Hunk Menu

Overview of the Naolla

Naolla is a novel which tells about life of Hucky Nagaray, Fiko Vocare and Zo Agif Ree. They are the ones who run away from Naolla to the Earth. But only one, their goal is to save Naolla from the destruction.

Book 1: Naolla, The Confidant Of God
Book 2: Naolla, The Angel Falls

Please read an exciting romance novel , suspenseful and full of struggle.
Happy reading...

Look

Untuk beberapa pembaca yang masih bingung dengan pengelompokan posting di blog ini, maka saya akan memberikan penjelasannya.
(1)Inserer untuk posting bertemakan polisi dan dikutip dari blog lain;(2)Intermezzo adalah posting yang dibuat oleh pemilik blog;(3)Insert untuk cerita bertema bebas yang dikutip dari blog lain;(4)Set digunakan untuk mengelompokan posting yang sudah diedit dan dikutip dari blog lain;(5)Posting tanpa pengelompokan adalah posting tentang novel Naolla

Jumat, 30 November 2012

Intermezzo: Dua Polisi di Malam Itu


Aku adalah orang yang kurang pandai bergaul dilingkunganku. Entah mengapa aku rada nggak suka aja dengan orang-orang yang banyak bicara dan ngucapin hal-hal yang nggak penting. Namun semua itu berubah, setelah aku mengenal Bayu. Pertama kali aku kenal Bayu ketika kami satu sekolah di SMP. Bayu adalah cowok yang supel dan menyenangkan dimataku walau kadang-kadang dia menyebalkan juga. Oh Iya, aku hampir lupa, namaku Mahardhika Arjuno  atau bisa dipanggil Juno. Aku mimiliki tubuh yang cukup tinggi walau perawakanku agak kurus (kerempeng). Kembali ke Bayu, Bayu adalah teman yang mampu membuat aku kagum dan nyaman didekatnya. Entah mengapa aku bisa suka dengan sikapnya yang banyak bicara itu. Tapi aku yakin bahwa Bayu bukan orang yang banyak bicara seperti kebanyakan orang yang aku kenal. Dia sepertinya hanya banyak omong untuk menutupi sifat aslinya yang pendiam dan tidak banyak bicara. Itulah Bayu.
Pada waktu SMP, Bayu sama sekali tidak mengenal aku {(T,T), sedih banget rasanya…}. Sebagai salah satu cowok paling diencer cewek di SMP, tentu saja Bayu sangat terkenal di sekolah kami. Selain karena dia selalu mendapat peringkat dikelas, dia juga memiliki wajah yang cute dan cekep abis. Tetapi aku aneh aja, kenapa Bayu yang sekeren itu belum punya pacar? Apa mungkin dia…??? Emmmm… Ah! Mungkin itu hanya perasaanku saja. Yang jelas sekarang dia sudah menjadi sahabatku semenjak kami bersebelahan tempat duduk di Sekolah Menengah Utama.
Suatu hari aku bete dirumah sendirian dan akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Bayu, sahabatku, untuk jalan-jalan. Bayu menerima ajakanku dan aku sudah berjanji untuk menjemputnya. Kenapa aku bisa senang banget ya? Aneh aku ini! Jangan-jangan aku udah ada hati dengan Bayu.
Setelah mandi dan berpakaian aku menjemput Bayu, untuk kemudian makan malam di sebuah rumah makan dipinggir jalan. Disana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum (aku aja yang minum, Bayu nggak mau minum). Kami seperti orang pacaran saja kan? Hahaha… sayangnya aku tidak tahu kalau Bayu itu sakit “juga” atau tidak. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Bayu mengajakku untuk kembali ke rumahnya katanya dia sudah agak pusing, padahal dia nggak minum alkohol tadi. Dasar Bayu ini! Ya sudahlah apa mau dikata, aku akhirnya menuruti permintaan Bayu dan mengendarai mobilku untuk segera meninggalkan diskotik itu.
Menyusuri jalan yang mulai agak sepi, kami saling berbincang-bincang. Sepanjang perjalanan pulang Bayu berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu.
“Aku seneng banget Jun. Aku seumur-umur baru kali ini ke diskotik. Hehehe”.
 Bener kah yang aku dengar barusan? Berarti Bayu nggak pernah kediskotik sama sekali.
Langit malam tampak sangat gelap dan sepertinya mau ujan. Benar saja, ditengah jalan hujan gerimis mulai turun. Tanpa sadar aku mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan supaya cepet sampai dirumah Bayu. Tiba-tiba aku tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil ku. Akhhhhh… Sial! Akupun  meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan.
“Permisi. Mengapa anda mengendarai mobil melebihi batas kecepatan maksimum? Apakah kalian tidak tahu berapa batas maksimum kecepatan kendaraan disini? Kalian mabuk ya?”. Ups! Gawat, mulutku mengeluarkan bau alkohol.
“Ermmm…. Saya kebelet pipis pak”. Aku mencoba memberikan alasan. Rupanya alasanku tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM-ku.
Setelah melihat surat-surat itu sang Polantas menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Bayu yang duduk terdiam. “Kenapa ya Polisi ganteng itu menatap Bayu?”, pikirku.
"Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor", perintah Polantas tadi.
Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil dipinggir kota. Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Bayu dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia seperti menyukai Bayu. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan. Aneh bukan? Masa sesama cowok selnya dipisah.
Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 27 tahun dan berbadan kekar serta Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 30 tahun kembali ke ruang tahanan.
Polantas tadi berkata, "Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang manis seperti kamu, itung-itung melepas penat", kata polantas sambil senyum mesum pada Bayu.
Sersan disebelahnya menimpali, "Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu! Aku sudah nggak sabar pengen mencicipinya".
Aku sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Bayu yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua dengan tatapan seperti ingin memperkosanya. Mereka lalu membuka sel Bayu dan masuk ke dalam.
"Sekarang dengar anak manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan temen kamu itu. Mengerti!" Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Bayu sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Bayu ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Bayu berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Bayu yang terus dipegangi oleh Sersan. "Wow, lihat putingnya". Bayu terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Bayu, melemparkan tubuh Bayu hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Bayu. Dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Bayu ke rangka di atas kepala Bayu.
Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Bayu. Mereka meremas-remas dan menarik putting Bayu, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga puting susu Bayu agak tegang dan mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Bayu, sedangkan Bayu hanya bisa meronta dan mengerang tak berdaya.
“Pak… auhhhh lepasin aku pak…!”.
Aku berdiri di dalam sel di seberang Bayu tak berdaya untuk menolong Bayu yang sedang dikerubuti oleh dua orang perkasa itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Bayu. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Bayu menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.
“Pergi kalian! Menjauh dari tubuhku!”.
"Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira. Diam!" kata Polantas.
"Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang enak itu! Kamu nggak kepengen dengan kontol kami yang gede-gede ini? Jangan munafik deh", kata sersan. "Dia pasti sempit sekali". Sersan berkata sambil memasukan jari-jarinya ke lubang anus Bayu. Dia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Bayu menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
“Pakkkkk! Arggghhh!”.
"Betul kan, masih sempit sekali."
Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di depan pantat Bayu yang sudah terkuak. Kemudian mereka menekan kaki Bayu kedadanya dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Bayu. Bayu mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir anusnya, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang anus Bayu.
Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Bayu, mengelus-elus wajah Bayu dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.
"Ayo dong manis, buka mulut kamu", kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Bayu. "Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?".
Bayu tak bergeming.
"Buka!" bentak Sersan. "Buka mulut kamu, brengsek!" Perlahan mulut Bayu terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Bayu.
Mulut Bayu terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Bayu, aku melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Bayu, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Bayu. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya.
“Julurin lidah kamu!".
Bayu membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Bayu, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Bayu.
"San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!"
Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di depan anus Bayu dan Polantas berjongkok di dekat wajah Bayu. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Bayu. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir anus Bayu yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Bayu.
"Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya." Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Bayu, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Bayu. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Bayu. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
"Saya keluuarrhh. Aaahh!" Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Bayu, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Bayu, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Aku mendengar Bayu berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Bayu meronta-ronta berusaha mencari udara.
"Iyya.. yaah! Telleen semuaa! Aaahh.. aahh.. nikhmaatt!"
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Bayu langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Bayu berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Bayu terbatuk-batuk.
"Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!"
Sementara Sersan yang masih mengerjai anus Bayu sekarang malah memegang pinggul Bayu dan membalik tubuh Bayu. Bayu dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai kembali menempel di lubang anusnya.
"Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan.Aaahkk! Jangaan! Udah pakkkk!". Bayu menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan kembali memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Bayu pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan kembali mendorong masuk ke liang anusnya. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Bayu. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Bayu. Bayu terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk kembali ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Bayu hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang masuk ke dalam anusnya.
Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Bayu menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Bayu. Sersan tidak peduli mendengar Bayu berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Aku melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Bayu tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Bayu, kemudian menyembur ke pantat Bayu dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Bayu lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Bayu. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Bayu dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Aku masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, "Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!"
Dini hari, ketika Bayu kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Bayu. Mereka menendang tubuh Bayu agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas dan Sersan memasukkan batang kemaluan mereka secara bersamaan ke dalam lubang anus Bayu. Mereka juga menyiksa Bayu dengan memasukkan botol bir ke dalam liang anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Bayu. Mereka terus berganti posisi dan Bayu terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Bayu yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.
"Kalian boleh pergi."
Aku membantu Bayu mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Bayu. Kemudian aku membersihkan tubuh Bayu dan menidurkannya. Ketika aku tinggal, aku mendengar ia merintih, "Jangan Pak, ampun Pak, sakit.. ampuunn.. sakiit.. auhhhhh".
Sungguh kasihan Bayu. Tetapi aku mulai aneh dengan Bayu. Secara tidak sadar aku menangkap kepasrahan di wajah Bayu dan tampaknya dia sedikit menikmati permainan tadi malam. Apakah Bayu pernah melakukan persetubuhan dengan polisi juga? Apakah Bayu sudah tidak perjaka sebelumnya? Aku meninggalkan Bayu dengan seribu satu macam pertanyaan di otakku.
Ku harap Bayu akan segera bisa menunjukan sisi sakitnya agar aku juga bisa mendekatinya sebagai seorang yang cinta padanya bukan sekedar teman saja.

Jumat, 23 November 2012

Intermezzo: Long Weekend bersama Kak Satria

Cerita cintaku dengan kak Satria berlanjut tapi hubunganku dengan bang Wando juga baik-baik saja. aku tak bisa memilih kontol mana yang lebih enak, karena mereka sama-sama mempunyai pistol yang bisa bikin aku mengerang keenakan.
Kira-kira kalau main bertiga gimana rasanya ya? Aku membayangkan kontol bang Wando nusuk aku dari belakang sedangkan kak Satria aku isep-isep didepan. Hmmppp, memikirkannya saja aku udah ngaceng apalagi kalau beneran terjadi. Hahahaha… tapi mana mungkin bisa, mereka berdua kan sama-sama cinta aku jadi nggak bakalan deh mereka mau berbagi tubuh dengan orang lain. Bisa-bisa mereka malah ninggalain aku! Jangan sampai terjadi ah!!
Eh beneran nggak sih kalau sabtu depan itu tanggal merah? Bakalan long weekend nih. Aku melihat tanggalan di kalender yang ternyata hari sabtu depan adalah tanggal merah. Timbul deh pikiran nakalku untuk mengajak kak Satria ketemuan. Tapi emangnya polisi seperti kak Satria libur juga? Aku nggak terlalu ngerti ah. Dari pada aku mengira-ngira mendingan aku langsung sms aja kak Satia kira-kira bisa nggak ketemu ma aku.
“Sore kak… Gi apa?”. Pesan terkirim!
Tak lama kemudian sms dariku langsung dibales ama kak Satria. “Sore adek. Kakak udah mau pulang ke kost nih. Adek udh mandi?”.
“Udah kak. Ni lagi santai… hati-hati ya kak…”.
“Kakak belum berangkat kok. Boleh kakak temenin nggak?”.
“Boleh banget. O iya kak, sabtu depan tanggal merah kan? Kakak libur dong?”.
“Kakak nggak libur dek. Kenapa dek?”.
“kirain kakak libur. Kan kalau libur bisa nginep dirumah adek…”.
Kak Satria diem untuk beberapa saat. “Gimana kalau adek aja ketempat kakak? Adek nginep di kosan kakak. Ntar kita jalan malem minggunya…”.
Kenapa aku nggak kepikiran begitu ya? Tapi boleh juga tuh. “Boleh juga ide kakak. Aku malem sabtu  ketempat kakak ya? Gimana?”.
“Asik… kakak tunggu ya dek, beneran. Kakak seneng banget dengernya”.
Ingin deh aku segera cepet-cepet hari sabtu. Sekarangkan baru hari rabu. Jadi masih ada waktu dua hari lagi untuk mempersiapkan staminaku. Emangnya mau ke Hongkong? Pake acara siap-siap segala!
***
Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Berbekal ijin dari ayah dan ibuku, aku mengendarai motor ke arah kota *********** yang berjarak sekitar 200 km dari kotaku. Untuk menempuh perjalanan sejauh itu, aku harus mengenakan jaket dan kaos tangan untuk mengurangi efek dingin pada tubuh. Rasanya jarak sejauh itu tak terasa sudah aku tempuh karena hatiku yang senang sekali bisa dua hari tinggal bersama kak Satria.
Jam 8.12 pm aku tiba di perempatan jalan menuju kosan kak Satria. Dia katanya udah nunggu didepan gang kosannya. Aku tengak-tengok kekiri dan kekanan untuk mencari keberadaan kekasihku itu dan akhirnya.
“Bay! Sini!”, panggilnya ketika melihat aku didekat gang.
Aku menghampiri kak Satria yang sedang duduk diwarung tersebut. Setelah sampai, aku matikan motor.
“Akhirnya aku sampai juga… Capek banget rasanya kak”, kataku.
“Ya udah, cepet istirahat ke rumah kakak. Kamu udah makan?”.
“Udah tadi kak pas dijalan”. Ih, kangennya aku dengan wajah tampan kak Satria ini. Senyumannya mampu menghapus kelelahanku yang menyerang tubuh ini.
“Bu, berapa semuanya?”, tanya kak Satria saat ingin meninggalkan warung.
“15 ribu… “, jawab ibu penunggu warung.
“Sekalian bungkuskan roti, minuman soda dan obat XXXX bu”.
Obat kuat merek itu? Hah? Hahahahaha… Dasar kak Satria ini, bisa aja bikin aku seneng. Aku senyum saja mendengar kak Satria beli obat itu. Padahal aku capek banget lho, tapi dia ternyata mau ngegenjot aku malam ini jadi kenapa nggak boleh. Dia menyerahkan uang 50 ribu.
“Ni Sat. Adekmu ya?”, tanya ibu itu sambil menyerahkan uang kembalian dan pesanan kak Satria.
Dia bangkit dari tempat duduk, “ Iya bu ini adek sepupu saya dari **********. Makasih ya bu, saya permisi dulu”. Dia mengajakku ke kosannya dengan mengendarai motorku dan aku diboncengnya.
Kosan kak Satria tidak besar dan lebih tepatnya sih bisa dibilang itu adalah barak. Cukup nyaman tempat melepas lelah kak Satria ini. Lokasinya tenang dan didepan barak itu ada kebun orang yang banyak ditanami pohon buah.
“Ayo dek masuk. Inilah rumah kakak, kecil aja”. Dia membukakan pintu dan menyuruh aku masuk.
“Nyaman banget kak. Adek betah kayaknya disini. Motor adek dimasukin aja kak, sekalian yahh… “, pintaku.
“Adek nggak dimasukin juga sekalian?”. Kak Satria menatapku mesum.
“Sttttt… kalau adek, nanti malam aja. Hehehe”.
Kak Satria memasukan motorku. Untunglah motorku masih muat dimasukan kedalam rumahnya padahal disitu sudah ada motor besar kak Satria. Kami pun masuk kedalam rumah dan aku langsung merebahkan tubuh keatas tempat tidur kak Satria. Bukannya aku mau langsung di entotin tapi karena aku memang benar-benar lelah. Kak Satria senyum melihatku. Ih, nggak tahan deh aku melihat senyuman manisnya yang tercipta dari bibir tebal yang agak merah itu, pengen nyium tuh bibir dan melumatnya sampai pagi. Kak Satria saat itu masih mengenakan baju kaos coklat khas polisi dan celana coklatnya. Badannya yang berisi mengakibatkan kaos dan celananya terlihat sempit. Aku sangat senang berada bersama kak Satria disini. Melihat senyumnya yang memandangku seperti itu rasanya menjelajahi gurun Taklamakan dengan berjalan kaki pun aku siap! Cie…. Gombal!
Kak Satria menyalakan televisi lalu duduk didepannya. Aku jelaskan sedikit mengenai tempat tinggal  kak Satria ini. Tempat tinggal kak Satria cukup besar jika ditempati satu orang saja. Di tempat ini terdapat sebuah kamar ukuran 3m x 2m, ruang tengah 1m x 2m, ruang dpean sekaligus tempat motor kak Satria dan aku hanya 1m x 4m, begitu juga dengan dapur dan kamar mandi yang tergabung menjadi satu yang berukuran 1m x 4m itu. Dengan kata lain seluruh luas bangunan itu hanya 16 m2.
“Dek sini yuk. Bawa bantalnya, temenin kakak nonton tv”, ajak kak Satria dari ruang tengah.
Aku tak menjawab dan memejamkan mata.
“Dek?”.
Kak Satria kemudian bangkit dan nyamperin aku yang telentang dikasurnya. “Nanti dong sayang bobonya… Manjanya pacarku ini”. Astaga-naga! Mentang-mentang dia berbadan besar, dia seenaknya menggendongku dan membawaku kedepan Tv.
“Kakak?? Ih, nakalnya mulai deh”. Aku manja padanya. Aku sebenernya senang banget dia memperlakukan aku begitu kalau perlu setiap saat dia memangku dan memelukku. Tapi mana mungkin kan?
Kak Satria berhasil memaksaku untuk menemaninya menonton. Lantai keramik putih terasa sangat dingin dikulitku. Aku jadinya nggak kuat untuk berbaring dan mutusin untuk duduk aja.
“Kenapa sayang? Rebahan aja…”.
“Lantainya dingin kak, adek nggak tahan…”. Aku mengigil kedinginan kemudian menekut kaki dan tangan ketubuhku, sebenernya kalian tahu dong apa yang ada dipikiran mesumku? Hehehe… aku pengen kak Satria meluk aku dan cium-cium aku.
Kak Satria tersenyum. “Ya udah… sini kakak pangku”.
What????? Ya ampiyun…Jangan-jangan ada setan yang ngasih tahu isi hatiku. Makasih ya setan!
Tanpa pikir panjang lagi aku langsung duduk dipangkuan kak Satria dan bersandar ditubuhnya. Tangan kak Satria yang besar memelukku sehingga aku nggak kedinginan lagi. Tahu nggak aku duduk pas di gundukan celana kak Satria sehingga aku juga merasakan ada sesuatu yang menyentuh belahan pantatku. Mesranya kak Satria ini. Aku jadi betah deh nonton tv-nya. Acara tv malam itu adalah film hollywood. Aku tahu kak Satria udah nggak konsen nonton acara tv karena kontol kak Satria udah mulai ngaceng dibalik celananya. Mati kamu kak, aku bikin kamu malam ini ngecret ampe kering. Aku pancing sambil mengerakkan pantatku kekiri dan kekanan.
“Adek… Mulai nih… Muacccchhhhh”, kak Satria mencium pipiku.
Tanpa nunggu lama lagi, aku langsung balik badan dan menciumi bibir kak Satria. Ku sapu bibir tebal kak Satria dengan bibir tipisku yang merah merona kemudian lidahku mencoba beradu mesra dengan lidah kak Satria. Aku terpejam menikmati sensasi dunia yang rasanya seperti disurga ini. Kak Satria dengan bijaknya tidak menutup mata tetapi dia memandang ekspresi wajah imutku yang bergairah ini. Memang nggak ada obat penghilang capek termujarab selain ML. Bener nggak? Soalnya tadikan aku bilang kecapean tapi nyatanya sekarang aku minta dipuasin ma kak Satria. Ku pikir nggak apa lah capek dikit nanti kalau dimasukin kontol kak Satria dan dikasih pejuhnya pasti akan kuat lagi. Hmmmpppp yummiiiii….
Pop! Aku melepas bibirku yang dimanjain kak Satria. Aku tersenyum sejenak seakan memberi tanda bahwa, “Ayo kak, kamu yang keren ini, tunjukan keperkasaanmu didepan aku! Rojok lubangku dengan pistolmu dan bikin aku memohon-mohon minta ampun digenjot ma kamu”. Nantang bangetkan senyumku?
Tatapan kak Satria juga sama. Dia kayaknya bilang gini, “Awas kamu Bay, bakalan ngemis-ngemis sapi kamu ntar. Liat aja kamu pasti bakalan aku bor!”.
Kami bertatapan sambil tersenyum menantang. Inilah cara kami untuk menikmati percintaan yang sudah hampir seminggu tidak terlampiaskan. Hah? Seminggu? Nggak salah tuuuhhhh….??? Perasaan malem selasa kemaren udah babak belur nih lobang dihajar bang Wando. Dasar Bayu… Bayu… ML kok bisa amnesia.
“Dek… Kamu kok makin hari makin cakep sih? Apa rahasianya dek?”, tanya kak Satri sambil mengusap-usap punggungku.
Sebelum menjawab, aku isengin putting kak Satria yang masih terbungkus kaos coklat tersebut dengan sedikit gaya ngepel lantai. Itu tuh gaya mengusap-usap dada kak Satria yang berotot dengan tangan seperti orang sujud lalu diputer-puter. Uh, dada kak Satria ini hot banget.
“Mau tahu rahasianya kak? Ini rahasianya…”. Aku membungkukan badan lalu menjilati putting susu kak Satria yang masih terbungkus itu sampai basah. Tangan kak Satria menekan-nekan kepalaku supaya makin kenceng jilatin pentilnya.
“Adekhhhhh ahhhhh ahhhhhh ahhhhh auhhhhhh uuuuhhhhh Uuhhhhhh ooohhhhh”. Mata kak Satria terpejam merasakan kenyotanku.
Nggak asik ah, kalau nggak buka baju! Akhirnya tanganku menyingkap baju kak Satria dan melepas baju kaos pacarku itu. Dadanya yang bidang, perutnya yang rata serta kulitnya yang tidak terlalu coklat begitu macho dimataku.
“Kak… Kita kekamar yuk! Tv dimatiin ajah. Adek udah nggak tahan nih…”. Rayuku manja.
Kak Satria memegang pantatku lalu berdiri dengan menggendongku seperti seorang baby kecil. Dia mematikan tv lalu kamipun masuk kedalam kamarnya yang enak itu. Walau tempat tidur kak Satria hanya muat untuk satu orang, tetapi itu tidak akan banyak mengganggu hotnya permainan kami malam ini. Aku sudah direbahkannya ditempat tidur. Beberapa saat kemudian, aku sudah polos tanpa sesenti benang yang menutupi tubuhku. Sementara my Beib Satria hanya mengenakan CD ajah. Terlihatlah pantatnya padat liat berisi seperti dua gunung kembar. Tonjolan kontolnya yang cukup besar di dalam cd-nya yang ketat tipis itu juga . ohhhh Hot bangets! Hmmmmmm tubuh Kak Satria yang tinggi besar tampak begitu jantan dan sexy. Badannya gempal, pahanya kokoh dan lirikannya matanya mempesona syarafku. Mungkin kalau aku dikedipin kak Satria pas waktu berada dipinggir kapal, aku udah terjatuh kali kelaut. Kami bertatapan dengan posisi ku terbaring dibawah sedangkan kak Satria seperti merangkat diatasku, sambil kami berdua mencoba menyatukan keintiman. Aku lirik pistolnya yang coklat berurat tampak cukup besar. Dasar tanganku ini bandel banget,nggak sabaran pengen pegang pistol daging kak Satria. Kak Satria hanya tersenyum sambil melirik keselangkangannya tanda mengiyakan. Saat aku belai dan remas, pistolnya mulai menegak di antara bulu jembutnya yang tidak terlalu lebat itu. Kontolnya yang bersunat tegak dan setengahnya agak sedikit melengkung ke atas seperti pisang tanduk yang siap dicicipi olehku. Helm pistolnya berwarna merah muda berbentuk seperti jamur. Guratan urat2nya tampak mengular-ular seperti spiral. Ujungnya mulai basah dengan precum. Aku pijet-pijet ujung liang kencingnya, dia menggelinjang dan mendesahhhhhhh keenakhan... Aku kocok-kocok kontolnya yang panjangnya sekitar 18 cm itu. Kemudian aku merengsek kearah selangkangannya dan aku kulum kontol jumbonya lalu aku remas-remas pantatnya yang gempal berisi itu. Dia mulai menggerakkannya maju mundur seperti mengentoti pantatku.
Puas dengan gaya itu, kemudian aku menyuruh kak Satria telentang dan aku menghisap pentilnya yang coklat keras itu.  Posisi seperti ini memudahkan kak Satria untuk terus meraba bagian belahan pantatku. Ia meremas-remas pantatku dan jari telunjuknya disodok-sodokkan ke lubang anusku. Aku mengerang-erang dan mendesah-desah. Rasanya tak terlukiskan dengan kata-kata. Kemudian dia melumati leherku, terus turun ke bagian pentilku dan dihisap-hisapnya sambil tangannya meremasi dadaku dengan agak kasar. Akupun meremasi dadanya yang bidang dan penuh otot itu. Kembali aku menghisap-hisap pentilnya yang coklat mengeras sehingga ia menggelinjang kenikmatan. Nafsunya kurasakan tambah memuncak. Kami pun saling berciuman dan saling melumati bibir dengan penuh gairah. Kak Satria menciumku sambil menjulur-julurkan lidahnya ke dalam mulutku. Bukan main, lidahnya yang ukurannya agak besar itu menjelajahi mulutku. Gerakan lidahnya maju mundur membuat sensasi tersendiri yang aku belum pernah rasakan.
“Dek… Berdiri sebentar. Kakak Mau main berdiri ma adek”.
Sanggup nggak nolak permintaan dari kak Satria yang perkasa ini? Kalau aku sih mana bisa… Tanpa menunggu waktu, segera kamipun saling bergumul dengan posisi berdiri saling menikmati tubuh kami yang memanas.  Kami bergumul dan saling melumati bibir. Kak Satria menggesek-gesekkan dagunya yang berbulu kasar karena baru tumbuh beberapa hari setelah dicukur ke pipi dan leherku. Aku pegang kontolnya yang keras dan coklat itu yang bagian ujung berbentuk seperti jamur. Kujilat precumnya dan hisap-hisap, seruput-seruput, emut-emut helm kontolnya yang lezat itu hingga dia mendesah-desah kenikmatan.
“Ohhhhh… yehhhhh… suck it beib… Uhhhh Ohhhh Ohhhh Uhhhh ouuuuhhhh aahhhhh ahhhh ahhhh shhhaaahhhhh….”.
Setelah itu diapun melumati dan menggigit-gigit kecil leherku serta meremas dadaku dan memelintir pentilku dengan kasar dan lembut sehingga aku merintih-rintih.
“Kakak…. Ihhhh auhhh ahhh aw awhhhh awuhhhhh uhhhh aawwww uhhhh ohhhhhh…”, desahku.
Tidak sampai disitu, bibirnya terus turun kebawah dan menjilati kontolku yang sudah tegang. Dia terus menjilati dan ujung jarinya menggesek gesek bagian sekelilling anusku dengan ujung jarinya yang sebelumnya telah diberi pelicin dan disodok-sodokkan ke dalam anusku keluar masuk. Otomatis rectum anusku mengkerut sehingga ujung jarinya terjepit tapi dia tetap menyodok-nyodok tanpa perduli itu. Kak Satria tambah pinter aja sekarang. Aku mendesah-desah kenikmatan. Setelah itu dia meminta aku tidur terlentang dengan posisi kaki ditekuk keatas. Aku diminta merentangkan kedua pahaku dan dia menjilati anusku, dan memasukkan telunjuknya ke dalam lobang kenikmatanku. Aku merintih dan mengerang kenikmatan dan membuat celah itu semakin sempit.
“Sebentar lagi Kakak akan menembakkan kejantanan kakak kedalam liang anus adek. Adek siap?,” katanya merancau-rancau dengan serak.
“Ihhhh uhhh, cepet kak… uhhh adek udah nggak tahannnn uhhhh”.
“Mau sekarang?”.
Ih, kak Satria ini kayaknya sengaja deh membuat aku mengemis-ngemis pengen ditusuk. “Iyahhhh sekarang…”.
“Rasakan ya….. nikmatnya ditembak kontol kakak yang jumbo ini,” katanya lagi dengan serak dan pupil matanya semakin membesar tanda birahinya semakin meninggi. Jantungya terdengar berdetak-detak seiring gerakan-gerakan tubuh dan tangannya tanda dia sudah tidak sabar untuk melampiaskan nafsu birahinya yang telah terbakar. “Sedetik lagi rasakan entotan kakak yang ganas ini ya sayang... Kakak akan mengentot adek tanpa ampun!”, katanya semakin bernafsu. “Siap-siap untuk menerima tembakan kontol  kakak.” katanya dengan suara parau.
“Lamahhh bangetttt kakhhhh… ayuh dongggg ahhhh”.
Setelah itu, dia naik ke atas tubuhku dan memompakan kontol jantannya ke mulutku dengan kasar sehingga aku hampir kehabisan nafas.
“Ahhh ahhh yeahhh…. Aooooohhhh ohhhh enakkhhhh abngetsss uhhh ohhhh ohhhh wooooahhh arggggg ahhhhh”. Kontolnya memompa mulutku kayak mesin jahit! Gila nih kak Satria.
Kemudian kami tidur berdampingan, lalu Kak Satria menghisapi pentilku sambil mengentoti aku lagi dengan telunjuknya.
“Kak, ihhhh auhhhhh cepet… entot adekkhhhh ahhh ahhh ah ah ahhh ahhhh”. Rasanya aku udah nggak sabar buat dientot kontolnya yang jantan coklat itu. Aku mengerang-ngerang, dia mendengus, kemudian aku menghisap kontolnya yang keras dan lembut seperti pisang tanduk tersebut, hal itu membuat dia melenguh mendesah semakin ganas.
“Uhhhh dekhhh yeahhhh ahhh shaahhhh ahhhh”.
Plop! Plop! Plop! Plop! Plop! Bunyi mulutku mengemut kontol kak Satria si Polisi macho ini.
“Dekhhhh, yuk. Kakak udah pengen nusuk adek. Adek telantang sekarang”,mintanya. Aku terlentang di tepi tempat tidur dan pantatku diganjal bantal, kemudian dia berlutut di antara kedua pahaku, dia merenggangkan kaki ku kemudian menindihku, dan kami bergumul lagi terasa kontolnya menusuk-nusuk ujung lobang anusku. Kulihat di cermin lemari pakaian yang teletak di depan tempat tidur, badan kami bertautan jadi satu, kedua kakiku melingkar di pinggangnya, kulitnya yang coklat sexy itu tampak kontras dengan kulitku yang agak putih. Puas bergumul dan berciuman, dia melumasi kontolnya dengan lotion.
Perlahan dia mulai melakukan penetrasi kontolnya ke dalam lobang anusku. Kurasakan benda tumpul mulai memasuki liang anusku. Ketika melewaati rectum anusku, aku merintih keenakan dan memintanya untuk segera  melakukan penetrasi. Nikmatnya bukan main karena bentuk helm rudalnya seperti jamur yang sesuai dengan batang kontolnya yang penuh urat itu. Ia melakukannya perlahan-lahan, dan mulai memasukkan kontol jumbonya. Kemudian, dia mulai mengadakan gerakan maju mundur, dan masuklah setengahnya karena sudah agak licin. Semua batang kejantannya tertanam dalam liang anusku, hangat, agak ngilu dan nikmat. Dia mengentotiku sambil tangannya meremas dada dan menjepit pentilku dengan jari-jarinya dengan agak kasar. Kemudian dia menegakkan badannya dan lebih merentangkan kakiku agar dia bebas menembakkan pistol jantannya. Pantatnya yang padat berwarna coklat itu tampak di cermin bergerak maju mundur. Karena sakit dan nikmat bercampur jadi satu, rectum liang anusku tambah menjepit-jepit kontolnya.
Kak Satria merancau “Aah uh ah terus kenyotttthhhh ahhhh ahhhh terus jepit kontol kakakhhhh ahhh ahhh yeahhhh”. Sambil mengadakan aksi gerakan maju mundur.
Aku mengimbanginya dengan menggoyang pantatku ke kiri ke kanan. Dia mendesah desah kenikmatan. Aku mengocok kontolku dan dia memompa maju mundur sambil mendengus dengus kenikmatan. Kami berdua seperti berada di surga ke tujuh. Yang terdengar hanya suara lenguhan dan rintihan dalam suasana malam di barak yang sepi itu.
Mendekati menit ke dua puluh, ia mengentotkan kejantanannya yang coklat maju mundur ke dalam liang kenikmatan itu dengan gerakan yang cepat sepertinya dia menginjak gas sampai 110 km, aku mengerang-erang serasa aku mendekati klimaks, anusku semakin menjepit kontol gedenya.
Kak Satria mendengus-dengus kenikmatan, “Ah ah ahhh ahhh ahhh ohhhh hmm terus jepit terus jepitthhh pistol kakak ahhh”, katanya merancau.
Badanku terasa bergetar dan pada menit ke lima belas aku memuncratkan sperma dan berlelehan ke perutku. Pada saat ejakulasi itu rectum liang anusku semakin menyempit dan Kak Satria tambah menggila mengentoti liangku yang menyempit itu, hal itu membuatku mengerang-ngerang antara ngilu dan nikmat. Kemudian sampailah pada klimaksnya, dia menyemprotkan spermanya. Terdengar suara paraunya, “Aaaah…uuuuuuhhhhh…arrgggggh ….ahhhh ahhhhhh ahhhhhhhh”, tanda kepuasan di antara lenguh dan dengusnya yang menderu-deru. Dia masih menanamkan kontolnya sekitar 2 menit sebelum mencabutnya. Badan kami berkeringat karena gulat yang seru itu. Kak Satria masih menindihkan badannya yang berpeluh sambil kontolnya yang masih agak keras itu tertanam dalam-dalam diliang kenikmatanku, kami berpelukan penuh kepuasan.
Setelah itu kami mengeringkan keringat dengan handuknya, kami pun terlelap selama satu jam tanpa sehelai benangpun dalam kepuasan yang tak terhingga. Ketika aku akan berpakaian, dia mencegah. Sorot matanya liar, sambil menempelkan pipinya ke pipiku dan membisikkan bahwa dia mau membobol liang anus sempitku sekali lagi. Belum aku jawab, segera Kak Satria menggeluti aku lagi di tempat tidur. Kami bergumul sambil berciuman dan berkuluman lidah. Nafasku serasa habis karena ditindih dan digeluti badannya yang gempal itu. Setelah itu dia meminta aku berdiri, kemudian memasukkan lagi kontolnya ke dalam liang anusku dari arah belakang. Dia mengentoti aku lagi dengan agak kasar. Kak Satria mendengus dan tangannya yang kasar itu meremasi dada dan pentilku. Kepalaku menoleh dan kami saling melumati bibir sambil dia terus menyerang lobangku dengan pistol jumbo hitamnya tanpa ampun…….sampai rasanya aku akan memuncratkan air maniku. Kak Satria terus merojoki liangku dan aku dimintanya membungkuk. Dia mengentotiku dengan doggy style. Begitu ganas dan panas dan liar walaupun ronde ke dua. Dengusan kami berakhir ketika kami mengeluarkan sperma bersamaan 10 menit kemudian.
CRRROOOTTT CCCCRRROOOOTTTT CCCRRROOOTTT CCRRROOOO CREEETTT CRRREETT CROT!
“Kakakhhh huh host… huh… hebat banget malam inih. Adek sayang kakak…”.
“Kakak juga sayang adek… Muacchhhh”. Sekali lagi kami berciuman sampai kami terlelap tidur menutup hari yang sangat melelahkan ini.
***
Sekitar jam enam pagi, kak Satria telah mempersiapkan diri untuk berangkat ke polsek tempatnya dinas. Aku dipersilahkannya untuk jalan-jalan keliling kota itu agar nggak suntuk dirumah sendirian. Bete juga kalau dirumah ini sambil nonton tv doang. Nggak seru euy!
Ketika siang, kak Satria mengajakku makan siang dirumah makan langganannya. Aku sih seneng-seneng aja sekalian menemani kekasihku makan siang. Tak aku sangka ternyata aku dikenalin sama dua orang temennya yang cakep-cakep. Ridwan dan Agus namanya. Ih, aku kok jadi salah tingkah begini sih. Gimana aku nggak salting, kan aku kayak cowok asing diantara cowok-cowok macho. Untunglah kak Ridwan dan kak Agus orangnya baik, jadi aku bisa langsung beradaptasi dengan mereka.
“Adek kamu kok lebih cakep dari kamu Sat? Adek nemu dimana nih?”, tanya Ridwan.
Nah lho, mau jawab apa kak Satria.
“Enak aja. Aku kan cakep juga Wan. Matamu aja yang rabun. Hahahaha”, balas kak Satria.
“Piye toh. Gus, cakepan adeknya kan?”.
Makin panas aja nih suasana dimeja makan. Aku hanya diam dan senyum-senyum malu aja melihat tingkah mereka.
Kak Agus menatapku dengan tatapan yang dalam. “Maaf ya bos, kali ini aku setuju dengan Ridwan. Kulitmu itam, adekmu putih. Hidungmu juga nggak semancung dia. Jangan marah yo”.
“Aku jadi malu nih. Udah ah kak. Kak Satria tetep cakep kok”, belaku.
“Nah, dibelain kamu Sat. Memang cakep dari mana dek? Wong Satria ini coklat gitu”, ejek kak Ridwan.
“Kayak kamu nggak item aja. Udah ah, makan dulu. kasian adekku diliatin kalian berdua seperti itu. Aku emang jelek kok. Siapa dulu adekku? Bayu…”. Kak Satria membanggakan aku didepan teman-temannya. "Kalau diliatin terus, ntar kalian naksir lagi dengan adekku. Hehehe", kata kak Satria.
Deg! Kak Satria ngomong apa?! Ohhhh kak Satria… I LOVE YoU so Muchhhh…