malam pintu
rumah diketuk. Gue lantas tersadar dan buru-buru menghampiri. Diluar masih
hujan, dan jalanan di depan rumah juga mulai tergenang oleh air. Beruntung
rumah gue tinggi pondasinya, jadi aman-aman saja kalau banjir. Pas gue buka
pintu, gue ngelihat ada seorang cewek berpakain seksi, di belakangnya ada taxi
menunggu di seberang jalan.
“Betul ini rumahnya, Pak
Helmi?” Tanya cewek itu.
Gue ngangguk saja.
“Kamu anaknya, Pak Helmi?”
Gue ngangguk lagi.
“Papanya ada di taxi, Mas.
Lagi mabuk. Saya yang antar pulang. Bisa tolong dibantu bawa masuk Pak
Helminya. Mabuk berat, nih Mas.”
Gue pun tanpa ambil payung
langsung menghambur menerobos hujan. Pas gue lihat, betul. Bokap tergolek di
jok belakang. Gue minta Pak Sopir taxinya buat nolong, tapi nolak karena nggak
mau ikut-ikutan basah, jadi gue akhirnya yang turun tangan. Gue bopong bokap
yang udah nggak sadar keluar dari taxi. Praktis badannya juga basah kuyup. Gue
heran, kenapa hujan sederas ini nggak menyadarkan Bokap sedikitpun. Bokap udah
100% loyo dan nggak sadar.
“Mas, saya balik dulu.” Kata
cewek itu buru-buru masuk taxi.
“Lho, Mbak siapa? Mobil Papa
saya di mana? Kok, pulang naik taxi?”
“Saya yang nemenin tadi di
club. Mobilnya masih ada di sana. Aman, kok. Besok bisa diambil. Tadi udah ada
pembicaraan dengan pihak club. Permisi.”
Perempuan itu langsung
menutup pintu taxinya dan pergi meninggalkan gue dan Bokap di tengah jalan.
Basah kuyup dan kedinginan. Susah payah gue bawa masuk Bokap ke dalam rumah.
Butuh usaha ekstra karena Bokap badannya lumayan berat.
Sampai di dalam rumah, gue
langsung bawa Bokap ke kamarnya. Gue langsung tidurin Bokap di ranjangnya
sambil memanggil-manggil.
“Pa...Papa...Pa... Bangun,
Pa!”
Tapi nggak ada jawaban. Bokap
cuman mengerang. Kayak orang tidur. Gue tahu kalau Bokap baik-baik saja, toh
besok pasti udah baikan. Biasalah orang mabuk. Waktu itu gue langsung keluar
kamar dan ganti baju gue yang basah, setelah itu gue balik. Gue juga harus
gantiin baju Bokap yang udah basah kuyup itu.
Dengan telaten gue melepas
sepatu dan kaus kakinya yang udah basah. Berlahan juga gue ngelepas dasinya,
terus Jas hitamnya. Badannya digerakin begini Bokap juga nggak kebangun. Emang
udah kelewat parah, nih mabuknya. Begitu batinku. Di kantung Jasnya gue nemu
dompet sama Hp yang untung masih selamat dari guyuran hujan. Terus gue ngelepas
kemeja putih Bokap dengan usaha keras. Susah minta ampun, kalau orangnya
ngegelepar kayak mayat. Waktu itu gue langsung tersentak begitu ngelihat body
Bokap yang masih sangat keren dan berisi di usianya yang hampir kepala empat
ini.
Spontan kontol gue
berkedut-kedut. Gue bisa lihat dadanya yang bidang itu dengan puting yang coklat. Terus ada segaris bulu yang
turun ke perutnya yang masih agak kotak-kotak, terus menghilang di balik celana.
Ya, ampun! Nikmat banget rasanya bisa ngelihatin badan Bokap. Badan gue sendiri
udah tegang minta ampun. Gue mulai keringatan. Suhu tubuh gue langsung naik.
Tangan gue aja gemeter waktu ngelepas ikat pinggang Bokap, dilanjut dengan
ngebuka kancing celana dan resletingnya. Dalam hati gue bersiap-siap untuk
menyaksikan kontol bokap gue untuk yang pertama kali.
Gue pun meloloskan celana
Bokap dengan mudah. Sekarang Bokap cuman setengah telanjang, tergolek di
ranjang, tak berdaya, dan tak sadar. Celana dalam putihnya terpampang di depan
muka gue. Sesuatu yang menonjol dibaliknya seketika itu juga bikin kontol gue
berdiri tegak.
Gue pun segera mengalihkan
perhatian ke hal lain. Gue membuka lemari pakaian Bokap dan mencari handuk dan
pakaian ganti. Gue pun langsung ngelap badan Bokap yang basah, bahkan sampai ke
rambut dan wajahnya. Bokap pun nggak kebangun badannya gue sentuh-sentuh
begitu. Pas gue ngeringin dadanya, tak sengaja jempol gue nyengol puting Bokap.
Putingnya lebar dan gede, tegang pula. Pas itu juga gue denger Bokap mendesah.
“Pa! Papa! Papa!” Gue pun
mencoba lagi untuk membangunkan Bokap, tapi tetep saja Bokap nggak bergeming
sedikit pun.
Muncul ide gila di kepala
gue. Mumpung bokap nggak sadar, apa gue main-main saja. Kapan lagi gue bisa
lihat Bokap telanjang. Toh, ngelihat Bokap telanjang adalah impian gue sejak
SMP. Momen seperti ini nggak boleh gue lewatin. Dengan hati-hati gue melepas
celana dalam Bokap. Dan OH MY GOD! Kontol Bokap nongol di depan muka gue.
Kontolnya masih loyo.
Jembutnya lebat banget. Gue napsu berat ngelihat benda pusaka Bokap yang
menggoda itu. Tanpa ragu pun gue menyentuh jembut Bokap dan merasakan kasarnya bulu-bulu di
sana. Bokap gue lihat juga nggak bereaksi. Berlahan gue sentuh kontolnya dan
gue elus-elus, sampai akhirnya tiba-tiba kontol itu mulai membengkak. Gue kaget
minta ampun. Kontol Bokap tiba-tiba udah bangun. Panjangnya sekitar 18 cm. Pelan-pelan, gue
urut-urut kontol Bokap. Bokap cuman diem saja nggak bereaksi.
Merasa aman gue langsung
masukin kontol Bokap ke mulut gue. Gue isep-isep deh itu kontol. Rasanya tawar
dan bau selangkangannya membuat gue semakin bernapsu. Gue mainin, gue
jilat-jilat, gue remes, gue emut-emut, pokoknya gue nikmatin area pribadi Bokap
itu sepuas hati gue.
“Ahhh..Ahhh...Ahhhh.” Bokap
mulai mengeluarkan suara. Gue yang kaget langsung menghentikan permaian gue.
Gue ngelihat wajah Bokap masih datar, matanya juga terpejam, tapi dia mulai
ngigau kayaknya. “Terus emut, Siska. Kenapa berhenti?”
Hah? Siapa Siska?
Jangan-jangan cewek yang tadi itu? Bokap pikir gue ini Siska kali ya? Gue sih
nggak ngejawab, tapi gue langsung ngemut-ngemut kontol Bokap lagi. Kali ini gue
sendiri nggak mau kalah. Gue keluarin kontol gue dari balik celana. Kontol gue
udah berdiri tegak 17 cm. Gue kocok-kocok kontol gue sambil ngemut-ngemut kontol
Bokap.
“Ahhhh! Ahhhh!” Bokap makin
menikmati.
Nggak mau ambil resiko, kalau
Bokap tiba-tiba saja sadar, gue langsung ngocok kontol Bokap dengan tangan
kanan. Tangan kiri gue, gue pakai ngocok kontol gue sendiri. Cek-cek-cek-cek.
Begitu bunyi tanganku yang bergesekan dengan kontol Bokap yang udah gue kasih
pelumas air liur. Nggak terasa gue muncrat duluan. Sperma gue membasahi tangan
dan lantai. Gue nggak bisa ngerang-ngerang karena takut Bokap sadar.
“Ahhhhhhhhhh!” Bokap ngerang
pas spermanya muncrat. Wow! Banyak banget. Membasahi jembutnya. Tanpa pikir
panjang gue langsung melumat kontol Bokap. Rasa spermanya asin dan berbau amis.
Setelah itu gue bersihkan
sisa-sisa sperma Bokap pakai handuk, terus gue juga ngelap sperma gue di
lantai. Terus gue pakein Bokap baju dan celananya. Gue keluar dari kamarnya
dengan perasaan puas sambil membawa pakaian basah Bokap tadi. Gue ngelihat
Bokap tidur dengan nyenyak. Gue menutup pintu kamar Bokap sambil tersenyum
Puas.
****
Pagi harinya gue yang udah
siap-siap berangkat ke kampus, ngelihat bokap baru bangun dari tidur. Bokap
keluar dari kamar dengan pakaian yang gue pakaikan ke dia semalam setelah gue
menikmati kontolnya. Dari wajahnya Bokap kelihatan binggung. Dia menghampiri
gue di meja makan.
“Semalam siapa yang nganter
pulang Papa?”
Aku binggung mau jawab apa?
Tapi kemudian aku ingat cewek berbaju seksi kemarin malam. “Cewek, namanya
Siska.” Jelasku.
Papa kemudian tersenyum.
Mungkin inget kalau semalam kontolnya diemut-emut. Bayangannya sih, mungkin Si
Siska yang berbuat begitu, tapi nggak tahu saja kalau yang melakukan itu gue.
Dalam hati gue cuman bisa ketawa-ketawa.
“Nanti siang mungkin paket
Papa sampai dari Jepang. Kamu tolong terima, tapi jangan dibuka, ya sampai Papa
pulang ngantor.” Celetuk Bokap kemudian.
“Paket apa’an, Pa?” Tanyaku
penasaran.
“Barang sample. Inget, jangan
dibuka.”
“Oke!”
Kemudian gue lihat Bokap
masuk ke kamar mandi untuk mandi. Gue setelah sarapan Mie Instan langsung pergi
ke kampus. Siangnya setelah ngampus gue pulang ke rumah. Nggak lama seorang
kurir paket kilat mengetuk pintu.
“Paket Buat Pak Helmi dari
Jepang.”
“Oh, iya!” Gue langsung tanda
tangan surat terimanya.
Paketnya gue pikir kecil,
tapi ini gede banget. Kotak kardusnya saja hampir setinggi gue. Mirip lemari
es. Dibungkus kertas cokelat pula. Terus di atas pembungkusnya gue lihat ada
catatan. Kinky Female Anime X1023. Wah, gue langsung kepikiran? Bahasa inggris
gue kan lumayan, jadi gue bisa tahu apa artinya itu tulisan. Kinky kan artinya
‘nakal’ bisa dihubungkan dengan hal-hal seksual. Female ‘perempuan’ dan Anime,
mungkin anime jepang.
Karena pesen Bokap nggak
boleh dibuka jadi gue taruh paket itu di kamarnya. Setelah itu gue masuk ke
kamar dan membuka laptop. Gue pengen searching nama paket Bokap di internet.
Hasil di google teratas menunjukkan situs penjualan toy sex dari Jepang. Gue
buka saja situs itu. WOW! Gue terkejut. Kinky Female Anime X1023 adalah sebuah
boneka figur seukuran perempuan aslinya. Terbuat dari bahan lunak, semacam
silikon, bisa lentur dan digerak-gerakan. Tipe bentuknya mirip kartun anime
jepang. Lengkap dengan payudara yang bisa diremas-remas dan lubang vagina untuk
melakukan seks.
Bokap kenapa beli barang
beginian? Bukannya lebih seru kalau ML sama manusia langsung? Gue yang
penasaran mengecek tag harganya. Gue kaget kepalang karena harganya 14 juta.
Gue pun geleng-geleng. Setelah itu gue iseng-iseng buka produk-produk yang
lain. Memang banyak tipe pilihan toy sex untuk pria. Gue tertarik untuk cari
yang dikhususkan untuk cewek. Gue seneng bukan kepalang pas lihat ada model
tipe Kinky Male Anime. Wow, bentuk tubuh boneknya berotot dan ada kontol yang
bisa maju mundur serta dilengkapi vibra. Gue kepikiran buat beli, tapi harganya
juga selangit.
Tapi gue tertarik beli Penis
imitasi alias dildo. Harganya cuman 3jt rupiah. Gue langsung pesen dan pake
kartu kredit gue. Lama pengiriman dua minggu. Nggak apa-apa deh, gue udah
ngebet mainan kontol imitasi itu di lubang anus gue yang masih perawan. Sebelum
pake kontol asli, mending mainan dulu.
Sorenya bokap pulang dan gue
bilang paketnya udah dateng. Bokap langsung masuk kamar dan menutup pintunya.
Tak lama bokap keluar dan makan malam bareng gue. Setelah nonton TV gue pamit untuk tidur. Dari
kamar gue denger TV di ruang tengah masih menyala. Sampai jam 1 gue belum bisa
tidur, dan gue akhirnya memutuskan untuk keluar kamar buat minum. Pas lewat kamar
bokap gue nggak sengaja mendengar suara rintihan seorang cewek.
“Ahhh..Kya...Kya..Ahhh”
Suaranya mengingatkan sama suara tokoh kartun di bokep anime.
Otak gue langsung aktif.
Jangan-jangan bokap lagi nyobain mainan barunya. Setahu gue, toy sex itu dilengkapi
sebuah sensor gerak. Semakin dahsyat pengguna melakukan seks dan permaian
foreplay, makan mainan itu akan beraksi dengan mengeluarkan suara-suara.
Inisiatif gue langsung
ngintip lewat lubang kunci. Beruntung pintu-pintu kamar di rumah ini lubang kuncinya
besar. Gue pun ngintip, yang kelihatan cuman gelap. Bokap ternyata nggak
ngelepas kuncinya. Buru-buru gue cari lidi, terus gue masukin lidi itu ke
lubang kunci. Gue dorong sampai kunci di seberang jatuh. Gue nggak khawatir
kalau Bokap sampai tahu karena di bawah pintu udah ada koset. Kuncinya nggak
bakal bunyi kalau jatuhnya ke koset. Bener, kan? Gue nggak denger ada suara
kunci jatuh ke lantai.
Gue ngintip ke dalam. Dan
WOW! Bokap gue ada di tempat tidur. Dia lagi melakukan seks dengan mainannya.
Bokap telanjang bulat, begitu juga mainannya itu. Dengan buas Bokap menggenjot
vagina boneka itu. Gue juga denger bokap mulai mendesah-desah.
“Agghh! Aghhhh! AHHHHHRRR!”
Terus gue lihat Bokap juga
mengemut-emut payudara boneka itu. Gue takjub karena bener-bener mirip dengan
yang asli. Nggak terasa kontol gue udah tegang. Gue langsung melorotin celana dan onani
sambil mata mengintip dari lubang kunci.
Sekarang bokap pindah posisi.
Dia di bawah. Ia sorongkan vagina boneka itu ke kontolnya. Blessss. Kontol itu
masuk dan Bokap langsung menggerak-gerakkan bokong bonekanya. Boneknya juga
mulai mengeluarkan suara-suara.
Terus nggak lama Bokap pindah
gaya lagi. Sekarang dia apit kontolnya itu dengan kedua payudara boneka itu.
Dia gosok-gosokkannya kontolnya itu di celah dua payudara si boneka, tak lupa
ia meremas-remasnya juga.
“OH YEAH! AHHHHH! AHHHHH!”
Bokap muncrat
kemudian. Spermanya nyembur ke muka si boneka.
Di luar pintu kamar gue juga
muncrat, tapi lagi-lagi nggak bisa menggerang-ngerang karena takut ketahuan Bokap.
Gue masih ngintip Bokap. Dia sekarang lagi ngelap kontolnya pakai tisue, terus
dia elap bekas spermanya di wajah boneka. Terus bokap pindah ke bagian vagina
bonekanya. Terus dia masukin sebuah alat ke dalam vagina itu. Digerak-gerakin.
Gue pikir Bokap lagi ngebersihin bekas-bekas pelumasnya di dalam lubang vagina
itu boneka.
Setelah itu, bonekanya
dipakaikan bajunya. Baju polisi wanita. Terus dimasukin ke kardus dan di
masukin ke lemari. Tak lupa Bokap mengunci pintunya. Gue lihat Bokap langsung
melompat ke tempat tidur dan memejamkan mata. Bukannya mandi besar Bokap
langsung tidur sambil telanjang. Gue akhirnya menyudahi acara mengintip gue dan
gue langsung mengelap sperma yang muncrat ke lantai dengan celana gue. Terus
gue bablas ke kamar mandi buat mandi, terus ganti baju di kamar.
Sampai di kamar gue nggak
bisa tidur. Gue pun iseng-iseng balik ke kamar Bokap. Gue intip lagi. Bokap
lagi tidur. Masih telanjang. Tiba-tiba gue ada ide buat ngerjain Bokap.
Langsung saja gue ketuk pintu kamarnya. Tok-tok-tok, mata masih mengintip di
lubang pintu. Gue lihat Bokap membuka matanya.
“Papa! Ini aku. Tolong buka
pintunya. Papa lagi ngapain di dalam?”
Gue lihat Bokap bangun terus
buru-buru cari celana. Dipakainya celana pendek itu dan dia berjalan ke pintu.
Bokap nemu kuncinya jatuh ke atas koset. Wajahnya kelihatan binggung. Gue
langsung berdiri tegak, dari posisi mengintip gue di lubang kunci, pas banget
pintu di buka.
“Ada apa? Malam-malam bagunin
Papa segala!”
“Aku denger suara-suara dari
kamar Papa?”
“Suara apa?”
“Suara mendesah-desah.”
“Kamu bilang apa, sih!” Bokap
kelihatan salah tingkah.
“Jangan bohong, deh Pa. Aku
tahu Papa lagi main sama boneka mainan yang dikirim dari jepang!”
Bokap terkejut. “Tahu dari
mana kamu?”
“Tadi aku seraching di
internet. Papa buat apa beli begituan?”
“Ya, buat keperluan orang
dewasa!”
“Kenapa Papa nggak nikah
saja? Kan lebih normal. Nggak ngerasa aneh main sama boneka? Pacar-pacar Papa
bagaimana?”
“Papa cuman nggak mau
memanfaatkan perempuan-perempuan di luar sana untuk memuaskan napsu Papa.
Selain itu juga Papa ngerasa kalau jaman sekarang itu rawan HIV. Kalau pakai
mainan gini kan aman. Lagi pula rasanya hampir sama.”
“Oh, ya?”
“Kamu mau coba?” Papa
langsung masuk ke kamar dan mengeluarkan boneka itu dari dalam lemari. “Ini, kamu
coba saja di kamarmu.”
“OGAH!” Jawabku.
“Lho, kenapa?”
Karena aku nggak doyan vagina. Doyannya kontol, Pa! Kataku dalam hati.
“Ya, udah. Reyhan tidur
dulu.” Gue langsung meninggalkan Bokap yang bengong kebingungan ngelihat
tingkah gue di kamarnya.
****
Yang gue tunggu-tunggu
akhirnya datang juga. Pesenan gue udah dateng. Penis imitasi alias dildo. Pas
gue buka bungkusnya, gue terpesona sama penis mainan itu. Bentuknya gede mirip
dengan aslinya, terbuat dari bahan silikon. Gue langsung masuk ke kamar dan
membuka seluruh baju gue. Gue telanjang bulat. Terus gue tiduran sambil
ngemut-gemut itu penis mainan. WOW! Biarpun nggak ada bau dan rasa, tapi
sensasinya sama saja. Terus gue onani sambil terus ngemut-ngemut penis mainan
itu.
Setelah puas gue ambil baby
oil. Gue olesin lubang anus gue dengan baby oil. Berlahan-lahan gue masukin
penis mainan itu ke lubang anus gue.
“AHRHHH!” Gue ngerang
kesakitan, tapi gue terus masukin penis mainan itu. BLES! Penis mainan itu
masuk sampai pangkal-pangkalnya. Gue ngerasa lubang anus gue langsung menyempit
dan mendepet rapat penis mainan itu.
Berlahan gue gerakin penis
mainan itu di dalam anus gue.
“YEAH!” Rasanya enak banget.
Anus gue sampai berdenyut-denyut. Panas-panas, geli-geli gimana gitu. “Ahhhh!
OH YEAH! AHHHH!” Gue juga onani di kontol asli gue.
Hampir sepuluh menit gue
main-main sama penis mainan itu, rasanya bener-bener nikmat. Sampai pada
akhirnya pintu kamar gue dibuka sama Bokap. Gue kaget kepalang ngelihat Bokap
berdiri di depan pintu. Dia sama terkejutnya denganku. Matanya melotot.
Wajahnya langsung pucat.
Saking kagetnya gue langsung
mencabut penis mainan itu dari lubang anus gue dan ngelempar penis mainan itu
ke dinding. Gue langsung berdiri dan pakai celana. SIALAN! Gue lupa kunci pintu
kamar.
“REYHAN! APA-APAAN KAMU! KAMU
NGAPAIN HAH!” Bokap marah-marah.
Gue cuman diam. Mati gue,
rahasia kelam gue diketahui Bokap.
“Kamu homo?”
Aku diam saja.
“Jawab Papa?!”
Akhirnya aku mengangguk.
“Kenapa bisa begitu?!”
Gue yang nggak mau dipojokin
langsung meledak. Gue langsung utarakan alasannya kenapa gue bisa jadi gay. Gue
bilang kalau gue kurang kasih sayang, bla-bla-bla. Tapi, gue nggak cerita
insiden gue ngemut-ngemut kontol Bokap dan ngintipin dia lagi main-main sama
bonekanya.
“YA, TUHAN! INIKAH KARMA YANG
KAU BERIKAN PADAKU!” Papa langsung lemas dan duduk di tempat tidurku.
“Karma apa, Pa? Papa nggak
salah apa-apa. Reyhan juga nggak tahu kenapa aku bisa jadi begini.”
“Ini salah, Papa!”
“Apa maksudnya?!”
“Kamu bisa jadi homo itu
karena Papa. Papa kena karma dari Tuhan. Jatuhnya ke kamu.”
Terus Bokap bercerita kalau
dulu dia pernah dibutakan seseorang. Pas gue masih SMA dan tinggal di kota B,
Bokap pernah didekati seorang gay om-om. Dia menawarkan sebuah tawaran bisnis
bila Bokap mau berhubungan seks dengan dia. Saat itu Bokap yang bisnisnya lagi
terpuruk langsung menerima tawaran itu meskipun dengan berat hati. Bokap itu
straight, tapi rela melakukan hubungan sejenis demi embel-embel menggiuarkan.
Bokap juga cerita kalau om-om gay itu masih sering ngontak bokap. Katanya om-om
itu naksir Bokap. Tapi Bokap menolak karena alasan sibuk.
Gue terkejut bukan main.
Bokap ternyata pernah ML sama sejenis. Setelah itu gue berusaha menenangkan
Bokap. Gue nggak bisa janjiin apa-apa. Gue ya gue. Gue minta Bokap bisa nerima
meskipun susah. Bokap pun diam saja, tapi gue minta supaya dia janji nggak
bakal ngadu ke nyokap. Bokap pun setuju.
Selama beberapa hari gue jadi
males onani sambil mainan penis mainan itu. Mood gue langsung ilang semenjak
Bokap tahu kalau gue gay. Sampai suatu malam pintu kamar gue diketuk sama
Bokap.
“Ada apa, Pa?” Tanyaku begitu
membukakan pintu untuknya.
“Papa tidur sama kamu, ya?!”
“Kenapa, Pa? Jangan bilang
kalau Papa takut tidur sendirian karena takut hantu!”
Bokap ketawa. Dia langsung
masuk ke kamar dan melompat ke atas tempat tidurku. Melihat Bokap dengan celana
panjang olahraga dan kaus abu-abu ketat begitu, aku jadi napsu. Tapi buru-buru
aku buang jauh perasaan itu.
Pas kami berdua berbaring
bersisian di tempat tidur, tiba-tiba Bokap nyeletuk. “Papa cuman mau membayar
hutang-hutang Papa ke kamu. Kamu kan nggak pernah tidur bareng Papa, kayak
anak-anak waktu kecil dulu. Makannya Papa bayar sekarang biar kamu nggak
penasaran.”
Aku pun ketawa dan mengatakan
kalau itu sudah tidak penting lagi karena aku sudah dewasa dan bisa berpikir
dengan terbuka. Tapi Bokap bersikeras dengan prinsipnya. Tiba-tiba Bokap meluk
gue. Ibaratnya gue dikelonin.
“Udah, tidur.” Perintah
Bokap.
Gue dipeluk Bokap. Kami
sama-sama memejamkan mata dan mencoba tidur. Tapi gue ngerasa nggak nyaman
karena dekapan Bokap ini memicu gairahku.
“Pa...” Tanyaku memecahkan
kesunyian malam di kamar.
“Hem..” Bokap berdeham.
Ternyata belum tidur.
“Papa nggak takut kalau aku
bakal berbuat macam-macam sama Papa. Papa tahunya aku kan gay. Nanti kalau aku
nekat memerkosa Papa bagaimana?”
Bokap membuka matanya.
“Emangnya kamu berani?” Dengan nada menggoda Bokap bertanya ke gue.
Gue malah ketawa. “Gimana
rasanya ML sama cowok, Pa?”
“Kamu belum pernah? Papa
pikir kamu udah punya pacar cowok dan pernah begituan juga.”
Aku menggeleng. “Reyhan
sukanya sama Om-Om. Karena Reyhan teropsesi disayangi oleh laki-laki seumuran
Papa. Papa jangan marah, ya kalau Reyhan bilang begini...”
“Apa yang mau kamu
sampaikan?”
“Aku pernah mimpi basah. Di
dalam mimpi aku ML sama Papa.”
Bokap terkejut. Dilepaskannya
pelukannya di tubuhku.
“Aku jatuh cinta sama Papa.”
Gue gila! Kenapa gue sebegitu
jujurnya sama Bokap gue sendiri. Bokap nggak bereaksi. Dia kelihatannya kelewat
shock mendengar ucapanku.
“Waktu Papa mabuk. Waktu itu
aku yang ngemut kontol Papa. Begitu juga waktu Papa main sama boneka mainan
itu, aku juga ngintip waktu itu sambil onani. Maaf, Pa... tapi Reyhan cuman
berusaha memuaskan napsu Reyhan ke Papa. Reyhan memang bejat!”
“Reyhan! Sudah! Sudah! Papa
berusaha mengerti bagaimana beratnya kamu selama ini. Maaf, kan Papa Reyhan.”
Papa bangkit dari tidurnya. “Kalau ada sesuatu yang kamu mau, Papa mau
mengabulkannya. Apapun itu, asal bisa membayar semua penderitaan yang kamu
alami.”
“Apa? Bener? Papa nggak marah
aku jadi gay?”
“Papa tahu kalau menjadi gay
itu berdosa. Papa merasa berdosa sebagai orang tua yang nggak bisa mendidik
anaknya. Tapi semuanya terjadi kan karena kamu nggak pernah dapat kasih sayang
dari Papa. Papa akan mencoba menerima kamu. Jadi sebutkan saja permintaan kamu,
Papa akan kabulkan, asalkan kamu bisa move on dari masa lalumu yang kelam.”
Aku terpaku. “Kalau begitu
aku ingin bercinta dengan Papa.”
Bokap kelihatan terkejut tapi
kemudian dia mendekatiku dan mencium keningku. Ciumannya turun ke hidung dan
Bokap langsung mengecup bibirku sekali. Aroma mulutnya membuatku bergairah.
“Bener, Pa?” Tanyaku.
Bokap mengangguk. Tanpa pikir
panjang aku mendorong Bokap sampai dia terbaring terlentang. Gue langsung naik
ke atas tubuhnya dan melucuti kaus abu-abunya. Dengan buas aku menjilat dan
menciumi dadanya yang bidang. Gue lihat bokap cuman diam saja, tapi matanya terpejam
seolah berusaha menikmati service yang gue lakukan. Kumainkan putingnya dengan
lidah gue, gue cubit-cubit juga putingnya. Setelah puas memainkan dadanya gue
beralih ke ketiaknya yang berbulu. Gue endus-endus ketiaknya serta gue
jilat-jilat.
Saat itu juga gue mendengar
Bokap mendesah-desah. “Aghhh, pelan-pelan, Rey!”
Gue memperlambat aksi lidah
gue di ketiak Bokap. Terus gue turun ke perutnya yang seksi dan
rata. Gue
jilat-jilat pusarnya yang ditumbuhi sedikit bulu itu. Badan Bokap langsung
menggelinjang menikmatinya.
“Boleh kubuka celananya, Pa?”
Napas Bokap berat tapi dia
mengangguk. Gue langsung melorotin celananya. WOW! Kontol Bokap udah berdiri
tegang. Ternyata rangsanganku ampuh juga.
“Udah lama aku pengen
menikmatimu, Pa!” Begitu kataku sambil mengemut kepala kontol Papa yang
berwarna keunguan. Dari kepala gue jilat-jilat batangnya, terus ke buah
zakarnya yang berbulu.
“Ahhh, Ahhh, Ahhhh, Oh... Rey!
Emutanmu enak sekali. Ohh!” Begitu kata Bokap. Gue lihat bibirnya basah oleh
lidahnya sendiri yang menjulur-julur membasahi bibirnya sendiri, menikmati
emutanku.
Gue langsung menanggalkan
pakian gue. Gue telanjang di depan bokap gue. Bokap cuman diam saja. Gue
langsung menindihi tubuh bokap. Gue gesek-gesekkan kontol gue ke kontolnya
seperti sedang aduh jotos. Aku menggerang-ngerang sambil berciuman dengan Bokap.
Bokap dengan terbukanya membalas ciumanku. Dimainkannya lidahnya yang terampil
itu di mulutku.
Rasanya hampir ejekulasi tapi
aku berusaha menahannya. “Pa. Aku nggak bakal minta Papa ngemut kontolku. Tapi
Papa masukin kontol Papa, ya ke anusku?”
Papa mengusap wajahku lembut
dan mengangguk. Gue langsung menungging tapi buru-buru dicegah. Papa bilang
kalau gaya nungging udah basi. Dia minta gue berbaring miring dengan bokap di
belakang punggung gue. Dengan bebas bokap menahan paha gue yang ngangkang ke
udara dan dimasukkan kontolnya itu dari belakang ke lubang anusku. Awalnya
sakit tapi setelah seluruh batang kontol bokap masuk sudah tidak terasa sakit
lagi.
Berlahan Bokap mulai
menggenjot pantatku. “Ahhh! Ahhhh! Enak sekali Pa. Genjot agak kenceng, Pa.”
Bokap ketawa terus menuruti
permintaanku. Gerakan pinggul Bokap membuat kontolnya masuk-keluar di lubang
anusku, belum lagi buah zakarnya yang bergerak-gerak seirama menyenggol-yenggol
buah zakarku sendiri. Rasanya dahsyat. Gue bisa merasakan gelitikan bulu-bulu
jembut Bokap. Rasa nikmatnya tidak berhenti sampai di situ, tiba-tiba Bokap
menjilati telinga gue dan meraba-raba dada gue, memilin-milin puting gue.
“Bagaimana, Rey! Enak nggak?”
“Enak, Pa!” Aku menoleh ke
belakang dan mencium bibirnya. Kami berciuman panas sambil Bokap terus
menggenjot kontolnya di dalam lubang anusku.
Terus posisinya dirubah. Gue
ada di atas dan bokap ada di bawah. Dia berhenti beraktifitas. Kepalanya di
sangga oleh ke dua tangannya. Gue bisa lihat ketiaknya.
“Kamu sekarang yang kerja!
Enak saja kamu suruh-suruh, Papa.”
Aku pun tersenyum. Gue
langsung menggerak-gerakkan pantat gue maju-mundur, naik-turun, sambil aku
bertumpu ke depan dengan kedua tangan mencengram dada Papa.
“Ahhh, Ahhh, Yeah! Genjotan
kamu enak sekali Rey.” Bokap sekarang sangat menikmati aktifitas seksualnya
denganku. Rasa bersalah dan berdosanya entah pergi ke mana.
Setelah beberapa menit, Bokap
berkata. “Papa mau keluar, Rey!”
“Keluarin di dalam saja! Aku
mau merasakan peju Papa membasahi anusku.”
Papa menggeleng sambil
menarik tubuhku dari atas tubuhnya. “Papa nggak pakai kondom, kalau nanti kamu
kena penyakit dari sperma Papa bagaimana. Papa nggak mau ambil resiko. Kamu
onaniin punya Papa. Jangan lupa sambil di emut-emut.”
Kemudian Bokap duduk di
pinggir tempat tidur. Gue bersimpu di depannya dan mengulum kontolnya dengan
ganas. Sambil kuemut-emut gue kocok-kocok kontol Bokap. Gue kocok, emut, kocok,
emut. Kocok-kocok-kocok, sampai Bokap menggelinjang-gelinjang.
“AHHH! AHHHH! AHGGGGGG!”
Begitu suaranya menikmati kocokanku. “Sebentar lagi, Rey. Teruskan. Papa Mau
keluar. Kocok terus.”
“Oke!” Aku langsung membasahi
tanganku dengan air liur dan mengusap-usapkannya ke kontol Bokap dan mulai
mengocok.
Kocokan gue kenceng banget
sampai batang kontol Papa keluar urat-uratnya. JROOOOT! JROOOOOT! JROOOOOT!
Bokap ejakulasi dengan erangan maha perkasa. Bokap sampai lemas dan merebahkan
tubuhnya ke atas tempat tidurku. Rasanya bangga sekali bisa memuaskan Bokap
sendiri.
Terus tanpa basa-basi gue
jilat-jilat spermanya. Tubuh Bokap kembali menggelinjang-gelinjang. Kontolnya
langsung lemes dan kembali mengecil.
“Sekarang kamu yang duduk di
sini.” Perintah Bokap.
“Maksudnya?”
“Ya gantian dong. Kamu juga
nggak mau sampai klimaks?”
Aku ngangguk saja dan duduk
di pinggir tempat tidur. Papa langsung membasahi tangannya dengan air liurnya
sendiri dan mengusap-usapkannya ke kontolku.
“Papa onaniin kamu, tapi Papa
nggak mau ngemut punya kamu. Oke?”
“Oke?”
Terus Bokap mejalankan
aksinya. Bener-bener nikmat sekali rasanya. Gue sampai merem-melek dibuai oleh
cengkraman mantap tangan Bokap di kontol gue.
“Bagaimana Rey?”
“Enak, Pa! Terusin.”
“Ahhh!
Ahhhh....aghhhhrrr...oh, yeah.... Ahhhhhhh!” Bokap tahu kalau gue mau keluar
jadi bokap percepat kocokannya, dan JROOOOT! JROOOOOT! JROOOOOOOT!
Sperma gue muncrat. Berhubung
wajah Bokap nggak jauh dari kepala kontol gue, alhasil sperma gue nempel ke
muka Bokap. Bokap cuman ketawa sambil mengelap spermaku dengan tangan dan di
sorongkannya tangannya itu yang basah dengan spermaku ke arahku. Aku pun
menjilat-jilat tangan Bokap dan merasakan spermaku sendiri.
Setelah seks dahysat kami
Bokap kelelahan dan terlelap sambil memelukku. Aku pun mendekapnya. Tak lama
aku mendengar suara mendengkur Bokap. Wajahku yang terbenam di dadanya malah
nggak segera terlelap. Berlahan aku menjilat-jilat puting Bokap.
“Ehhh, kamu kok malah
jilat-jilat Puting Papa. Masih nggak puas?” Tanya Bokap dengan mata terpejam.
Agaknya permainan lidahku membangunkannya.
“Rasanya kayak mimpi.”
“Tapi Papa nggak siap untuk
ronde dua. Papa udah lemes. Kamu bikin Papa nggak berdaya. Kamu lebih hebat
dari Om-Om itu.”
“Ronde dua? Emang Papa mau
melakukan lagi sama aku?”
“Nggak tahu. Nunggu nanti
saja tergantung situasi.”
“Aku mencintaimu, Pa!”
Papa diam saja.
Aku merasa bangga. “Papa
tidur saja. Aku masih mau menikmati tubuh, Papa.”
Bokap kemudian mendengkur tak
lama kemudian dan aku kembali menciumi dadanya. Aku nggak mau melebar ke
mana-mana, aku cuman merasa nyaman bermain dengan dada Bokap saja.
****
Setelah malam itu gue nggak
pernah lagi ngerasa hampa. Emang, sih Bokap nggak pernah minta ML sama aku. Gue
masih sering mergokin dia main sama mainannya di kamar dan terkadang gue juga
ngintipin. Tapi pas gue kepengen biasanya gue gelisah-gelisah dan Bokap
kayaknya hapal degan gestur tubuhku yang lagi horney.
“Kamu lagi Horney?” Tanya
Bokap suatu hari.
Aku mengangguk sambil
mengganti saluran TV di ruang tengah.
“Mau ML atau Onani sendiri?”
“Papa mau ML sama aku lagi?”
“Kalau kamu minta ya Papa
turutin. Gimana?” Bokap langsung menutup majalah di tangannya.
“Oke!” Gue langsung mematikan
TV. “Yuk, ke kamarku!”
Kemudian Bokap menahanku. “Di
sini saja. Belum pernah, kan ML di ruang tengah.” Bokap langsung membuka
pakaian dan celananya. Kontolnya masih tidur.
Gue langsung horney bukan
main. Gue membayangkan kalau ML-ML selanjutnya bakal istemewa dan di
lokasi-lokasi tak terduga. Dapur, kamar mandi, garasi, mobil. Wow! Pokoknya
setelah malam itu dan beberapa malam setelahnya, gue baru tahu kalau Bokap
bakal mau-mau saja kalau aku yang ngajakin dia ML, asal dia nggak perlu ngemut
kontolku juga. Sayang, sih sebetulnya. Kurang afdol, tapi tak apalah, asalkan
aku bisa menikmati tubuh Bokap dan kontolnya juga.
I LOVE YOU PAPA.
Bagi Teman-teman yang ingin mengirim cerita panas bertemakan POLISI, silahkan segera kirim ke dimas_arbayu@yahoo.com
Terimakasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSalken Andi Chinese chubby Jakbar Grogol cr TTM or teman yang ad tempat or kost wa 0811-915-6886
BalasHapus